JAKARTA - Fenomena penggunaan pinjaman online di kalangan anak muda semakin menonjol, terutama di tengah kemudahan teknologi digital yang memungkinkan proses pengajuan dan pencairan dana dilakukan hanya melalui aplikasi di ponsel. Di balik kemudahannya, pola penggunaan pinjaman ini menunjukkan perbedaan orientasi keuangan antara generasi.
Sebuah survei terbaru terhadap generasi muda di Indonesia mengungkap tren menarik mengenai alasan mereka mengakses pinjaman digital. Generasi Z atau Gen Z, yang terdiri dari individu berusia 12 hingga 27 tahun, ternyata cenderung memanfaatkan pinjaman online bukan untuk kebutuhan mendesak atau produktif, melainkan demi kepentingan gaya hidup dan hiburan.
Sebanyak 58% responden Gen Z tercatat menggunakan pinjaman online untuk kebutuhan konsumtif, seperti membeli barang tren, menikmati hiburan, atau membiayai aktivitas sosial. Fenomena ini menandai pergeseran perilaku finansial generasi muda yang tumbuh dalam era digital dengan akses cepat terhadap teknologi dan informasi.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu Milenial yang berusia antara 28 hingga 43 tahun, pola penggunaan pinjaman menunjukkan perbedaan signifikan. Mayoritas Milenial justru lebih fokus pada penggunaan pinjaman online untuk tujuan yang bersifat produktif atau menyokong kebutuhan rumah tangga.
Milenial Lebih Fokus pada Kebutuhan Rumah Tangga dan Usaha
Dalam survei yang sama, ditemukan bahwa 54% Milenial memanfaatkan pinjaman online untuk keperluan rumah tangga. Alasan lainnya termasuk pembiayaan usaha (45%), biaya pengobatan (44%), pendidikan (30%), dan pengeluaran kerja (25%).
Data ini menunjukkan bahwa Milenial lebih mengedepankan penggunaan dana pinjaman untuk kebutuhan jangka panjang, terutama yang berhubungan dengan keluarga dan tanggung jawab hidup. Fakta bahwa 88% responden Milenial sudah menikah dan memiliki anak turut mendukung kecenderungan ini.
Berbeda dari Gen Z, Milenial memiliki beban finansial lebih besar sehingga pengelolaan pinjaman cenderung diarahkan untuk hal-hal yang berdampak pada kesejahteraan keluarga. Bahkan, hanya 20% Milenial yang menggunakan pinjaman online untuk kebutuhan hiburan dan gaya hidup, yang berarti jumlahnya jauh lebih kecil dibanding Gen Z.
Gen Z, di sisi lain, cenderung lebih bebas dalam memutuskan penggunaan dana pinjaman karena sebagian besar dari mereka masih lajang. Sebanyak 75% responden Gen Z belum menikah, yang memungkinkan mereka menggunakan dana untuk kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan beban tanggungan keluarga.
Perbedaan Fokus Finansial Antar Generasi
Perbedaan mencolok antara dua generasi ini menjadi gambaran nyata bagaimana usia, status sosial, dan tanggung jawab memengaruhi keputusan dalam pengelolaan keuangan.
Milenial tampak lebih berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dan mempertimbangkan dampak jangka panjang. Kebutuhan produktif seperti modal usaha dan biaya pendidikan mendominasi alasan mereka mengakses pinjaman online.
Sebaliknya, Gen Z memperlihatkan karakteristik yang lebih spontan dan berorientasi pada pengalaman. Gaya hidup modern, seperti nongkrong di tempat kekinian, berlibur, atau mengikuti tren digital, menjadi pemicu utama mereka berani mengambil pinjaman tanpa pertimbangan jangka panjang.
Meski tidak semua Gen Z bersikap konsumtif, data survei menunjukkan bahwa pola pikir keuangan mereka belum sepenuhnya terarah pada perencanaan masa depan. Beberapa di antara mereka juga mengambil pinjaman online untuk tujuan serupa seperti Milenial, namun jumlahnya lebih kecil secara proporsi.
Tren ini bisa menjadi perhatian penting bagi para penyedia layanan keuangan digital dan pemangku kepentingan dalam bidang literasi keuangan. Edukasi mengenai penggunaan pinjaman yang bijak, pengelolaan utang, serta perencanaan keuangan jangka panjang menjadi hal yang mendesak dilakukan, terutama di kalangan Gen Z.
Lebih lanjut, adanya disparitas antara dua generasi ini membuka ruang diskusi mengenai pentingnya edukasi finansial yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan tiap kelompok usia.