JAKARTA - Indonesia memasuki pertengahan 2025 dengan capaian menggembirakan di sektor energi. Lifting minyak nasional berhasil menembus angka 602 ribu barel per hari, berbarengan dengan langkah strategis pemerintah memperluas impor energi dari Amerika Serikat. Kombinasi ini menjadi bagian dari upaya besar memperkuat ketahanan energi sekaligus menekan risiko ketergantungan pada pasokan dari satu kawasan tertentu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan capaian tersebut merupakan kabar positif bagi penerimaan negara. “Saya baru melapor ke Presiden. InsyaAllah, target lifting dan PNBP yang ditetapkan APBN 2025 akan tercapai,” ujarnya.
Diversifikasi Pasokan Energi dari Amerika Serikat
Selain peningkatan produksi dalam negeri, pemerintah mengambil langkah proaktif memperluas sumber pasokan energi. Salah satunya melalui impor minyak mentah dan gas petroleum cair (LPG) dari Amerika Serikat senilai sekitar USD 15 miliar.
“Impor LPG sudah mulai. Volume pembelian akan ditingkatkan. Sekarang kami sedang siapkan perangkat dan skema agar harga tetap kompetitif,” jelas Bahlil.
Diversifikasi ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada pasokan energi dari kawasan Timur Tengah dan Asia, sekaligus menciptakan stabilitas jangka panjang. Dengan memperluas sumber impor, Indonesia dapat menekan risiko fluktuasi harga global dan gangguan pasokan akibat situasi geopolitik yang tidak menentu.
Pemerintah juga menyiapkan skema pengadaan yang transparan dan efisien agar harga energi impor tetap bersaing. Prinsipnya, impor besar-besaran ini tidak hanya mendukung ketahanan energi, tetapi juga dilakukan dengan tata kelola profesional yang menguntungkan negara dan tidak memberatkan masyarakat.
Peluang Investasi dan Infrastruktur Hilir Migas
Masuknya volume energi yang besar dari luar negeri membuka peluang investasi baru di sektor hilir migas. Pemerintah mendorong pengembangan infrastruktur seperti terminal LPG, fasilitas penyimpanan crude oil, dan jaringan logistik energi.
Kesiapan infrastruktur dalam negeri menjadi kunci untuk memastikan pasokan dari luar negeri dapat disalurkan dengan lancar. Dengan begitu, Indonesia dapat mengelola arus energi yang besar sekaligus memperkuat posisinya sebagai pasar energi strategis.
Selain itu, keterlibatan perbankan nasional dan mekanisme efisiensi logistik diharapkan menjaga harga tetap stabil bagi konsumen. Pemerintah menegaskan, meski volume impor meningkat, strategi harga dan logistik harus tetap menguntungkan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Fondasi Ketahanan Energi yang Tangguh
Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan lifting migas dan diversifikasi pasokan sejalan dengan visi membangun ketahanan energi nasional. Dengan kondisi geopolitik global yang dinamis, langkah ini dinilai penting untuk memastikan pasokan energi aman, stabil, dan tidak tergantung pada satu kawasan tertentu.
“Langkah ini akan mengurangi ketergantungan impor dari kawasan Timur Tengah dan Asia, membuka peluang diversifikasi pasokan, serta memperkuat ketahanan energi nasional,” tegas Bahlil.
Di sisi lain, pemerintah juga menekankan pentingnya efisiensi dan transparansi. Setiap proses impor energi akan dilengkapi instrumen pengawasan agar tetap berada pada level harga yang kompetitif.
Dengan kombinasi peningkatan produksi dalam negeri, diversifikasi pasokan internasional, dan penguatan infrastruktur hilir, Indonesia kini berada di jalur yang lebih percaya diri menghadapi tantangan energi global. Pemerintah berharap strategi ini bukan hanya mengejar angka lifting dan penerimaan negara, tetapi juga membangun sistem energi yang kokoh, efisien, dan berkelanjutan untuk masa depan.