JAKARTA - Kisah Bitcoin bukan sekadar cerita tentang lonjakan harga aset digital. Ini adalah catatan sejarah bagaimana satu inovasi teknologi dapat mengubah sistem keuangan dunia. Siapa sangka, mata uang kripto yang dulu tak bernilai kini mencatatkan kenaikan fantastis hingga 39.666.567%, menjadikannya salah satu aset dengan pertumbuhan nilai paling mencengangkan sepanjang masa.
Bitcoin, sejak pertama kali diperkenalkan ke publik pada 2009, telah melewati banyak fase: mulai dari dicemooh sebagai “uang internet”, hingga sekarang menjadi bagian dari portofolio institusi keuangan global. Nilai tukarnya, yang awalnya hanya $0,10–$0,30, kini telah meroket hingga $119.000 pada 2025.
Dari Komunitas Kecil ke Panggung Global
Bitcoin lahir dari tangan (atau mungkin pikiran) misterius Satoshi Nakamoto. Di tahun pertamanya, mata uang digital ini hanya digunakan oleh segelintir penggemar teknologi dan kriptografi. Tidak memiliki harga pasar, Bitcoin kala itu hanya menjadi sarana uji coba teknologi blockchain.
Peristiwa ikonik terjadi pada Mei 2010, ketika 10.000 BTC digunakan untuk membeli dua loyang pizza. Kini, “Bitcoin Pizza Day” menjadi perayaan tahunan komunitas kripto—juga pengingat bahwa nilai Bitcoin pernah hampir tak berarti.
Namun, pada akhir 2010, Bitcoin mulai diperdagangkan secara publik, dengan harga menyentuh angka $0,10 hingga $0,30.
Lonjakan besar pertama terjadi pada 2011. Harga Bitcoin melesat dari $0,30 ke $26,90 hanya dalam hitungan bulan—kenaikan lebih dari 8.000%. Tapi euforia ini runtuh cepat akibat aksi jual besar-besaran di bursa Mt. Gox yang membuat harga jatuh hingga $0,01. Peristiwa ini menandai awal fluktuasi ekstrem yang akan mewarnai perjalanan Bitcoin selama bertahun-tahun.
Fase Konsolidasi dan Krisis Kepercayaan
Pada 2012 dan 2013, Bitcoin mulai memperoleh perhatian lebih luas. Harga perlahan merangkak naik dan berhasil menyentuh $1.000 di penghujung 2013. Banyak toko dan layanan mulai menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran.
Namun, tak lama kemudian, pada awal 2014, bursa Mt. Gox bangkrut setelah kehilangan ratusan ribu BTC akibat peretasan. Ini memicu krisis kepercayaan dan membuat harga Bitcoin anjlok. Meski demikian, pengembangan teknologi blockchain terus berjalan. Bursa-bursa baru mulai bermunculan dengan sistem keamanan lebih baik.
Popularitas dan Volatilitas Ekstrem
Puncak popularitas Bitcoin terjadi pada 2017, ketika harga melonjak dari di bawah $1.000 menjadi hampir $20.000. Ledakan ini sebagian besar didorong oleh antusiasme publik terhadap Initial Coin Offering (ICO).
Sayangnya, banyak proyek ICO tidak memiliki produk riil dan berujung penipuan. Akibatnya, beberapa negara melakukan larangan, dan harga Bitcoin kembali terjun bebas pada 2018 hingga menyentuh di bawah $4.000. Meski begitu, kehadiran institusi keuangan mulai terasa. Banyak yang tertarik dengan potensi Bitcoin sebagai aset lindung nilai maupun sarana diversifikasi portofolio.
Momentum Baru di Tengah Pandemi
Saat dunia dilanda pandemi COVID-19 pada 2020, Bitcoin sempat jatuh ke kisaran $3.850. Namun, dengan banyaknya stimulus keuangan dan suku bunga rendah, minat terhadap Bitcoin kembali meningkat. Tahun itu ditutup dengan harga hampir $30.000, menegaskan kembali perannya sebagai “emas digital”.
Tahun 2021 menjadi tonggak baru. Harga Bitcoin tembus hingga $64.895. Perusahaan-perusahaan besar mulai menaruh Bitcoin sebagai cadangan kas, layanan pembayaran mulai mengintegrasikannya, dan ETF berbasis Bitcoin mulai bermunculan.
Namun, “crypto winter” kembali datang pada 2022 dan 2023, ditandai dengan kejatuhan sejumlah platform besar dan anjloknya harga. Meski demikian, pembangunan infrastruktur keuangan berbasis kripto terus berjalan, dan regulasi mulai dirancang lebih serius.
ETF Spot dan Kematangan Pasar
Momen penting datang pada awal 2024. ETF Bitcoin spot disetujui, memungkinkan investor mengakses Bitcoin melalui pasar saham tradisional. Langkah ini disambut antusias dan mendorong harga naik signifikan.
Pada 2025, Bitcoin telah melampaui angka $110.000 dan menunjukkan tanda-tanda menjadi bagian dari sistem keuangan arus utama. Korelasinya dengan saham teknologi dan obligasi korporasi mulai tampak, sementara hubungannya dengan dolar AS tetap negatif. Ini menjadikan Bitcoin sebagai aset ganda berisiko tapi juga memiliki fungsi sebagai lindung nilai.
Bitcoin tak lagi dipandang sekadar sebagai eksperimen. Ia telah menjadi alat investasi, pelindung nilai, sekaligus simbol evolusi keuangan digital. Dari $0,30 menjadi lebih dari $100.000, kisah Bitcoin bukan hanya soal harga, tetapi tentang revolusi dalam cara manusia mempercayai dan menggunakan uang.