JAKARTA - Akses masyarakat terhadap rumah layak huni kembali diperkuat oleh PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) (SMF), melalui penyaluran Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP) sepanjang semester I 2025. Komitmen ini menjadi wujud konkret SMF dalam mendukung pembiayaan perumahan rakyat.
SMF telah menggelontorkan dana sebesar Rp1,75 triliun untuk membiayai sekitar 42.500 unit rumah pada paruh pertama 2025. Angka ini mencerminkan dorongan agresif dalam realisasi program KPR subsidi yang menyasar kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Realisasi FLPP tahun 2025, kami sudah menyalurkan Rp 1,75 triliun untuk kurang lebih 42.500 unit rumah,” ujar Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo, di Jakarta.
Tahun ini, pemerintah melalui SMF telah menaikkan target penyaluran rumah subsidi dari semula 220 ribu unit menjadi 350 ribu unit. Peningkatan ini diharapkan mampu memperluas jangkauan penerima manfaat program FLPP di berbagai daerah.
Harap Penyesuaian PMN untuk Percepatan Realisasi
Dengan target penyaluran yang meningkat signifikan, SMF menekankan pentingnya percepatan penerimaan Penyertaan Modal Negara (PMN) agar pembiayaan tidak hanya mengandalkan dana internal. Pasalnya, hingga semester I 2025, pembiayaan FLPP masih menggunakan dana milik perseroan.
“Untuk itu, kami tahun ini mengharapkan PMN itu bisa di-adjust (disesuaikan) dan bisa kami terima pada tahun ini juga,” ujar Ananta.
Sejak tahun 2017 hingga 2024, total PMN yang telah diterima SMF untuk pembiayaan KPR FLPP mencapai Rp11,22 triliun. Dana tersebut kemudian dikombinasikan dengan dana internal melalui skema blended finance, memungkinkan penyaluran sebesar Rp28,09 triliun ke berbagai bank pelaksana untuk mendanai pembangunan sebanyak 752.526 unit rumah.
Langkah ini tak hanya mendukung perumahan rakyat, tetapi juga menciptakan efek ekonomi berantai. SMF mencatat multiplier effect dari pembiayaan yang mereka salurkan mencapai 8,66 kali. Artinya, setiap rupiah yang digelontorkan mampu memicu aktivitas ekonomi yang lebih luas, mulai dari sektor konstruksi hingga industri turunannya.
Kinerja Keuangan Tetap Solid di Tengah Dorongan Sosial
Meski aktif menjalankan fungsi sosial lewat FLPP, SMF tetap menunjukkan performa keuangan yang kuat. Hingga Juni 2025, total aset perseroan tercatat Rp56,07 triliun, hanya sedikit di bawah target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar Rp59,03 triliun.
Ekuitas perusahaan berada di angka Rp20,75 triliun, dengan pendapatan sebesar Rp1,6 triliun. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp292 miliar dari target tahunan Rp512 miliar. Beberapa indikator kinerja lainnya juga menunjukkan tren yang sehat dan terukur.
“Profit margin kami sebesar 18,15 persen, dan rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) berada di 2,16 kali,” jelas Ananta.
Persentase kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) bruto pun sangat rendah, hanya sebesar 0,0033 persen. Ini menunjukkan bahwa kualitas aset dan pembiayaan yang disalurkan SMF tetap terkendali dan produktif.
Kontribusi SMF kepada penerimaan negara juga tak bisa dipandang sebelah mata. Sejak 2021 hingga Juni 2025, total akumulasi pembayaran pajak yang dilakukan mencapai Rp1,62 triliun. Selain itu, SMF juga telah menyetor dividen sebesar Rp914,72 miliar ke kas negara.
“Total kontribusi kami dari pajak dan dividen selama periode tersebut mencapai Rp2,54 triliun,” ungkap Ananta.
Melalui kombinasi antara misi sosial dan kinerja bisnis yang sehat, SMF terus menegaskan peran strategisnya sebagai Special Mission Vehicle (SMV) di sektor pembiayaan perumahan nasional. Penyaluran FLPP yang konsisten, didukung tata kelola yang prudent dan efisien, diharapkan dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.