JAKARTA - Sektor properti di Indonesia terus menunjukkan taringnya sebagai salah satu pendorong utama dalam investasi nasional. Melalui sub-sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran, sektor ini memberikan kontribusi signifikan terhadap realisasi investasi di Tanah Air sepanjang tahun 2024. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi di Indonesia mencapai angka Rp 1.714,2 triliun dalam periode Januari-Desember 2024. Dari jumlah tersebut, sektor properti menyumbang sebesar Rp 122,9 triliun atau setara dengan 7,2 persen dari total realisasi, menjadikannya peringkat keempat dalam daftar sub-sektor dengan kontribusi terbesar.
Keberhasilan sektor properti ini tidak terlepas dari investasi yang mengalir baik dari Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sub-sektor ini mencatatkan realisasi PMA senilai Rp 46,4 triliun, yang diperoleh dari 17.818 proyek, menempatkannya di posisi ke-8 dari total 23 sub-sektor PMA.
"Kami melihat pertumbuhan ini sebagai hasil dari upaya yang konsisten dalam mengembangkan area perumahan dan kawasan industri yang modern dan kompatibel dengan kebutuhan pasar," ujar seorang pejabat BKPM yang tidak mau disebutkan namanya.
Sementara itu, dari sisi PMDN, sektor properti menyambut investasi sebesar Rp 76,5 triliun melalui 20.017 proyek, menjadikannya posisi ketiga terbesar dalam hal investasi domestik dari total 23 sub-sektor. Dominasi dari sub-sektor ini menunjukkan stabilitas dan daya tarik investasi lokal yang tetap kuat meskipun tantangan ekonomi kerap menghadang.
"Ketersediaan lahan dan infrastruktur yang memadai serta dukungan peraturan yang kondusif telah mendorong pertumbuhan investasi di sektor ini," kata Rini, seorang analis properti terkenal di Indonesia.
Namun, meskipun tercatat sebagai salah satu penggerak utama, sektor properti masih berada di bawah bayang-bayang sub-sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya yang menduduki peringkat pertama dalam realisasi investasi dengan kontribusi sebesar Rp 238,4 triliun atau 13,9 persen dari total capaian.
Selain itu, ketiga sub-sektor lain yang berada di atas sektor properti masih diisi dengan industri seperti kimia dan farmasi, transportasi logistik, dan makanan dan minuman. Diversifikasi ini menunjukkan arah kebijakan investasi yang seimbang dan berkelanjutan.
Tantangan yang masih membayangi sektor properti adalah pemangkasan anggaran di beberapa proyek pemerintah, seperti yang dialami Kementerian PKP. Namun, hal ini tampaknya tidak menyurutkan konsistensi pembangunan dan pengembangan properti di Indonesia. Beberapa pengembang besar bahkan melihat ini sebagai peluang untuk meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan potensi lokal.
"Pemangkasan anggaran bukan berarti pengurangan aktivitas konstruksi. Ini justru menjadi kesempatan bagi para pengembang untuk mencari solusi kreatif dalam memaksimalkan potensi lahan yang ada," ungkap Ari, seorang pengembang properti terkemuka di Jakarta.
Dengan berbagai strategi adaptasi dan inovasi, sektor properti di Indonesia diprediksi akan terus memainkan peran penting dalam investasi nasional. Apalagi, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kebutuhan hunian serta kawasan industri, sektor ini masih memiliki ruang yang sangat luas untuk berkembang.
Komitmen untuk mempertahankan dan meningkatkan layanan infrastruktur yang andal serta kebijakan yang mendukung investasi properti menjadi kunci untuk mempertahankan tren positif ini ke depannya. Kesadaran akan pentingnya pembangunan berkelanjutan juga menjadi elemen krusial yang diupayakan oleh pelaku industri agar sektor ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga memberikan dampak positif secara sosial dan lingkungan.
Jelas bahwa sektor properti, melalui perumahan, kawasan industri, dan perkantoran, tidak hanya berkontribusi besar terhadap total investasi tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai tuan rumah bagi investasi berkelanjutan dan menjanjikan di masa depan.