JAKARTA - Pembangkit listrik tenaga panas bumi Wayang Windu telah lama menjadi bagian penting dalam sistem kelistrikan nasional. Listrik yang dihasilkan pembangkit ini memasok jaringan Jamali yang melayani kebutuhan energi jutaan rumah tangga di Jawa, Madura, dan Bali.
Selama beberapa dekade terakhir, Wayang Windu berkontribusi menjaga keandalan pasokan listrik berbasis energi terbarukan. Peran ini semakin strategis di tengah meningkatnya kebutuhan energi dan dorongan transisi menuju sumber listrik rendah karbon.
Sebagai bagian dari upaya menjaga performa dan keberlanjutan operasional, modernisasi fasilitas terus dilakukan. Langkah ini diharapkan memastikan pembangkit tetap mampu beroperasi optimal dalam jangka panjang.
Star Energy Geothermal sebagai pengelola Wayang Windu mengambil langkah strategis melalui kerja sama dengan ABB. Kolaborasi ini dilakukan untuk meningkatkan sistem operasional pembangkit yang berlokasi di Jawa Barat tersebut.
Kapasitas Wayang Windu menjadi bagian dari total 910 MW energi panas bumi yang dihasilkan Star Energy Geothermal di Jawa Barat. Angka ini menegaskan posisi perusahaan sebagai salah satu pemain utama panas bumi di Indonesia.
Modernisasi dilakukan seiring dengan kebutuhan sistem kelistrikan yang semakin kompleks. Peningkatan teknologi menjadi kunci agar pembangkit mampu beradaptasi dengan tuntutan operasional yang dinamis.
Modernisasi Sistem Kontrol untuk Operasi Lebih Andal
Group CEO Star Energy Geothermal, Hendra Soetjipto Tan, menjelaskan bahwa ABB telah memodernisasi sistem kontrol terdistribusi pada Unit 1 dan Unit 2 Wayang Windu. Sistem Distributed Control System tersebut memungkinkan pengelolaan kebutuhan variabel pembangkit panas bumi secara lebih efektif.
Modernisasi ini juga bertujuan menjaga pasokan listrik tetap stabil dan andal. Dengan sistem baru, pengoperasian pembangkit menjadi lebih presisi dan responsif terhadap perubahan beban.
Solusi ABB memberikan peningkatan skalabilitas pada fasilitas yang sudah ada. Integrasi antara unit lama dan unit yang sedang dikembangkan dapat dilakukan tanpa peningkatan infrastruktur yang signifikan.
Selain itu, sistem kontrol yang diterapkan dinilai lebih tangguh untuk Unit 1 dan Unit 2. Hal ini memperkuat fondasi operasional pembangkit dalam menghadapi tantangan jangka panjang.
“Hasilnya, SEG melihat adanya peningkatan stabilitas sistem, pengurangan waktu henti atau downtime, serta peningkatan efisiensi operasional,” tegas Hendra. Pernyataan tersebut menegaskan dampak langsung dari modernisasi yang dilakukan.
Desain modular Symphony Plus mendukung ekspansi kapasitas di masa mendatang. Arsitektur kontrol yang dioptimalkan juga mendorong efisiensi biaya dan memperkuat keandalan jangka panjang operasi pembangkit panas bumi SEG.
Sebagai bagian dari kolaborasi ini, ABB turut meningkatkan sistem Human Machine Interface untuk Unit 1 dan Unit 2 Wayang Windu. Transisi dilakukan dari platform Power Generation Portal lama menuju platform Symphony Plus yang lebih canggih.
Peningkatan HMI ini memberikan kemudahan dalam pemantauan dan pengendalian sistem pembangkit. Operator dapat mengakses data operasional secara lebih akurat dan real time.
Untuk Unit 3 Wayang Windu, ABB telah mengimplementasikan Symphony Plus DCS sebagai bagian dari ekspansi fasilitas. Langkah ini semakin memperkuat kesiapan pembangkit dalam mendukung pertumbuhan kapasitas di masa depan.
Dengan sistem kontrol yang terintegrasi, fleksibilitas pengembangan pembangkit menjadi lebih tinggi. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan operasional di tengah peningkatan permintaan energi bersih.
Potensi Panas Bumi dan Arah Transisi Energi Indonesia
Energi panas bumi merupakan salah satu sumber energi terbarukan paling menjanjikan di Indonesia. Letak geografis Indonesia di sepanjang Cincin Api Pasifik memberikan potensi panas bumi yang sangat besar.
Asosiasi Panas Bumi Indonesia mencatat Indonesia memiliki sekitar 40 persen cadangan panas bumi dunia. Potensi tersebut tersebar di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.
Dari potensi sekitar 24.000 MW, baru sekitar 10 persen yang dimanfaatkan hingga saat ini. Kondisi ini menunjukkan masih terbuka peluang besar untuk pengembangan panas bumi nasional.
Star Energy Geothermal berencana terus memanfaatkan potensi tersebut melalui pengembangan Wayang Windu. Selain itu, perusahaan juga mengoperasikan fasilitas panas bumi di Gunung Salak dan Darajat.
“Star Energy Geothermal berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi energi panas bumi secara maksimal,” ujar Hendra Soetjipto Tan. Ia menegaskan kemitraan dengan perusahaan teknologi global menjadi bagian penting dari strategi tersebut.
Dengan menggandeng ABB, Star Energy Geothermal memanfaatkan keahlian dan solusi inovatif untuk mendukung masa depan rendah karbon Indonesia. Kolaborasi ini dinilai mempercepat langkah menuju sistem energi berkelanjutan.
President Energy Industries Division Asia ABB, Anders Maltesen, menyampaikan kebanggaannya atas kerja sama jangka panjang ini. Ia menilai panas bumi memiliki peran strategis dalam transisi energi Indonesia.
“Di ABB, kami percaya bahwa teknologi adalah salah satu pengungkit utama untuk menjadikan energi terbarukan, seperti panas bumi, sebagai sumber listrik yang andal dan dapat terus dikembangkan di Indonesia,” ujar Anders. Pernyataan ini menekankan pentingnya inovasi teknologi dalam sektor energi.
ABB berkomitmen membantu industri mengoptimalkan operasi dan meningkatkan keandalan pembangkit. Otomasi dinilai menjadi kunci untuk mempercepat peralihan menuju masa depan rendah karbon.
Pemerintah Indonesia melalui Rencana Umum Energi Nasional telah menetapkan target pemanfaatan panas bumi sekitar 7.200 MW pada 2025. Target ini menjadi acuan dalam pengembangan energi terbarukan nasional.
Wawasan industri dari Asia Pacific Energy Transition Readiness Index 2025 menunjukkan tren positif. Sebanyak 87 persen perusahaan di Indonesia memperkirakan penggunaan energi terbarukan meningkat lebih dari 20 persen dalam lima tahun ke depan.
Tiga sumber utama yang diperkirakan mengalami peningkatan adalah tenaga surya, tenaga air, dan panas bumi. Panas bumi dipandang sebagai sumber energi yang stabil dan berkelanjutan.
Perluasan kapasitas panas bumi tidak hanya memperkuat kemandirian energi nasional. Langkah ini juga membangun sistem energi yang lebih tangguh dan berkelanjutan bagi Indonesia di masa depan.