JAKARTA - Proyek pengembangan Lapangan Abadi di Blok Masela, Maluku, yang menjadi salah satu proyek gas terbesar Indonesia, resmi memasuki fase desain teknis awal atau Front-End Engineering Design (FEED) untuk fasilitas pengolahan gas darat (Onshore LNG/OLNG). Proyek ini digadang-gadang menyerap investasi hingga USD 20 miliar atau setara hampir Rp 340 triliun, dan diharapkan mulai beroperasi penuh pada 2029.
Lapangan Abadi, yang terletak di Laut Arafura sekitar 160 kilometer dari Pulau Yamdena, merupakan lapangan gas laut dalam dengan cadangan mencapai 6,97 triliun kaki kubik (TCF) dan menjadi salah satu tumpuan pemerintah dalam strategi ketahanan energi nasional.
Operator utama proyek ini adalah perusahaan migas asal Jepang, Inpex Corporation, yang memegang 65% hak partisipasi (Participating Interest/PI). Sementara itu, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) memiliki PI sebesar 20%, dan Petronas sebesar 15%.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menegaskan bahwa dimulainya fase FEED merupakan langkah krusial menuju Final Investment Decision (FID) yang ditargetkan terealisasi pada 2026. “Sejalan dengan itu, kami ingin menegaskan kembali komitmen SKK Migas untuk mempercepat proyek ini menuju target utama on stream pada tahun 2029,” kata Djoko.
Ia menambahkan, kolaborasi antara Inpex, Pertamina, dan Petronas dinilai sangat penting dalam menjaga kelangsungan proyek. “Harapannya, dengan tetap menjunjung tinggi semangat kolaborasi dan profesionalisme yang telah ditunjukkan oleh Inpex dan mitranya di Asia, marilah kita laksanakan setiap tahapan pekerjaan dengan rasa urgensi yang kuat,” ujarnya.
Djoko juga menyampaikan apresiasi kepada para mitra proyek atas dedikasi dan komitmennya. “Kami ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Inpex dan mitra-mitranya atas komitmen kuat dan upaya berdedikasi tinggi dalam mendorong kemajuan proyek Abadi,” ungkapnya.
Sementara itu, President dan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menekankan pentingnya proyek Masela dalam memperkuat ketahanan energi Indonesia. “Hari ini, dengan bangga kami umumkan dimulainya Inisiasi FEED Onshore LNG untuk Proyek LNG Abadi,” kata Ueda. Ia juga menyebutkan bahwa proyek ini akan menggunakan teknologi turbin gas canggih yang penting untuk mempercepat fase desain awal.
“Inisiasi ini merupakan pencapaian besar yang menunjukkan kemajuan proyek yang berkelanjutan. Kami berkomitmen untuk melakukan segala upaya guna mempercepat dimulainya produksi sesuai dengan kebijakan Pemerintah Indonesia,” tegasnya.
Blok Masela sendiri telah melalui berbagai fase penting sejak kontrak bagi hasilnya ditandatangani pada 1998. Cadangan gas pertama ditemukan pada tahun 2000, dan baru pada 2019 pemerintah menyetujui Rencana Pengembangan Pertama (Plan of Development/PoD-I). Dalam pengembangan tersebut, Kilang LNG Masela dirancang memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 juta standar kaki kubik gas bumi per hari (MMSCFD), serta 35.000 barel kondensat per hari.
Setelah Shell hengkang dari proyek ini pada 2023, Pertamina dan Petronas masuk menggantikan dengan komposisi 20% dan 15% hak partisipasi. Peralihan ini resmi disetujui Menteri ESDM pada Oktober 2023.
Menariknya, proyek ini juga akan menerapkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage/CCS) sebagai bagian dari komitmen transisi energi dan pengurangan emisi karbon. Penggunaan teknologi CCS ini disetujui dalam revisi kedua PoD-I pada akhir 2023, menjadikan Blok Masela sebagai proyek gas nasional yang juga mendukung target keberlanjutan lingkungan.
Lapangan gas yang dikembangkan dengan kompleksitas tinggi ini akan melibatkan pengeboran laut dalam, penggunaan FPSO (Floating Production Storage and Offloading), fasilitas subsea, hingga pembangunan kilang LNG darat. Proyek ini diperkirakan akan menyerap hingga 10.000 tenaga kerja dalam fase konstruksinya.
Dengan diluncurkannya tahap FEED ini, pemerintah dan para mitra proyek menargetkan agar keputusan investasi akhir bisa segera diambil, dan proyek strategis nasional ini bisa mulai beroperasi pada 2029, sesuai jadwal dan dengan standar keselamatan tertinggi.