JAKARTA - Kasus TBC pada anak terus menunjukkan peningkatan, bahkan tercatat naik hingga 2,5 kali lipat dalam beberapa tahun terakhir. Di tengah kekhawatiran ini, muncul pertanyaan penting: mengapa anak-anak bisa tertular TBC, penyakit yang selama ini identik dengan orang dewasa?
Menurut dokter spesialis anak dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K), penularan TBC pada anak sangat mungkin terjadi karena penyebaran bakteri penyebabnya, Mycobacterium tuberculosis, berlangsung melalui udara. Anak-anak yang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri ini berisiko tinggi tertular.
"Bakteri tersebut dapat menyebar melalui udara ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau tertawa. Selain itu, droplet yang mengandung bakteri TB dapat menyebar ke udara dan dihirup oleh anak-anak," jelas dr. Titis.
Anak-anak yang Paling Rentan
Kelompok yang paling rentan terhadap infeksi ini adalah anak usia balita, terlebih jika mereka tinggal serumah dengan pasien TB aktif. Dalam kondisi seperti ini, anak akan terpapar kuman TB dalam waktu yang lama, sehingga kemungkinan tertular semakin besar.
Selain itu, anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti mereka yang menderita HIV atau mengalami gizi buruk, juga lebih mudah terkena TBC. Kondisi stunting juga menjadi faktor risiko signifikan, di mana anak stunting disebut memiliki kerentanan hingga tiga sampai delapan kali lebih besar untuk sakit TBC.
Hal ini tentu menjadi perhatian besar, sebab usia balita merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika terkena TBC di masa ini, dampaknya bisa sangat serius terhadap masa depan kesehatan dan kualitas hidup anak.
Gejala TBC Anak Tak Spesifik
Berbeda dengan gejala TBC pada orang dewasa yang cukup khas seperti batuk berkepanjangan, gejala pada anak-anak cenderung tidak spesifik. Menurut dr. Titis, sejumlah gejala umum TBC pada anak yang perlu diwaspadai antara lain:
Demam selama lebih dari dua minggu tanpa penyebab yang jelas
Batuk yang tak kunjung sembuh atau semakin parah selama lebih dari tiga minggu
Berat badan anak tidak naik atau malah turun dalam dua bulan
Nafsu makan menurun atau hilang
Anak tampak kurang aktif dari biasanya
Muncul benjolan di sekitar leher atau bawah rahang, yang menandakan pembesaran kelenjar getah bening
"Namun ada juga gejala yang tidak terlihat. Biasanya di awal sebelum sakit TB aktif, jika dirontgen sudah ada kelainan. Kondisi ini disebut TB subklinis; banyak terjadi pada anak besar atau orang dewasa," ungkapnya.
Diagnosis dan Pengobatan
Pemeriksaan untuk memastikan TBC pada anak kini bisa dilakukan di Puskesmas. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan fisik dan kurva pertumbuhan, tes tuberkulin (Mantoux), tes IGRA dari sampel darah, hingga pemeriksaan dahak untuk memastikan keberadaan kuman TB.
Rontgen dada juga sering dilakukan untuk mendukung hasil diagnosis. Bila ditemukan adanya tanda-tanda TBC, maka pengobatan bisa segera diberikan.
Kabar baiknya, saat ini pengobatan TBC sudah ditanggung penuh oleh pemerintah alias gratis. Namun, keberhasilan pengobatan tetap sangat bergantung pada kepatuhan pasien, dalam hal ini orangtua sebagai pendamping anak, dalam menjalani pengobatan sesuai jadwal.
"Orangtua memiliki peran penting dalam memastikan pengobatan TB dijalani secara rutin dan sesuai anjuran dokter, termasuk asupan makanan yang tepat," tambah dr. Titis.
Asupan gizi yang baik juga sangat penting dalam proses pemulihan. Dengan pengobatan yang tepat dan dukungan nutrisi yang cukup, anak-anak yang menderita TBC memiliki peluang besar untuk sembuh dan kembali tumbuh optimal.