JAKARTA - Musim panen kedua tahun ini menjadi angin segar bagi para petani di Lamongan. Pasalnya, harga gabah kering panen (GKP) melonjak hingga menyentuh Rp7.000 per kilogram, bahkan di beberapa wilayah mencapai Rp7.300. Nilai ini jauh di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram.
Kondisi tersebut membuat para petani tersenyum lebar. Selain karena cuaca dan irigasi yang mendukung, hasil panen kali ini juga melimpah dan minim gangguan hama. Dukungan pemerintah daerah berupa benih dan pupuk juga ikut menyumbang hasil positif.
“Saya lihat padinya mentes, tidak ada hama, pupuk juga lancar, airnya juga ada, harganya juga bagus. Sekarang harganya Rp7.000 bahkan di daerah selatan mencapai Rp7.300,” ujar Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, saat melakukan panen raya di Desa Kedali, Kecamatan Pucuk.
Menurutnya, panen raya musim tanam kedua sudah dimulai di sejumlah wilayah Lamongan, dengan rata-rata hasil yang memuaskan.
Didukung Pemerintah, Produktivitas Meningkat
Tak hanya harga yang naik, luas lahan dan volume hasil panen juga mengalami pertumbuhan signifikan. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Lamongan, Mugito, menyebutkan bahwa dari target luas tambah tanam (LTT) yang ditetapkan pemerintah pusat untuk Lamongan sebesar 192.373 hektare, hingga 7 Juli 2025 telah terealisasi 49,6 persen atau sekitar 95.425 hektare.
“Sampai 7 Juli kemarin LTT kita mencapai 49,6 persen. Hari ini insyaallah sudah bertambah lagi karena beberapa titik memang panen, termasuk Desa Kedali,” kata Mugito.
Hingga awal Juli, total luas lahan yang telah dipanen diperkirakan mencapai 110.000 hektare. Dari jumlah tersebut, total gabah yang dihasilkan mencapai 817.000 ton—angka yang memperlihatkan betapa suburnya lahan pertanian Lamongan di musim tanam kali ini.
Pemerintah Kabupaten Lamongan juga terus mendorong optimalisasi musim tanam ketiga (MT III) di berbagai wilayah demi menjaga ketahanan pangan. Berbagai upaya dilakukan untuk menunjang hasil pertanian, mulai dari penyediaan bibit unggul, perbaikan saluran irigasi, hingga normalisasi waduk-waduk besar.
“Pemerintah terus memilih bibit genjah atau yang lebih cepat masa tanamnya, termasuk Inpari 32. Pupuk terus kita sediakan, saluran sekunder dan tersier menuju sawah kita perbaiki, kita juga normalisasi waduk-waduk besar,” jelas Bupati Yuhronur.
Langkah Lanjut: Persiapan Musim Tanam Berikutnya
Panen yang sukses bukan berarti para petani boleh lengah. Pemerintah daerah sudah mengingatkan pentingnya menyiapkan musim tanam selanjutnya sejak dini. Mugito menegaskan bahwa dengan melihat cuaca yang kondusif dan air yang mencukupi, para petani atau among tani harus segera bersiap kembali ke ladang.
“Kalau di Desa Kedali yang dipanen ini termasuk support dari pemerintah. Kami bantu bibit dan pupuk cairnya. Kita butuh kerja keras, dengan melihat musim yang bagus, airnya cukup, harapan kami among tani segera menyiapkan untuk LTT berikutnya,” tutup Mugito.
Kenaikan harga gabah di atas HPP ini jelas menjadi kabar baik yang menumbuhkan semangat para petani. Tak hanya memberi imbal hasil yang layak bagi kerja keras mereka, kondisi ini juga memperlihatkan bahwa dengan dukungan pemerintah yang tepat, swasembada pangan nasional bukan sekadar wacana.