JAKARTA - Harga batu bara mengalami penguatan pada Selasa, 15 April 2025, didorong oleh kebijakan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memberikan pengecualian kepada 47 perusahaan pembangkit listrik tenaga batu bara dari kewajiban mematuhi regulasi emisi merkuri dan zat beracun udara. Keputusan ini memberi sentimen positif bagi pasar batu bara global, dengan harga batu bara Newcastle untuk April 2025 stabil di angka US$ 95,5 per ton, sementara harga untuk Mei 2025 dan Juni 2025 mengalami kenaikan masing-masing menjadi US$ 100,5 per ton dan US$ 104,7 per ton.
Di pasar Eropa, harga batu bara Rotterdam untuk bulan April 2025 juga mencatatkan kenaikan, yakni US$ 0,65 menjadi US$ 104,3 per ton. Sementara itu, harga batu bara untuk Mei dan Juni 2025 masing-masing naik menjadi US$ 102,4 dan US$ 102,85 per ton.
Menurut laporan Reuters, kebijakan baru ini diumumkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) yang mengungkapkan bahwa 47 fasilitas pembangkit listrik tenaga batu bara kini dikecualikan dari aturan emisi merkuri dan zat beracun lainnya. Langkah ini merupakan bagian dari strategi pemerintahan Trump untuk melindungi industri batu bara melalui perintah eksekutif, yang bertujuan memperpanjang usia operasional pembangkit-pembangkit listrik tua yang selama ini terbebani oleh regulasi ketat era pemerintahan Joe Biden.
“Pengecualian ini merupakan bagian dari upaya kami untuk mendukung kelangsungan industri batu bara dan memastikan bahwa pembangkit listrik yang beroperasi dapat terus beroperasi tanpa dibebani regulasi yang memberatkan,” kata Presiden Trump.
Regulasi Mercury and Air Toxics Standard (MATS) yang diberlakukan sejak era pemerintahan Joe Biden, mengharuskan pembangkit listrik untuk memantau dan mengurangi emisi merkuri dan zat beracun lainnya secara ketat. Meskipun aturan ini masih berlaku setelah ditolak oleh Mahkamah Agung AS pada Oktober lalu, langkah Trump untuk memberikan pengecualian langsung kepada sejumlah pembangkit batu bara menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah AS ingin menghidupkan kembali industri batu bara yang tengah tergerus oleh penurunan produksi listrik dari batu bara.
Pada kesempatan tersebut, Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat bahwa kontribusi pembangkit batu bara terhadap penyediaan listrik di AS kini turun drastis menjadi kurang dari 20% pada 2025, dibandingkan dengan 50% pada tahun 2000. Penurunan ini dipicu oleh lonjakan produksi gas alam melalui fracking serta perkembangan pesat energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
Meskipun kebijakan ini disambut positif oleh sebagian kalangan, terutama para pendukung industri batu bara, banyak pihak yang khawatir akan dampak lingkungan dari pembebasan pembangkit batu bara dari kewajiban pengawasan emisi. Merkuri, sebagai salah satu zat beracun yang dikeluarkan dalam proses pembakaran batu bara, dapat menimbulkan gangguan kesehatan serius, termasuk kerusakan saraf dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular serta kanker paru-paru.
Menyikapi hal tersebut, anggota Kongres Partai Republik dari Montana, Troy Downing, menyatakan bahwa pengecualian untuk dua unit pembangkit batu bara Colstrip memberikan kejelasan bagi operasional masa depan pembangkit tersebut. "Langkah ini memberikan kepastian bagi operasional ke depan," ujar Downing.
Keputusan Pemerintahan Trump ini diprediksi akan membawa dampak signifikan bagi industri batu bara AS, dengan banyaknya fasilitas yang kini mendapatkan kelonggaran dari regulasi lingkungan yang lebih ketat. Langkah ini juga berpotensi meningkatkan investasi dalam sektor energi tradisional, meskipun kontroversi mengenai dampak lingkungan dari penggunaan batu bara tetap menjadi perdebatan.