Perbankan

Laba Bank Umum Semester I 2025 Tumbuh, Beban Bunga Jadi Tantangan

Laba Bank Umum Semester I 2025 Tumbuh, Beban Bunga Jadi Tantangan
Laba Bank Umum Semester I 2025 Tumbuh, Beban Bunga Jadi Tantangan

JAKARTA - Kinerja laba bersih perbankan umum pada paruh pertama tahun 2025 menunjukkan pertumbuhan positif meski di tengah tekanan kenaikan beban bunga. Laporan terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa laba bersih bank umum mencapai Rp 131,38 triliun atau naik 3,85% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Fenomena ini menggambarkan gambaran industri perbankan yang masih mampu mencatatkan keuntungan, meskipun harus menghadapi lonjakan biaya bunga yang cukup signifikan. Keseimbangan antara pendapatan bunga dan beban bunga menjadi fokus utama dalam menjaga stabilitas kinerja sektor perbankan nasional.

Pendapatan bunga dan kredit tumbuh mendorong kinerja

Data OJK per Minggu, 10 Agustus 2024, mencatat bahwa total pendapatan bunga bank umum pada semester I-2025 mencapai Rp 561,79 triliun, tumbuh 5,67% secara year on year (yoy). Dorongan utama pendapatan ini berasal dari ekspansi penyaluran kredit yang tumbuh 7,92% yoy, menjadi sebesar Rp 8.167,46 triliun.

Penyaluran kredit yang lebih luas ini menghasilkan pendapatan bunga sebesar Rp 350,93 triliun, meningkat 5,56% yoy. Selain kredit, pendapatan bunga juga diperoleh dari penempatan bank umum pada instrumen surat berharga yang bertumbuh 2,80% yoy menjadi Rp 2.316,04 triliun. Imbal hasil dari surat berharga tersebut meningkat signifikan sebesar 12,04% yoy, yakni mencapai Rp 70,46 triliun.

Pertumbuhan pendapatan bunga yang positif ini menjadi fondasi kuat dalam menahan tekanan dari sisi beban bunga yang juga mengalami kenaikan.

Beban bunga yang meningkat jadi beban berat

Sementara pendapatan bunga meningkat, beban bunga bank umum turut mengalami lonjakan, naik 6,70% yoy menjadi Rp 281,12 triliun. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan pembayaran bunga di berbagai instrumen dana pihak ketiga, termasuk giro yang naik 14,32%, tabungan naik 10,44%, dan deposito yang meningkat 7,20%.

Kenaikan beban bunga ini menjadi tantangan nyata bagi perbankan untuk menjaga margin keuntungan tetap sehat. Sehingga, manajemen bank perlu melakukan strategi pengelolaan biaya yang efektif sambil tetap menjaga ekspansi kredit yang menjadi sumber pendapatan utama.

Dana pihak ketiga tetap tumbuh positif

Dari sisi pendanaan, OJK mencatat total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum mencapai Rp 9.327,58 triliun, tumbuh 7,00% yoy hingga semester I-2025. Peningkatan DPK ini terjadi pada dua segmen utama, yaitu DPK dalam rupiah yang tumbuh 7,27% yoy menjadi Rp 7.845,60 triliun, dan DPK valuta asing (valas) yang naik 5,57% yoy menjadi Rp 1.481,99 triliun.

Pertumbuhan DPK menjadi indikator kuat kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan serta menjadi sumber utama modal yang menopang penyaluran kredit dan pendapatan bunga.

Stabilitas dan ketahanan sektor perbankan tetap terjaga

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa kinerja intermediasi perbankan secara umum tetap stabil dengan profil risiko yang terjaga. Penurunan suku bunga acuan BI Rate dan suku bunga kredit juga mendukung kondisi ini.

“Rerata tertimbang suku bunga kredit tercatat turun 11 basis poin menjadi 8,99%, terutama didorong oleh penurunan suku bunga kredit produktif,” ujar Dian dalam konferensi pers baru-baru ini.

Likuiditas perbankan juga dipastikan memadai, terlihat dari rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) sebesar 118,78% dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 27,05%, keduanya jauh di atas batas minimum yang ditetapkan.

Permodalan perbankan pun cukup kuat, tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) yang meningkat dari 25,48% pada Mei 2025 menjadi 25,81% pada Juni 2025. Kondisi ini memberikan bantalan mitigasi risiko yang memadai di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Tantangan dan peluang ke depan

Meskipun laba perbankan masih tumbuh, tekanan dari sisi beban bunga harus menjadi perhatian utama manajemen bank. Strategi pengelolaan biaya dan efisiensi operasional akan menjadi kunci dalam mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Selain itu, penurunan suku bunga kredit menjadi peluang bagi perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit produktif dan memperkuat kontribusi pendapatan bunga dari sektor-sektor strategis.

Peningkatan DPK juga membuka ruang bagi bank untuk menyalurkan lebih banyak kredit dengan basis pendanaan yang stabil. Sinergi antara ekspansi kredit dan pengelolaan biaya bunga yang efisien diharapkan mampu menjaga kinerja perbankan tetap positif hingga akhir tahun.

Dengan kondisi saat ini, industri perbankan Indonesia berada dalam posisi yang cukup kuat untuk menghadapi dinamika ekonomi domestik maupun global, dan mampu berkontribusi optimal terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index