Jasa Marga

Waskita dan WIKA Jual Aset Tol, Jasa Marga Masuk Radar

Waskita dan WIKA Jual Aset Tol, Jasa Marga Masuk Radar
Waskita dan WIKA Jual Aset Tol, Jasa Marga Masuk Radar

JAKARTA - Upaya penyehatan keuangan tengah menjadi prioritas utama bagi dua BUMN Karya besar, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Salah satu langkah yang kini ditempuh adalah melepas aset jalan tol yang selama ini menjadi bagian portofolio mereka.

WSKT secara tegas menyatakan tidak akan lagi menggarap proyek tol baru, kecuali jika mendapatkan penugasan pemerintah. Perusahaan bahkan berencana menjual seluruh aset jalan tolnya, termasuk saham 35% di Tol Cimanggis–Cibitung senilai Rp3,3 triliun yang ditargetkan rampung akuisisinya pada akhir 2025.

Selain itu, Tol Pemalang–Batang dan Tol Kuala Tanjung–Tebing Tinggi–Parapat juga masuk daftar divestasi tahun ini. Dalam satu dekade terakhir, Waskita telah membangun 23 ruas tol sepanjang 1.000 km dan berinvestasi di 18 ruas lainnya dengan total panjang 953 km.

Strategi Divestasi dan Tantangan Aset

Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2025, pendapatan dari bisnis jalan tol WSKT mencapai Rp579,81 miliar, naik tipis dari Rp563,34 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Perseroan memiliki total aset tak berwujud berupa Hak Pengusahaan Jalan Tol (HPJT) senilai Rp31,21 triliun, sebagian besar berasal dari ruas Tol Krian–Legundi–Bunder, Pemalang–Batang, Kayu Agung–Palembang–Betung, dan Pasuruan–Probolinggo.

Nilai tersebut sedikit turun dibanding Rp31,33 triliun pada tahun sebelumnya, karena divestasi HPJT Tol Kayu Agung–Palembang–Betung senilai Rp2,44 triliun. Waskita menegaskan divestasi ini menjadi bagian dari strategi restrukturisasi untuk menekan beban finansial.

Sementara itu, WIKA juga tengah mempersiapkan divestasi tiga kategori aset utama: properti dan tanah, jalan tol, serta infrastruktur air. Sekretaris Perusahaan WIKA, Ngatemin alias Emin, menyebut bahwa aset tol yang tengah dikaji untuk dilepas adalah Tol PP Semarang–Demak dan Tol Soreang–Pasirkoja (Soroja) Bandung, di mana WIKA memiliki porsi saham masing-masing 24% dan 16,5%.

“Tol PP Semarang–Demak akan dilepas setelah selesai tahun 2026,” jelas Emin. Ia menambahkan, setelah divestasi, WIKA akan berhenti menjadi pengelola tol dan fokus pada peran kontraktor karena pengalaman sebagai investor dinilai belum optimal.

Jasa Marga Berpotensi Jadi Penampung Aset

PT Jasa Marga Tbk (JSMR) disebut-sebut sebagai calon pembeli atau pengelola aset tol milik kedua BUMN tersebut, seiring arahan dari BPI Danantara. Namun, keputusan akhir masih menunggu kesesuaian dengan prospek lalu lintas harian rata-rata (LHR) masing-masing ruas tol.

Emin mengakui bahwa opsi kerja sama dengan Jasa Marga terbuka, apalagi beberapa proyek tol WIKA juga dikerjakan bersama JSMR. “Tapi, belum tentu juga Jasa Marga mau, karena belum cukup menarik dari segi LHR,” ujarnya.

Pihak Jasa Marga sendiri belum mengonfirmasi rencana akuisisi ini. “Untuk itu, pasti akan disampaikan informasi lebih lanjut melalui release jika ada aksi korporasi terbaru,” kata Lisye Octaviana, Corporate Communication & Community Development Group Head JSMR.

Hingga kini, Waskita belum memberikan keterangan lanjutan mengenai tahapan divestasi aset tolnya. Namun, langkah pelepasan aset ini diharapkan mampu memperbaiki struktur keuangan kedua BUMN Karya, sekaligus mengalihkan pengelolaan tol kepada pihak yang lebih fokus di bisnis tersebut.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index