JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyoroti dinamika industri perbankan yang menunjukkan pertumbuhan kredit melambat menjelang pertengahan 2025. Lembaga pengawas keuangan ini menegaskan bahwa mayoritas bank di Indonesia kini sedang melakukan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) untuk menyesuaikan diri dengan tantangan ekonomi terkini.
Data OJK mencatat, hingga Mei 2025 penyaluran kredit perbankan mencapai Rp7.997,63 triliun. Angka tersebut naik 8,43 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan Mei 2024. Namun, pertumbuhan tersebut tercatat melambat dibanding April 2025 yang tumbuh 8,8 persen yoy.
Penyesuaian Strategi Menghadapi Tantangan Ekonomi
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa revisi RBB dilakukan sebagai respons atas kondisi ekonomi global dan domestik yang bergerak dinamis. Rencana Bisnis Bank sendiri merupakan dokumen strategis berisi target kinerja dan langkah bisnis perbankan untuk periode tertentu, biasanya satu tahun.
“Secara umum, terdapat penyesuaian target menjadi lebih konservatif ke bawah target dalam RBB hasil revisi. Tingkat revisi sangat tergantung pada stabilitas ekonomi dan ekspektasi ke depan. Seperti suku bunga acuan, kemudian permintaan kredit dan juga likuiditas, maupun kinerja bank hingga posisi Juni 2025,” ujar Dian.
Dian menekankan bahwa revisi ini menjadi salah satu cara perbankan untuk tetap berada di jalur yang wajar di tengah ketidakpastian ekonomi. Dengan menurunkan target secara realistis, bank dapat mengelola risiko, mempertahankan likuiditas, dan menjaga permodalan.
OJK Lakukan Asesmen Kinerja Semester I
Saat ini, OJK tengah melakukan asesmen komprehensif terhadap kinerja perbankan selama semester I 2025. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian setiap bank dengan target dalam RBB yang telah diserahkan sebelumnya.
Selain mengevaluasi pencapaian bisnis, OJK juga menilai faktor pendukung stabilitas keuangan, termasuk proyeksi ekonomi makro, kemampuan bank menjaga risiko kredit, hingga kecukupan likuiditas dan modal.
“Perkiraan kita sebagian besar bank masih dalam trajektori yang wajar, dengan basis asumsi terkini,” tutup Dian.
Dengan langkah ini, OJK berharap industri perbankan dapat tetap tangguh di tengah tantangan global, menjaga kepercayaan publik, dan mendorong pertumbuhan kredit yang sehat sesuai kapasitas pasar.