Kemenkes

Kemenkes RI Soroti Dampak Sosial Demensia pada Lansia

Kemenkes RI Soroti Dampak Sosial Demensia pada Lansia
Kemenkes RI Soroti Dampak Sosial Demensia pada Lansia

JAKARTA - Bukan hanya masalah kesehatan, demensia kini dinilai sebagai ancaman sosial yang perlu mendapat perhatian serius. Penyakit yang sering disebut sebagai kepikunan ini dapat memicu konflik di lingkungan keluarga maupun panti lansia karena penderitanya kerap mengalami penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, hingga perubahan perilaku.

Kesadaran inilah yang mendorong Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menggelar kegiatan pemeriksaan dan edukasi kesehatan bagi 150 lansia di Sasana Tresna Werdha (STW) Ria Pembangunan, Cibubur, Jakarta Timur, Selasa, 29 Juli 2025. Program ini sekaligus menjadi rangkaian peringatan Bulan Peduli Alzheimer Sedunia dan Hari Lanjut Usia Nasional 2025.

Skrining Kesehatan Lengkap untuk Lansia

Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes RI, Imran Pambudi, menyebut kegiatan ini fokus pada pemeriksaan penyakit menular dan tidak menular, termasuk tuberkulosis (TBC) dan demensia.

“Kita ingin memastikan bahwa lansia yang tinggal di sini itu sehat, tidak ada yang sakit berat dan sakit menular,” ujar Imran di lokasi kegiatan.

Skrining TBC dilakukan untuk mencegah potensi penularan antar penghuni panti. “Kalau satu menular, nanti yang lain juga akan kena,” kata Imran.
Langkah ini penting mengingat lansia termasuk kelompok rentan dengan daya tahan tubuh yang tidak sekuat usia produktif.

Selain skrining penyakit menular, Kemenkes juga memberikan edukasi mengenai demensia yang berdampak langsung pada kualitas hidup para lansia. Edukasi ini diharapkan mampu membantu penghuni panti, pengelola, dan keluarga memahami gejala dini sehingga bisa melakukan penanganan yang tepat.

Dampak Sosial Demensia dan Pentingnya Kesadaran Publik

Imran menekankan bahwa demensia bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga sosial. Penderita kerap lupa akan rutinitas, instruksi, bahkan interaksi sehari-hari yang dapat menimbulkan salah paham.

“Masalah kepikunan ini biasanya akan berdampak pada masalah-masalah sosial. Karena beliau (lansia) kan pelupa. Orang mau apa dia lupa, ingetin apa dia lupa. Jadi akhirnya dismis persepsi, kemudian jadi friksi dan konflik,” jelasnya.

Berdasarkan data Alzheimer Disease International tahun 2021, terdapat lebih dari 55 juta orang hidup dengan demensia di seluruh dunia, dengan 65 persen di antaranya berada di negara berkembang. Angka tersebut diproyeksikan melonjak menjadi 78 juta pada tahun 2030. Lonjakan ini menjadi alarm bagi semua pihak untuk meningkatkan kesadaran dan advokasi terhadap penanganan demensia.

Kemenkes mengingatkan bahwa pencegahan dan perawatan jangka panjang sangat bergantung pada edukasi publik. Mengedepankan pola hidup sehat, stimulasi otak, dan pemeriksaan kesehatan berkala menjadi langkah penting untuk menekan risiko demensia di usia lanjut.

Perlu Kolaborasi untuk Pencegahan dan Dukungan Lansia

Kegiatan di STW Ria Pembangunan tidak hanya berhenti pada skrining, tetapi juga mencakup edukasi menyeluruh bagi para lansia dan pendampingnya. Tujuannya agar semua pihak memahami peran masing-masing dalam menjaga kesehatan mental dan fisik lansia.

Upaya ini menjadi bagian dari strategi nasional Kemenkes untuk memperkuat dukungan terhadap lansia di tengah tren penuaan penduduk yang kian meningkat. Imran menegaskan perlunya kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah, fasilitas kesehatan, hingga masyarakat.

“Upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, advokasi strategi perawatan, dukungan, dan pencegahan perlu lebih dioptimalkan,” tuturnya.

Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap kondisi kesehatan lansia, memahami tanda-tanda demensia, dan mampu menciptakan lingkungan sosial yang lebih suportif bagi mereka.

Dengan peningkatan kesadaran publik, deteksi dini, dan dukungan sosial yang memadai, demensia dapat ditangani secara lebih efektif. Harapannya, lansia tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga tetap dihargai dan merasa aman dalam lingkungan sosialnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index