Kesehatan

Pakar Ingatkan Bahaya Kurang Tidur bagi Kesehatan

Pakar Ingatkan Bahaya Kurang Tidur bagi Kesehatan
Pakar Ingatkan Bahaya Kurang Tidur bagi Kesehatan

JAKARTA - Di tengah gaya hidup modern yang menuntut produktivitas tinggi, banyak orang masih mengorbankan jam tidur demi mengejar kesibukan. Namun, pakar kesehatan mental dari Korea Selatan memperingatkan bahwa kebiasaan ini justru bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan fisik dan mental.

Prof. Cho Cheol Hyun, psikiater di Rumah Sakit Anam Universitas Korea, menekankan bahwa tidur seharusnya menjadi prioritas utama. “Tidur bukanlah pilihan. Mengorbankannya demi produktivitas dapat berdampak buruk, baik secara mental maupun fisik,” tegasnya.

Risiko Mengabaikan Tidur dan Kebiasaan yang Salah

Cho menjelaskan bahwa tren di kalangan anak muda Korea yang mengidolakan kehidupan disiplin ekstrem—bangun sebelum matahari terbit, olahraga pagi, dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin—justru bisa menjadi bumerang jika mengorbankan tidur.

Menurutnya, fenomena ini makin mengkhawatirkan di musim panas, ketika gelombang panas dan malam tanpa tidur memperparah kualitas istirahat. Upaya mengganti kekurangan tidur dengan tidur siang ternyata bukan solusi.

“Tidur siang yang berlebihan justru dapat memperburuk gangguan tidur. Ini mengacaukan keseimbangan ritme tubuh dan membuat insomnia sulit diatasi,” jelasnya.

Cho juga menyoroti popularitas suplemen melatonin yang dijual bebas. Menurutnya, suplemen tersebut tidak selalu efektif karena menyebabkan kadar hormon tidur melonjak cepat lalu turun tiba-tiba. “Suplemen tersebut hanya memiliki sedikit dampak nyata terhadap tidur,” katanya.

Lebih jauh, ia memperingatkan penggunaan alkohol sebagai obat tidur. Meskipun membuat kantuk sesaat, alkohol justru merusak siklus tidur dan kualitas istirahat yang dihasilkan tidak maksimal.

Dampak Kesehatan dan Cara Mengatasinya

Gangguan tidur bukan sekadar masalah sepele. Cho menyebutkan, kurang tidur kronis bisa meningkatkan risiko sejumlah penyakit, mulai dari kanker payudara, gangguan endokrin, tekanan darah tinggi, hingga demensia dan gangguan suasana hati.

Kini, komunitas psikiatri memandang insomnia bukan hanya gejala, melainkan gangguan kecemasan yang berdiri sendiri. Dalam kasus tertentu, dokter dapat meresepkan obat seperti benzodiazepin atau antidepresan, namun penggunaannya harus hati-hati dan tidak berlebihan agar tidak menimbulkan ketergantungan.

Menurut Cho, kunci utama adalah memprioritaskan tidur sebagai bagian dari rutinitas sehat, bukan sebagai sisa waktu setelah pekerjaan selesai. Tidur yang cukup akan menjaga keseimbangan hormon, meningkatkan konsentrasi, dan melindungi tubuh dari risiko penyakit jangka panjang.

Pesan yang ingin ditekankan oleh Cho sederhana namun penting: jangan remehkan tidur. Di era ketika produktivitas sering dijadikan tolak ukur kesuksesan, mengorbankan istirahat justru bisa menimbulkan konsekuensi serius. Dengan memahami pentingnya tidur dan menerapkan kebiasaan sehat, kualitas hidup akan meningkat tanpa harus mengorbankan kesehatan mental dan fisik.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index