JAKARTA - Pasar saham Asia dibuka variatif pagi ini Kamis, 7 Agustus 2025, dengan sebagian besar indeks bergerak dalam tren hati-hati seiring respon pasar terhadap ancaman tarif baru dari AS dan sinyal penurunan suku bunga The Fed.
Ketidakpastian global masih membayangi pergerakan pasar saham Asia. Fokus investor tertuju pada saham chip setelah Presiden AS Donald Trump mengancam tarif hingga 100% untuk impor semikonduktor dan chip, kecuali diproduksi langsung di AS. Belum jelas seberapa besar porsi produksi di AS yang akan dibutuhkan untuk menghindari tarif tersebut.
Perdagangan pagi hari dibuka dengan pergerakan tipis. Indeks ASX 200 Australia turun 0,13% menjadi 8.832,4 pada pukul 08:15 WIB. Kospi Korea Selatan melemah 0,12%, sementara Kosdaq datar. Di Jepang, Nikkei 225 naik 0,52% ke 41.006,99, disusul Topix yang menguat 0,19%.
Sementara itu, IHSG diprediksi menghadapi tekanan penurunan setelah sebelumnya melemah 0,15% ke level 7.503. Namun potensi penguatan tetap ada seiring kemungkinan kembalinya aksi net buy asing. Harga ETF saham Indonesia, iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO), tercatat naik 0,26% menjadi USD17.66 di bursa New York.
Potensi Koreksi IHSG dan Pengaruh Sektor
Sejumlah analis menilai IHSG hari ini rawan koreksi lanjutan dengan penurunan nilai transaksi. Namun, secara teknikal indeks masih berpeluang bergerak naik menuju 7.550 jika mampu bertahan di atas support 7.448.
Menurut analis dari Indo Premier, koreksi IHSG sebelumnya tidak mampu diimbangi oleh kenaikan saham-saham tambang logam, khususnya emas. Aksi outflow asing dari saham perbankan menjadi tekanan utama. Indeks sektor perbankan turun 1,25% dalam perdagangan terakhir.
Pelaku pasar hari ini juga akan menanti hasil rebalancing MSCI yang dijadwalkan rilis sore. Sejumlah saham diperkirakan masuk ke daftar MSCI seperti CUAN, BRMS, dan SSIA.
Wall Street Menguat Berkat Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga
Bursa saham utama Amerika Serikat mencatatkan penguatan pada perdagangan terakhir. Harapan pemangkasan suku bunga The Fed makin menguat setelah data tenaga kerja menunjukkan pelemahan.
Presiden Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, menyebut bank sentral mungkin perlu segera memangkas suku bunga. Selain itu, laporan keuangan positif dari sejumlah emiten mendorong kenaikan indeks. Sekitar 80% dari 400 perusahaan S&P 500 yang telah merilis kinerja kuartal II tercatat melampaui ekspektasi analis.
Nasdaq melesat 1,21% dipicu lonjakan saham Apple (5,1%) yang dirumorkan akan mengumumkan investasi manufaktur senilai USD100 miliar di AS. Saham McDonald’s dan Arista Networks naik masing-masing 3% dan 17,5%. Sementara itu, Advanced Micro dan Super Micro masing-masing jatuh 6,4% dan 18,3%. Walt Disney juga melemah 2,7%.
Dow Jones naik 0,18% ke 44.193,12
S&P 500 naik 0,73% ke 6.345,06
Nasdaq menguat 1,21% ke 21.169,42
Eropa Positif, Tapi Dibayangi Ancaman Tarif Baru AS
Di benua Eropa, mayoritas indeks saham utama menguat. Data penjualan ritel zona Euro tumbuh lebih cepat dari perkiraan sepanjang Juni, memberikan keyakinan atas ketahanan kawasan tersebut. Namun sentimen negatif muncul dari rencana Trump mengenakan tarif hingga 250% untuk impor farmasi dalam 18 bulan ke depan.
STOXX 600 turun tipis 0,06% di 541,07, ditekan oleh saham sektor kesehatan
SMI Swiss melemah 0,9%
DAX Jerman naik 0,33% ke 23.924,36
FTSE 100 Inggris naik 0,24% ke 9.164,31
CAC Prancis bertambah 0,18% ke 7.635,03
Saham farmasi seperti Novartis dan Roche anjlok, masing-masing 3,3% dan 2,6%. Sementara Novo Nordisk dan Bayer juga mengalami tekanan besar. Di sisi lain, saham Hiscox dan Siemens Energy tampil positif.
Dolar AS Melemah, Komoditas Turun
Kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang global melemah setelah laporan ketenagakerjaan AS bulan Juli menunjukkan perlambatan. Probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed pada September naik ke 95%.
Indeks Dolar (DXY) turun 0,56% ke 98,18
Euro naik tipis ke 1.1661
Yen Jepang menguat ke 147,19
Poundsterling naik ke 1.3358
Rupiah menguat ke 16.361,50
Yuan China ke 7.1824
Harga Minyak dan Emas Kompak Melemah
Harga minyak mentah berjangka kompak turun sekitar 1%. Peluang pencabutan sanksi AS terhadap Rusia memicu kekhawatiran meningkatnya pasokan minyak global. Di sisi lain, pasar juga mencermati potensi kenaikan pasokan dari OPEC+.
Brent turun 1,1% ke USD66,89
WTI turun 1,2% ke USD64,35
Sementara itu, harga emas tergelincir setelah tiga hari reli. Investor memilih profit taking di tengah memudarnya permintaan aset safe haven dan kabar seputar pergantian kepemimpinan Federal Reserve.
Emas spot turun 0,2% ke USD3.373,59 per ounce
Emas berjangka AS stagnan di USD3.433,4
Perak spot naik 0,1% ke USD37,88
Platinum naik 0,9% ke USD1.332,26
Paladium anjlok 2,7% ke USD1.143,52