Jepang

Mengenal Pakaian Tradisional Jepang, Dari Kimono Hingga Uchikake

Mengenal Pakaian Tradisional Jepang, Dari Kimono Hingga Uchikake
Mengenal Pakaian Tradisional Jepang, Dari Kimono Hingga Uchikake

JAKARTA - Jepang dikenal bukan hanya karena teknologi maju atau budaya pop modernnya, tetapi juga karena kekayaan tradisi yang masih dijaga hingga kini. Salah satu wujud warisan budaya yang paling menonjol adalah busana tradisionalnya. Pakaian-pakaian khas Negeri Sakura memiliki keunikan tersendiri, baik dari sisi bahan, bentuk, hingga makna filosofis yang terkandung di dalamnya.

Dua jenis pakaian yang paling populer di telinga banyak orang tentu saja kimono dan yukata. Meski kerap dianggap sama, keduanya sebenarnya berbeda, baik dalam hal bahan, fungsi, maupun waktu pemakaian. Selain dua nama tersebut, Jepang juga memiliki beragam jenis busana tradisional lain yang jarang terdengar, tetapi tak kalah menarik untuk dikenal.

Kimono dan Yukata, Ikon Budaya Jepang

Kimono sering dianggap sebagai pakaian tradisional paling khas dari Jepang. Kata “kimono” sendiri berasal dari dua kanji, “ki” yang berarti mengenakan dan “mono” yang berarti benda. Busana ini telah dipakai sejak periode Heian (794–1185), awalnya hanya untuk kalangan bangsawan. Seiring berjalannya waktu, kimono menyebar ke masyarakat luas dan menjadi bagian penting dalam acara budaya, bahkan dikenakan oleh aktor kabuki atau para geisha.

Keunikan kimono terlihat dari bentuknya yang menyerupai huruf T, panjang hingga pergelangan kaki, dan memiliki aturan khusus saat dikenakan—kerah kanan harus berada di bawah kerah kiri. Bahan kimono biasanya terbuat dari sutra atau brokat berkualitas tinggi. Kimono wanita terdiri dari beberapa lapisan, mulai dari nagajuban (lapisan dalam), date eri (kerah tambahan), hingga kimono utama dengan motif indah. Ikatan pinggangnya disebut obi, yang diperkuat dengan aksesoris lain seperti obiage dan obijimaje.

Berbeda dengan kimono, yukata lebih bersifat kasual. Pakaian ini dibuat dari katun tipis, sehingga cocok dipakai saat musim panas atau festival kembang api. Awalnya, yukata berfungsi sebagai pakaian rumah atau jubah mandi di pemandian air panas. Seiring pengaruh mode Barat, warnanya semakin beragam, tidak hanya putih dan biru tua, tetapi juga hitam, merah muda, hingga oranye. Motifnya pun lebih bervariasi, mulai dari bunga, polkadot, hingga buah-buahan.

Baik kimono maupun yukata biasanya dipadukan dengan alas kaki tradisional seperti geta atau zori, serta kaus kaki khusus bernama tabi. Untuk wanita muda, yukata sering dilengkapi aksesoris seperti jepit rambut, kipas, hingga tas kecil bermotif serasi.

Ragam Busana Tradisional Lainnya

Selain kimono dan yukata, masih banyak pakaian tradisional Jepang yang tak kalah menarik.

Furisode adalah kimono formal dengan lengan panjang yang dipakai wanita muda belum menikah, biasanya dalam upacara kedewasaan atau acara resmi. Motifnya cerah dan mencolok, dengan bahan sutra berkualitas tinggi.

Jinbei, pakaian santai berbahan katun, populer dipakai pada musim panas. Modelnya berupa atasan longgar dengan pengikat depan serta celana pendek, nyaman untuk beraktivitas.

Haori (mantel) dan Hakama (celana lebar) biasanya dipakai pria dalam acara resmi seperti pernikahan. Kini, haori juga dikenakan wanita sebagai outer di atas kimono.

Samue adalah busana sederhana yang awalnya dipakai biksu saat kegiatan sehari-hari. Longgar dan berbahan katun, samue kini juga digunakan masyarakat umum sebagai pakaian rumahan.

Komon merupakan jenis kimono dengan motif kecil berulang di seluruh kain. Sifatnya kasual dan biasa dipakai dalam acara nonformal.

Fundoshi, pakaian dalam tradisional pria berupa lilitan kain, kini jarang dipakai kecuali pada festival atau olahraga sumo.

Happi, mantel pendek dengan desain mencolok, kerap dipakai saat festival untuk menunjukkan identitas kelompok.

Uchikake, pakaian pernikahan tradisional Jepang untuk pengantin wanita, terbuat dari kain indah berhias bordir mewah, menjadi simbol keanggunan dalam upacara pernikahan.

Warisan Budaya yang Tetap Hidup

Setiap jenis busana tradisional Jepang memiliki makna dan fungsi tersendiri, mulai dari pakaian sehari-hari yang sederhana hingga busana pernikahan yang penuh simbol. Keberagaman ini menunjukkan betapa kuatnya peran pakaian dalam mencerminkan budaya dan nilai masyarakat Jepang.

Meski dunia modern terus berkembang, pakaian-pakaian tradisional ini tetap lestari, baik melalui festival, acara adat, hingga pertunjukan seni. Bahkan, kimono dan yukata kini juga populer di kalangan wisatawan asing yang ingin merasakan langsung pengalaman budaya Jepang.

Dengan segala detail dan keunikannya, busana tradisional Jepang bukan hanya pakaian semata, melainkan juga karya seni yang menyimpan filosofi, status sosial, serta jejak sejarah panjang Negeri Sakura.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index