Ilmiah

Peringatan Ilmiah Soal Bahaya Polusi Plastik Makin Menguat

Peringatan Ilmiah Soal Bahaya Polusi Plastik Makin Menguat
Peringatan Ilmiah Soal Bahaya Polusi Plastik Makin Menguat

JAKARTA - Kekhawatiran atas dampak jangka panjang polusi plastik terhadap kesehatan manusia dan keseimbangan ekosistem kembali menjadi sorotan dalam forum internasional. Dalam pertemuan negosiasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (INC-52) yang digelar pada 5–14 Agustus 2025 di Jenewa, Swiss, para pakar dari berbagai bidang ilmu memaparkan temuan ilmiah terbaru yang menunjukkan besarnya ancaman dari limbah plastik.

Rangkaian temuan tersebut terangkum dalam riset kolaboratif bertajuk Lancet Countdown on Health and Plastics. Para ilmuwan dari berbagai bidang seperti kesehatan global, ilmu lingkungan, dan kebijakan publik, turut terlibat dalam penyusunan bukti ilmiah ini, yang bertujuan mendorong para pengambil kebijakan bertindak lebih tegas dalam mengendalikan polusi plastik.

Prof. Rocklov, ketua bersama dalam kolaborasi tersebut, menyampaikan bahwa pesan utama dari temuan ini adalah urgensi tindakan nyata untuk mengurangi dampak kesehatan dari polusi plastik.

"Kami ingin menunjukkan betapa seriusnya dampak polusi dan kontaminasi plastik terhadap kesehatan dan konsekuensi yang akan terjadi jika tidak adanya tindakan tegas yang diambil untuk memberi solusi terhadap persoalan tersebut," tegas Rocklov.

Data Ilmiah untuk Mendorong Keputusan Global

Dokumen ilmiah ini dihadirkan sebagai referensi objektif dan independen dalam proses negosiasi internasional yang melibatkan perwakilan dari 175 negara. Melalui riset ini, para ilmuwan berharap keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam sidang INC-52 dapat benar-benar berpijak pada data ilmiah, bukan semata pada pertimbangan politik atau ekonomi.

"Kami akan menyediakan data independen berdasarkan keputusan yang dapat diambil untuk meningkatkan kesehatan masyarakat," tambah Rocklov.

Salah satu sorotan dalam riset tersebut adalah fakta bahwa jumlah sampah plastik di dunia telah mencapai 8 miliar ton. Angka yang mengkhawatirkan ini tidak dibarengi dengan penurunan produksi plastik—justru sebaliknya, industri terus menggulirkan lebih banyak produk plastik ke pasaran.

Bahkan, partikel mikroplastik dan nanoplastik beserta bahan kimia berbahaya telah ditemukan menyebar hingga ke pelosok-pelosok terpencil di Bumi. Temuan ini menunjukkan bahwa polusi plastik tidak mengenal batas wilayah dan berpotensi mencemari seluruh ekosistem global.

Dampak Kesehatan dan Ancaman bagi Kelompok Rentan

Selain mencemari lingkungan dan mengancam satwa liar, riset ini menekankan dampak langsung polusi plastik terhadap kesehatan manusia. Hasil studi menunjukkan bahwa partikel plastik dan bahan kimia yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit bahkan kematian.

Yang lebih memprihatinkan, beban dampak kesehatan tersebut secara tidak proporsional menimpa kelompok masyarakat yang paling rentan. Anak-anak, perempuan, dan masyarakat dengan akses kesehatan terbatas menjadi pihak yang paling terdampak oleh paparan polusi plastik.

Riset juga mengungkap bahwa plastik mengandung sekitar 16.000 jenis bahan kimia, dan lebih dari 4.200 di antaranya diketahui berpotensi berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Fakta ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature yang dirilis pada Rabu, 9 Juli 2025.

Kolaborasi Global untuk Menekan Krisis Plastik

Kolaborasi ilmiah ini merupakan hasil kerja sama lintas institusi dari berbagai negara. Beberapa lembaga yang terlibat antara lain Universitas Heidelberg, Boston College, Centre Scientifique de Monaco, serta Yayasan Minderoo.

Lancet Countdown on Health and Plastics tidak hanya bertujuan memperluas pemahaman publik tentang bahaya polusi plastik, tetapi juga mendesak adanya regulasi global yang tegas, sistem pengelolaan limbah yang berkelanjutan, dan transisi menuju penggunaan bahan-bahan yang lebih aman.

Melalui forum resmi seperti INC-52, para ilmuwan berharap rekomendasi mereka akan menjadi landasan bagi kesepakatan internasional yang mengikat bukan hanya janji kosong.

Dengan pendekatan berbasis sains yang kuat, mereka ingin memastikan bahwa kebijakan global yang dihasilkan benar-benar berfokus pada perlindungan kesehatan manusia, pelestarian ekosistem, dan keberlanjutan planet ini di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index