JAKARTA — Pemerintah terus memperkuat komitmennya dalam mendorong pengembangan energi bersih dan rendah emisi karbon. Salah satu langkah strategis tersebut diwujudkan melalui proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit 2 di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, yang kini memasuki tahap baru dengan telah tercapainya penutupan finansial proyek.
PLTP Muara Laboh Unit 2 memiliki kapasitas sebesar 80 megawatt (MW) dan akan dilanjutkan dengan pembangunan Unit 3 berkapasitas 60 MW. Kedua unit tersebut dikembangkan oleh PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) dan ditargetkan selesai pada tahun 2027.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot, menyatakan bahwa pencapaian penutupan finansial ini merupakan kelanjutan dari perjanjian jual beli listrik yang telah ditandatangani antara PT PLN (Persero) dan SEML pada 16 Desember 2024 lalu.
“Salah satu agenda dalam pertemuan bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang hari ini adalah berkaitan dengan energi, dengan tercapainya penutupan finansial untuk PLTP Muara Laboh Unit 2 yang direncanakan selesai pada tahun 2027,” ungkap Yuliot dalam konferensi pers di Jakarta.
Proyek Strategis Nasional dalam Rangka Transisi Energi
Proyek PLTP Muara Laboh termasuk dalam program strategis nasional pemerintah untuk mempercepat transisi menuju energi rendah karbon. Dalam konteks ini, pertemuan bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Jepang menjadi momen penting dalam memperkuat kerja sama antarkedua negara, khususnya dalam sektor energi baru dan terbarukan.
Pertemuan tersebut berlangsung di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dihadiri oleh delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menko Perekonomian dan Wamen ESDM, serta delegasi Jepang yang dipimpin oleh Fumio Kishida, mantan Perdana Menteri Jepang periode 2021–2024, bersama anggota House of Representatives Jepang.
Dalam pertemuan itu, kedua negara menekankan pentingnya penguatan kerja sama di sektor energi bersih dalam kerangka Asia Zero Emission Community (AZEC) — sebuah inisiatif regional untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan rendah emisi.
“Pertemuan dengan Jepang hari ini menekankan pentingnya kolaborasi antarnegara dalam mempercepat transisi energi, yang juga menjadi bukti nyata dari kemajuan kerja sama ini,” kata Yuliot.
Dukungan Pendanaan dari Lembaga Keuangan Internasional
Keberhasilan penutupan finansial proyek ini tak lepas dari dukungan kuat lembaga pembiayaan internasional. PT SEML mendapatkan dukungan dari sejumlah institusi terkemuka, antara lain:
Japan Bank for International Cooperation (JBIC)
Asian Development Bank (ADB)
Mizuho Bank
Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC)
MUFG Bank
The Hyakugo Bank
Total nilai investasi untuk pengembangan Unit 2 dan Unit 3 PLTP Muara Laboh ini mencapai sekitar USD992 juta. Besarnya investasi ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek energi panas bumi di Indonesia, serta komitmen Indonesia dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyatakan bahwa proyek ini tidak hanya akan memperkuat pasokan listrik nasional, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam akselerasi dekarbonisasi sektor energi Indonesia.
“Pengembangan PLTP Muara Laboh Unit 2 dan 3 akan memicu investasi baru dan menjadi bagian dari transformasi energi nasional yang bersih dan berkelanjutan,” kata Eniya.
Masuk dalam Rangkaian Proyek AZEC
Tak hanya PLTP Muara Laboh, sejumlah proyek energi lainnya juga telah terintegrasi ke dalam kerangka AZEC sebagai bagian dari kerja sama Indonesia-Jepang di sektor energi rendah karbon. Beberapa proyek yang tercatat antara lain:
PLTSa Legok Nangka
Sustainable Aviation Fuel
PLTP Sarulla
Jaringan transmisi listrik antara Jawa dan Sumatera
Seluruh proyek ini menjadi bagian penting dari rencana jangka panjang Pemerintah Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060, sebagaimana yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.
Energi Panas Bumi: Potensi Besar yang Terus Dikembangkan
Sebagai salah satu negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, Indonesia terus mendorong pemanfaatan energi ini secara optimal. Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi panas bumi Indonesia mencapai lebih dari 23 gigawatt (GW), namun yang telah dimanfaatkan baru sekitar 2,3 GW atau sekitar 10% dari total potensi.
Melalui proyek-proyek seperti PLTP Muara Laboh, pemerintah berharap mampu meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan dalam sistem kelistrikan nasional, sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan.