JAKARTA - Hyundai Ioniq 5 sempat menjadi mobil listrik paling diminati di Indonesia, namun tren baru menunjukkan situasi yang berbeda. Kehadiran mobil listrik asal China dengan harga lebih kompetitif membuat harga bekas Ioniq 5 mengalami penurunan signifikan. Fenomena ini menandai perubahan cepat dalam pasar kendaraan listrik domestik, di mana persaingan harga kini menjadi faktor kunci.
Penurunan Harga Ioniq 5 Bekas
Ioniq 5 tersedia dalam empat tipe, yaitu Prime Standard Range, Prime Long Range, Signature Standard Range, dan Signature Long Range. Harga baru untuk varian tertinggi, Signature Long Range, mencapai Rp 844,6 juta (OTR Jakarta), sementara tipe terendah, Prime Standard Range, dibanderol Rp 738,3 juta (OTR Jakarta).
Namun, kondisi pasar saat ini menunjukkan bahwa harga bekas mobil listrik ini telah turun drastis. Berdasarkan pantauan di situs jual beli mobil online, Ioniq 5 produksi tahun 2023 banyak ditawarkan di kisaran Rp 400 jutaan. Varian Signature Long Range bahkan dipasarkan mulai Rp 477 juta, ada yang Rp 499 juta, dan beberapa masih bertahan di angka Rp 520 juta. Jika dihitung, depresiasi bisa mencapai 43,5 persen dalam waktu hanya dua tahun.
Menurut Daniel Libianto, pemilik diler mobil bekas Victory 88 di MGK Kemayoran, fenomena ini tidak hanya berlaku untuk mobil listrik China. Produk asal Korea Selatan, termasuk Ioniq 5, juga terdampak. “Ioniq sekarang parah. Mobil ini sebenarnya tidak terlalu mengikuti persaingan harga, tapi tergerus mobil China, sehingga strategi pemasarannya mulai menyesuaikan,” ujar Daniel.
Kondisi unit bekas yang ditawarkan sebenarnya cukup menjanjikan. Mayoritas masih memiliki catatan perawatan di bengkel resmi, bebas banjir dan tabrakan, serta odometer relatif rendah. Ini menjadikan Ioniq 5 bekas tetap menarik bagi konsumen yang ingin memiliki mobil listrik berkualitas dengan harga lebih terjangkau.
Pengalaman Pengguna: Nyaman tapi Perlu Adaptasi
Para pengguna Ioniq 5 menyebut mobil ini sangat nyaman untuk penggunaan harian maupun perjalanan jarak jauh. Salah satunya, Ahlul Faradish Resha, pemilik Ioniq 5 tahun 2022, membagikan pengalaman berkendara selama lebih dari 80.000 km. Menurutnya, mobil ini nyaman, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
“Ground clearance tinggi memang membantu, tapi sumbu roda yang panjang kadang membuat mobil gasruk di beberapa kondisi,” ujar Ahlul. Radius putar yang besar juga menjadi tantangan saat harus bermanuver di kemacetan, terutama dengan sensor aktif.
Fitur Automatic Emergency Brake (AEB) yang aktif membantu mencegah tabrakan, namun kadang mengganggu karena mobil berhenti sendiri atau muncul notifikasi berulang saat sensor mendeteksi potensi benturan. Meski begitu, Ahlul tetap menilai bahwa Ioniq 5 memiliki performa berkendara yang memuaskan dan fitur keselamatan yang memadai untuk penggunaan harian.
Strategi Pasar dan Tantangan Depresiasi
Fenomena penurunan harga bekas Ioniq 5 menjadi peringatan bagi pemilik dan calon pembeli mobil listrik. Persaingan dari mobil listrik China dengan harga lebih rendah membuat strategi harga baru dan bekas semakin penting. Bagi penjual, memahami tren pasar dan menyesuaikan harga menjadi kunci agar mobil tetap menarik bagi konsumen.
Sementara bagi pembeli, kondisi ini justru menghadirkan peluang. Unit bekas Ioniq 5 yang relatif baru dengan perawatan lengkap bisa dimiliki dengan harga lebih terjangkau dibandingkan harga barunya. Dengan baterai dan teknologi masih mumpuni, mobil listrik ini tetap layak dipertimbangkan bagi yang ingin masuk ke dunia kendaraan listrik tanpa mengeluarkan biaya tinggi.
Penurunan harga ini juga menunjukkan bahwa mobil listrik di Indonesia kini tidak hanya soal teknologi dan performa, tetapi juga soal persaingan harga yang semakin ketat. Produsen harus mempertimbangkan strategi harga dan fitur tambahan agar tetap kompetitif.
Dengan berbagai faktor ini, Ioniq 5 tetap menjadi pilihan menarik bagi konsumen yang mengutamakan kenyamanan, jarak tempuh, dan fitur canggih, asalkan memahami karakteristik mobil dan kondisi pasar.