JAKARTA — Harga batu bara global mengalami penguatan pada awal pekan ini, Senin (14/4/2025), seiring munculnya sentimen positif dari kebijakan energi terbaru Pemerintah China. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu menyatakan akan melanjutkan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara hingga tahun 2027.
Mengutip data pasar, harga batu bara Newcastle untuk pengiriman April 2025 naik US$ 0,65 menjadi US$ 95,5 per ton. Untuk kontrak pengiriman Mei 2025 tetap stabil di US$ 99 per ton, sementara kontrak Juni 2025 naik US$ 0,55 ke level US$ 102,8 per ton.
Kenaikan serupa juga terjadi pada harga batu bara di pasar Rotterdam. Untuk April 2025, harga naik US$ 1,1 menjadi US$ 103,65 per ton. Pada Mei, harga menguat US$ 1,55 menjadi US$ 102,1, dan Juni naik US$ 1,6 menjadi US$ 102 per ton.
Kebijakan Energi China Jadi Katalis Penguatan
Sentimen utama yang mendorong penguatan harga berasal dari pengumuman resmi Pemerintah China mengenai kebijakan pembangunan PLTU baru sebagai cadangan energi nasional. Dalam pedoman yang dirilis Senin (14/4), pemerintah menyebutkan bahwa pembangunan PLTU baru ditujukan untuk mendukung stabilitas pasokan listrik saat puncak beban dan memperkuat cadangan bagi energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
“Pemerintah China menyatakan bahwa PLTU baru ini akan berfungsi sebagai cadangan untuk mengatasi ketergantungan terhadap energi terbarukan yang fluktuatif,” tulis laporan Reuters.
Selain itu, seluruh PLTU yang dibangun maupun ditingkatkan diwajibkan untuk memiliki kemampuan fleksibilitas operasional agar mampu merespons lonjakan permintaan listrik secara cepat.
Langkah ini dinilai sebagai sinyal bahwa konsumsi batu bara di China belum akan menurun dalam waktu dekat. Bahkan, laporan Asosiasi Batu Bara China menyebutkan bahwa puncak konsumsi batu bara nasional kemungkinan baru akan terjadi pada 2028, lebih lambat dari prediksi sebelumnya yang menyebutkan tahun 2025.
Impor Batu Bara China Menurun
Di sisi lain, data Administrasi Umum Kepabeanan China mencatat bahwa impor batu bara pada Maret 2025 turun 6% secara tahunan menjadi 38,73 juta ton dari 41,38 juta ton pada Maret 2024. Penurunan tersebut terjadi akibat tingginya stok di pelabuhan dan melemahnya permintaan domestik, yang turut menekan harga spot batu bara ke titik terendah dalam empat tahun terakhir.
Harga batu bara domestik China untuk kalori sedang (5.500 kilokalori/kg) per 11 April tercatat 676 yuan atau sekitar US$ 92,70 per ton, berdasarkan indeks Bohai-Rim. Ini merupakan harga terendah sejak Maret 2021.
Meski harga turun di China, penambang batu bara Indonesia belum menyesuaikan harga. Faktor naiknya biaya operasional dan rencana kenaikan tarif royalti membuat produsen domestik enggan menurunkan harga, sehingga membuat sejumlah pembangkit listrik di China lebih memilih pasokan dalam negeri.
Tren ke Depan
Sepanjang Januari–Februari 2025, impor batu bara China sempat melonjak ke rekor tertinggi untuk periode tersebut, yakni 76,12 juta ton, naik 2% secara tahunan. Namun, penurunan pada Maret telah diprediksi sebelumnya, dan diperkirakan tren pelemahan masih berlanjut dalam beberapa bulan mendatang akibat margin impor yang menipis.
Secara kumulatif, total impor batu bara China kuartal I-2025 mencapai 114,85 juta ton, turun tipis 0,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 115,89 juta ton.
Dengan kondisi ini, pelaku pasar diperkirakan akan terus mencermati perkembangan kebijakan energi China dan pergerakan harga batu bara spot sebagai indikator utama arah harga batu bara global ke depan.