Minyak

Harga Minyak Stabil Meski OPEC+ Diprediksi Tambah Produksi

Harga Minyak Stabil Meski OPEC+ Diprediksi Tambah Produksi
Harga Minyak Stabil Meski OPEC+ Diprediksi Tambah Produksi

JAKARTA - Di tengah dinamika geopolitik dan proyeksi peningkatan produksi dari negara-negara pengekspor minyak, harga minyak dunia menunjukkan ketahanan. Para pelaku pasar kini berada dalam fase waspada, menanti arah kebijakan OPEC+ dan kelanjutan negosiasi perdagangan global.

Pada Selasa waktu setempat, harga minyak mencatat pergerakan terbatas, seiring investor yang menakar kemungkinan OPEC+ akan menaikkan produksi minyak pada bulan Agustus. Kenaikan ini diperkirakan akan diumumkan dalam pertemuan aliansi produsen minyak tersebut pada awal Juli mendatang.

Minyak mentah Brent menguat 37 sen atau 0,55%, ke level USD 67,11 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal Amerika Serikat naik 34 sen atau 0,55%, menjadi USD 65,45 per barel.

Rencana OPEC+ dan Kecemasan Pasar

Fokus utama investor saat ini adalah pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung 6 Juli 2025. Salah satu perhatian pasar adalah kemungkinan keputusan kelompok ini untuk menaikkan produksi harian hingga 411.000 barel, setelah kenaikan serupa yang terjadi pada bulan Mei, Juni, dan Juli.

Ole Hansen, analis komoditas dari Saxo Bank, menyebutkan bahwa pasar saat ini sedang mengevaluasi ekspektasi tersebut dengan cermat. "Pasar kini khawatir bahwa aliansi OPEC+ akan terus melanjutkan laju percepatan peningkatan produksinya," ujar Daniel Hynes, analis senior dari ANZ, mengonfirmasi sentimen tersebut.

Jika rencana itu terealisasi, maka total peningkatan produksi OPEC+ selama 2025 akan mencapai 1,78 juta barel per hari, atau setara 1,5% dari permintaan minyak global. Hal ini tentu berdampak pada dinamika harga di pasar minyak, terutama bila tidak diimbangi dengan kenaikan permintaan global.

Menurut empat sumber dalam OPEC+ yang dikutip Reuters pekan lalu, keputusan tersebut tengah dibahas intensif. Kenaikan produksi ini juga mencerminkan arah kebijakan strategis OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, dalam menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan.

Negosiasi Dagang dan Proyeksi Harga ke Depan

Sementara itu, dari sisi geopolitik dan ekonomi global, perhatian pasar juga tertuju pada negosiasi perdagangan menjelang tenggat waktu tarif yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump pada 9 Juli.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, memperingatkan bahwa negara-negara mitra dagang harus siap menghadapi lonjakan tarif, bahkan jika mereka telah menunjukkan itikad baik dalam proses negosiasi. Tarif sementara sebesar 10% berpotensi kembali ke angka yang diumumkan Trump pada April, yaitu antara 11% hingga 50%, tergantung pada hasil akhir pembicaraan.

Sentimen perdagangan global ini memberikan tekanan tambahan terhadap permintaan minyak jangka pendek, mengingat ketidakpastian ekonomi yang mungkin timbul dari kebijakan tarif tinggi.

Di sisi lain, Morgan Stanley memperkirakan harga minyak Brent dapat turun lebih lanjut menjadi sekitar USD 60 per barel pada awal tahun depan. Bank investasi tersebut melihat pasar minyak akan mengalami kelebihan pasokan sebesar 1,3 juta barel per hari pada tahun 2026.

Penurunan harga juga dipengaruhi oleh meredanya ketegangan geopolitik. Sebelumnya, harga minyak sempat melonjak hingga USD 80 per barel pada pertengahan Juni akibat konflik antara Israel dan Iran. Namun, setelah Presiden Trump mengumumkan gencatan senjata pada akhir bulan lalu, harga minyak Brent kembali turun ke level sekitar USD 67.

Stabilitas Jangka Pendek di Tengah Ketidakpastian

Meski tekanan geopolitik mereda dan pasokan diperkirakan meningkat, harga minyak masih bertahan relatif stabil. Ini menunjukkan bahwa pasar telah mulai menyesuaikan diri dengan volatilitas geopolitik, serta kebijakan produksi OPEC+ yang lebih fleksibel.

Namun, pasar tetap waspada terhadap potensi gangguan pasokan dan lonjakan permintaan yang tidak terduga. Faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi global, kebijakan moneter bank sentral, dan tingkat konsumsi di negara-negara berkembang tetap menjadi indikator utama arah harga minyak ke depan.

Dengan rencana OPEC+ dan situasi perdagangan global yang belum sepenuhnya stabil, investor disarankan untuk tetap memperhatikan data fundamental serta perkembangan politik internasional yang bisa berdampak langsung terhadap pasar komoditas.

Harga minyak dunia saat ini berada di persimpangan penting. Di satu sisi, prospek peningkatan pasokan dari OPEC+ memberikan tekanan terhadap harga. Di sisi lain, potensi perbaikan hubungan dagang dan stabilisasi kawasan Timur Tengah menjadi penyeimbang pasar.

Investor dan analis saat ini memantau dengan cermat hasil pertemuan OPEC+ dan keputusan tarif dari AS. Dalam jangka pendek, pasar cenderung bergerak dalam rentang sempit, namun dalam jangka menengah hingga panjang, dinamika baru bisa saja muncul seiring perubahan strategi global terhadap energi dan perdagangan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index