Indonesia

5 Makanan Tradisional Indonesia yang Bertahan Sejak Ribuan Tahun

5 Makanan Tradisional Indonesia yang Bertahan Sejak Ribuan Tahun
5 Makanan Tradisional Indonesia yang Bertahan Sejak Ribuan Tahun

JAKARTA - Kuliner bukan hanya soal rasa, tetapi juga bagian dari perjalanan sejarah sebuah bangsa. Di Indonesia, ragam makanan tradisional hadir tidak sekadar sebagai santapan, melainkan juga menyimpan jejak panjang peradaban. Beberapa di antaranya bahkan telah ada sejak lebih dari 1.000 tahun lalu dan tercatat dalam prasasti maupun kitab kuno.

Hingga kini, makanan-makanan tersebut masih eksis, menjadi bagian dari keseharian masyarakat sekaligus bukti nyata bahwa tradisi kuliner Indonesia mampu bertahan lintas generasi. Berikut ulasan lima makanan tertua di Indonesia yang tetap digemari sampai sekarang.

Urap: Sayuran dengan Kelapa Parut yang Berusia Seribu Tahun

Urap menjadi salah satu sajian tradisional yang kaya nutrisi sekaligus sarat sejarah. Hidangan ini dibuat dari beragam sayuran rebus seperti kangkung, bayam, kacang panjang, tauge, kol, daun pepaya muda, hingga singkong, lalu dicampur dengan kelapa parut berbumbu.

Bumbu urap menggunakan bawang merah, bawang putih, kencur, terasi, dan cabai yang diulek halus sebelum dicampur dengan kelapa. Paduan gurih, pedas, dan segar menjadikan urap disukai banyak orang hingga kini.

Catatan sejarah menyebutkan, makanan ini telah dikenal sejak masa Kerajaan Medang. Urap tercatat dalam prasasti Linggasutan tahun 929 Masehi, menjadikannya salah satu kuliner tertua yang masih hidup di Indonesia.

Dendeng: Olahan Daging Awet dari Masa Medang

Makanan lain yang telah berusia lebih dari seribu tahun adalah dendeng. Olahan khas Minangkabau ini dibuat dari daging sapi yang diiris tipis, dibumbui, lalu dikeringkan. Hasilnya adalah daging dengan tekstur garing, awet, dan bercita rasa gurih.

Menariknya, dendeng tidak hanya dikenal di Sumatera Barat, tetapi juga di Jawa. Bukti tertulis tentang makanan ini ditemukan pada Prasasti Taji tahun 901 Masehi, yang juga berasal dari masa Kerajaan Medang. Hingga kini, dendeng tetap populer sebagai lauk nasi, terutama karena kepraktisannya dan daya tahannya yang lama.

Dodol: Manisan Kenyal dari Catatan Ramayana Jawa

Dodol merupakan makanan manis bertekstur kenyal yang identik dengan Garut, Jawa Barat. Namun, hampir setiap daerah di Indonesia memiliki variasi dodol dengan rasa dan bentuk yang berbeda.

Menariknya, dodol sudah disebut dalam saduran kitab Ramayana versi Jawa. Karya sastra ini diyakini berasal dari masa akhir Kerajaan Medang, antara tahun 840 hingga 930 Masehi. Hal ini menegaskan bahwa dodol telah menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat sejak lebih dari seribu tahun lalu.

Meski berusia tua, dodol tetap digemari karena rasanya yang manis legit dan cocok sebagai suguhan pada berbagai acara adat maupun hari besar.

Lalapan: Tradisi Sayuran Segar yang Tak Lekang Waktu

Bagi masyarakat Indonesia, makan tanpa lalapan seolah ada yang kurang. Lalapan berupa sayuran segar seperti kemangi, selada, timun, tomat, hingga terong sudah lama hadir sebagai pelengkap hidangan utama.

Tak banyak yang tahu bahwa lalapan adalah bagian dari kuliner kuno. Hidangan ini tercatat dalam Prasasti Jeru-jeru tahun 930 Masehi pada era Kerajaan Medang. Fakta tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan makan lalapan telah diwariskan turun-temurun selama lebih dari seribu tahun.

Kini, lalapan tetap menjadi pasangan setia sambal, nasi hangat, lauk, dan kerupuk, serta menjadi ciri khas kuliner Nusantara yang sederhana namun selalu dirindukan.

Es Dawet: Minuman Tradisional dengan Sejarah Panjang

Selain makanan, Indonesia juga memiliki minuman tradisional yang usianya lebih dari seribu tahun, yakni es dawet. Dawet dibuat dari adonan tepung ketan dan tepung tapioka yang dicetak kecil memanjang, lalu disajikan bersama santan dan gula merah cair.

Catatan sejarah menyebutkan es dawet telah ada sejak abad ke-12 Masehi. Minuman ini bahkan disebut dalam kitab Kresnayana, yang berkisah tentang percintaan Krisna dan Rukmini.

Kesegaran es dawet menjadikannya minuman khas Jawa yang masih bertahan hingga kini, baik di desa maupun di kota. Rasanya yang manis gurih selalu berhasil menghilangkan dahaga di tengah teriknya cuaca tropis Indonesia.

Kuliner Sebagai Jejak Peradaban

Kelima makanan dan minuman tersebut bukan sekadar hidangan biasa, melainkan bagian dari warisan budaya yang memperlihatkan betapa kayanya tradisi kuliner Nusantara. Dari prasasti hingga kitab kuno, jejak kuliner ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia sejak dahulu telah memiliki kreativitas tinggi dalam mengolah bahan pangan.

Lebih dari sekadar pengisi perut, kuliner tradisional ini sarat filosofi, nilai sosial, dan simbol kebersamaan. Keberadaan mereka hingga hari ini menjadi pengingat bahwa makanan tidak hanya soal rasa, melainkan juga perjalanan panjang sejarah bangsa.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index