JAKARTA - Upaya penyehatan jangka panjang PT Garuda Indonesia Tbk terus berlanjut, salah satunya melalui wacana pembelian armada baru. Maskapai pelat merah ini tengah menjajaki potensi akuisisi 50 unit pesawat berbadan lebar Boeing 777 dalam rangka memperkuat kinerja operasional sekaligus menyelaraskan strategi bisnis jangka menengah. Proses komunikasi dengan pihak Boeing saat ini masih berlangsung secara intensif.
Strategi Armada dan Restrukturisasi Keuangan
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi transformasi bisnis perusahaan dalam lima tahun mendatang. Komunikasi dengan Boeing dilakukan untuk memastikan spesifikasi pesawat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pasar yang dituju oleh perseroan.
“Perseroan dan Boeing tengah melakukan komunikasi secara intensif,” kata Wamildan dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, Senin, 21 Juli 2025. Ia menambahkan, akuisisi ini diharapkan mampu memperkuat layanan penerbangan serta mendukung keberlanjutan operasional maskapai.
Tak hanya fokus pada aspek teknis armada, pengadaan pesawat ini juga dirancang sejalan dengan agenda restrukturisasi finansial perusahaan. Wamildan menegaskan bahwa pembiayaan pembelian telah menjadi bagian integral dari rencana penyehatan yang sebelumnya telah disusun dan disetujui oleh pemangku kepentingan terkait.
“Dana pembelian 50 pesawat ini sejalan dengan rencana penyehatan keuangan perseroan sebagaimana tertuang dalam rancangan restrukturisasi dalam rangka penyehatan perseroan,” ujar Wamildan.
Rencana tersebut telah mendapat lampu hijau dari Menteri BUMN Erick Thohir dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 30 Juni 2025. Di sisi lain, manajemen Garuda juga tengah bernegosiasi dengan sejumlah pihak yang berpotensi menjadi penyandang dana.
“Selain itu, perseroan juga secara paralel tengah menjalin komunikasi dengan sejumlah pihak pemberi dana potensial,” ucapnya.
Dikaitkan dengan Relasi Perdagangan AS–Indonesia
Di tengah komunikasi bisnis tersebut, muncul pula konteks hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa pembelian pesawat Boeing 777 merupakan bagian dari negosiasi tarif impor dengan pemerintah AS. Ia menilai bahwa diskusi mengenai akuisisi pesawat masih bersifat business-to-business dan belum sampai ke tahap akhir.
“Jadi nanti teknisnya kita tunggu perkembangan selanjutnya,” ujar Airlangga saat ditemui seusai kegiatan bersama asosiasi pengusaha, Senin, 21 Juli 2025. Menurutnya, rencana pembelian pesawat turut dipengaruhi oleh penurunan tarif impor produk Indonesia ke Amerika Serikat menjadi 19 persen setelah sebelumnya dikenakan tarif resiprokal sebesar 32 persen.
Penurunan tarif ini, menurut Airlangga, menjadi momentum positif bagi kelanjutan kerja sama ekonomi bilateral, termasuk sektor penerbangan. Ia meyakini bahwa komunikasi yang terjalin antara Garuda Indonesia dan Boeing berada pada jalur yang konstruktif.
Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso. Menurutnya, pembelian pesawat menjadi salah satu poin dalam pembicaraan dagang dengan pemerintah AS. Namun, ia menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada penandatanganan nota kesepahaman resmi yang dilakukan oleh Garuda.
“Untuk Garuda Indonesia kan belum tanda tangan. Yang baru tanda tangan untuk energi dengan pertanian, soya bean, gandum, dan sebagainya,” kata Susi.
Dengan mempertimbangkan berbagai aspek strategis mulai dari kebutuhan pasar, restrukturisasi keuangan, hingga dinamika perdagangan internasional, rencana akuisisi 50 unit Boeing 777 menjadi simbol transformasi Garuda Indonesia ke depan. Prosesnya mungkin belum final, namun arah yang diambil menunjukkan niat kuat untuk memperkuat daya saing maskapai di tengah tantangan global industri penerbangan.