JAKARTA - Pasar saham Indonesia tengah memasuki fase yang cukup dinamis dengan tekanan jual yang mulai terasa dalam beberapa sesi terakhir. Meskipun pelemahan terjadi, sejumlah analis tetap melihat peluang bagi investor yang mencermati pergerakan teknikal dan memilih strategi beli saat harga turun.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,72% atau turun 53,4 poin ke posisi 7.344,73 pada penutupan perdagangan Selasa, 22 Juli 2025. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam rentang 7.344 hingga 7.457. Sementara itu, nilai kapitalisasi pasar tercatat menurun menjadi Rp13.200 triliun.
Tekanan terlihat cukup kuat dengan 379 saham terkoreksi, dibandingkan 220 saham yang menguat dan 200 lainnya stagnan. Meski demikian, volume dan nilai transaksi mengalami peningkatan dan tercatat berada di atas rata-rata harian.
Saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), yang terkait dengan Hashim Djojohadikusumo, menjadi sorotan pasar dengan nilai transaksi terbesar hari itu mencapai Rp1,6 triliun. Namun, saham ini justru terkoreksi 4,07% ke level Rp2.830 per saham.
Saham lain juga mengalami tekanan, seperti PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang turun signifikan sebesar 7,95% ke level Rp2.200 per saham, serta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang melemah 0,43% ke level Rp4.660.
Beberapa saham yang ikut melemah antara lain PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) turun 1,87% ke Rp1.575, dan PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) yang turun cukup dalam sebesar 9,69% ke posisi Rp2.610 per saham.
Proyeksi IHSG dan Strategi Teknis
Tim analis dari MNC Sekuritas memberikan pandangan bahwa IHSG saat ini berada pada fase akhir dari wave (iii) dalam struktur wave [c]. Dengan posisi yang demikian, peluang penguatan tetap terbuka meskipun diperkirakan akan bersifat terbatas dan hanya menguji area 7.466.
Namun, mereka juga mengingatkan adanya potensi koreksi lanjutan menuju area 7.220–7.311 berdasarkan pola teknikal. Adapun untuk level-level penting yang menjadi perhatian adalah support di 7.304 dan 7.202, serta resistance di 7.506 dan 7.595.
Dalam situasi ini, strategi buy on weakness kembali menjadi pendekatan yang direkomendasikan. Beberapa saham yang layak dipertimbangkan untuk strategi tersebut menurut MNC Sekuritas adalah:
PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO)
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT)
PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE)
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO)
Sementara itu, analis teknikal dari Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menilai bahwa IHSG saat ini masih dalam fase konsolidasi dengan kecenderungan koreksi lanjutan. Ia menekankan bahwa level psikologis 7.300 menjadi titik kritis yang perlu dicermati oleh investor.
“IHSG berpeluang melanjutkan koreksi menguji level psikologis 7.300. Jika break low dari level ini, IHSG diperkirakan menutup gap di 7.291,” ujarnya dalam analisis terbarunya.
Sektor Infrastruktur Bertahan, Saham-Saham Ini Diunggulkan
Dari seluruh sektor yang dipantau, hanya sektor infrastruktur yang mampu bertahan di zona hijau dalam perdagangan kemarin. Sepuluh sektor lainnya kompak mengalami penurunan, seiring tekanan yang melanda pasar secara umum.
Meskipun indeks komposit bergerak menurun, peluang bagi investor tetap terbuka terutama melalui seleksi saham yang memiliki prospek kuat atau yang telah terkoreksi cukup dalam namun masih menunjukkan fundamental positif.
Phintraco Sekuritas memberikan daftar saham yang menjadi rekomendasi pada perdagangan hari ini, Rabu, 23 Juli 2025, antara lain:
PT BUMA Internasional Group Tbk. (DOID)
PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO)
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR)
PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI)
PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS)
Di sisi lain, saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) justru berhasil mencatat kenaikan tajam sebesar 7,21% ke posisi Rp2.960 per saham, menjadi satu dari sedikit saham yang mampu menahan tekanan jual dan menunjukkan performa positif.
Secara umum, situasi pasar yang sedang mengalami konsolidasi menuntut pendekatan lebih hati-hati dari para pelaku pasar. Mencermati level-level teknikal penting, memperhatikan sentimen sektoral, serta melakukan pemilihan saham berbasis analisis mendalam menjadi kunci dalam mengelola portofolio pada situasi seperti ini.