Batu Bara

Harga Batu Bara Turun Dua Hari Berturut, Masih Bertahan di Atas US Dolar 100 per Ton

Harga Batu Bara Turun Dua Hari Berturut, Masih Bertahan di Atas US Dolar 100 per Ton
Harga Batu Bara Turun Dua Hari Berturut, Masih Bertahan di Atas US Dolar 100 per Ton

JAKARTA – Harga batu bara global mengalami penurunan dalam dua hari perdagangan terakhir. Meski mengalami tekanan, harga komoditas energi ini masih bertahan di atas level psikologis US$100 per ton. Kondisi ini mencerminkan sentimen pasar yang masih cukup kuat terhadap permintaan batu bara, di tengah kemungkinan koreksi teknikal yang memicu aksi ambil untung oleh investor.

Pada perdagangan Kamis, 22 Mei 2025, kontrak batu bara ICE Newcastle untuk pengiriman bulan depan ditutup melemah 0,35% menjadi US$100,1 per ton. Ini merupakan penurunan dua hari berturut-turut, setelah sehari sebelumnya harga juga terkoreksi. Secara akumulatif dalam dua hari terakhir, harga batu bara telah terkoreksi sebesar 0,45%.

Meski demikian, secara mingguan harga batu bara masih mencatatkan kenaikan sebesar 1,11% point-to-point. Bahkan dalam rentang sebulan terakhir, harga mengalami lonjakan signifikan sebesar 6,6%.

Faktor Teknis Dorong Aksi Jual

Koreksi harga dalam dua hari terakhir diyakini dipicu oleh faktor teknikal. Investor memanfaatkan momentum kenaikan sebelumnya untuk merealisasikan keuntungan.

“Setelah reli kuat selama beberapa pekan terakhir, pasar batu bara terlihat mengalami koreksi sehat. Ini wajar sebagai bentuk aksi ambil untung,” ujar seorang analis pasar energi global.

Kendati mengalami penurunan, harga batu bara tetap menunjukkan kekuatan untuk bertahan di atas US$100 per ton. Level ini dianggap sebagai batas psikologis penting yang menunjukkan fundamental pasar masih solid.

Zona Bullish Masih Bertahan

Dari sisi teknikal, batu bara masih berada di jalur tren naik (bullish). Indikator Relative Strength Index (RSI) harian berada pada level 63, mengindikasikan bahwa sentimen pasar terhadap batu bara masih positif. RSI di atas 50 menandakan kekuatan beli masih mendominasi.

Namun, indikator Stochastic RSI menunjukkan angka 93, yang berarti pasar telah memasuki kondisi jenuh beli (overbought). Kondisi ini membuka peluang koreksi lanjutan dalam jangka pendek.

"RSI masih menunjang tren naik, tapi Stochastic RSI yang tinggi memberi sinyal potensi koreksi teknikal lebih lanjut dalam waktu dekat," kata analis teknikal pasar energi.

Proyeksi Harga ke Depan

Jika tekanan jual berlanjut, harga batu bara berpotensi menguji level support di kisaran US$99 hingga US$97 per ton. Level ini akan menjadi penentu apakah harga masih bisa bertahan dalam tren penguatan.

Di sisi lain, jika tekanan jual mereda dan minat beli kembali muncul, harga batu bara bisa bergerak ke atas menembus resistensi terdekat di level US$104 per ton. Apabila level ini berhasil ditembus, maka harga berpotensi melesat lebih tinggi dengan target optimistis mencapai US$122 per ton.

"Level US$104 menjadi kunci untuk melanjutkan tren naik. Penembusan di atas titik ini bisa membuka ruang penguatan baru bagi harga batu bara," kata analis tersebut menambahkan.

Dampak Terhadap Pasar Domestik

Meski pergerakan ini terjadi di pasar internasional, fluktuasi harga batu bara global tetap menjadi perhatian penting bagi Indonesia sebagai salah satu produsen dan eksportir batu bara terbesar dunia. Harga batu bara yang stabil di atas US$100 per ton memberikan keuntungan bagi sektor ekspor nasional serta meningkatkan potensi penerimaan negara dari sektor energi.

Namun, pelaku industri dalam negeri tetap diimbau untuk mewaspadai volatilitas harga yang tinggi, mengingat pasar energi global masih dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari kondisi geopolitik, permintaan dari Tiongkok dan India, hingga transisi energi di negara-negara maju.

Meskipun harga batu bara terkoreksi selama dua hari berturut-turut, tren jangka menengah tetap positif dengan harga masih bertahan di atas US$100 per ton. Aksi ambil untung kemungkinan menjadi penyebab utama penurunan sementara. Pelaku pasar diharapkan mencermati level-level teknikal penting dalam menentukan langkah selanjutnya, baik untuk strategi investasi maupun perencanaan ekspor dan produksi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index