JAKARTA - Akhir perjalanan Dustin Poirier di pentas UFC diwarnai pertarungan penuh aksi dan luka. Di UFC 318 yang berlangsung Minggu, 20 Juli 2025, Poirier menantang Max Holloway dalam sebuah duel emosional yang menjadi penutup kariernya. Sayangnya, langkah pamungkas itu tak berbuah manis. Poirier harus menerima kekalahan angka mutlak setelah lima ronde keras melawan Holloway.
Laga dimulai dengan tensi tinggi. Pada ronde pertama, Holloway langsung menunjukkan agresivitas lewat kombinasi pukulan yang membuat Poirier jatuh ke kanvas. Namun, Poirier bukan petarung yang mudah menyerah. Ia bangkit cepat dan menghindari kerusakan lebih lanjut dari Holloway yang mencoba memanfaatkan momen tersebut.
Tak ingin terus ditekan, Poirier kemudian membalas dengan serangan balik. Ia mencoba mengontrol jalannya ronde lewat kombinasi pukulan dan tendangan, meskipun Holloway terus memberikan tekanan yang menyulitkan. Kedua petarung terlibat dalam pertarungan yang sangat intens sejak awal.
Duel Penuh Serangan Balik
Ronde kedua jadi babak kritis bagi Poirier. Ia tampil lebih agresif, mencoba mengambil alih kendali dan mendesak Holloway. Namun, strategi itu malah membuka celah. Sebuah pukulan balik dari Holloway mendarat telak dan membuat Poirier goyah. Dalam situasi sulit itu, Holloway segera melanjutkan serangan dan menyeret Poirier ke bawah.
Terpojok di posisi ground, Poirier mendapat hujan pukulan. Ia bertahan sekuat tenaga, menjaga agar pertarungan tidak dihentikan wasit. Tekanan dari Holloway cukup berat, tetapi Poirier menunjukkan daya tahan luar biasa.
Pertarungan sempat berlangsung di atas matras, meski tidak berlangsung lama. Dalam 15 detik terakhir ronde kedua, Poirier berhasil menciptakan momen penting. Ia memukul Holloway hingga limbung, lalu mencoba mengunci. Namun, bel berbunyi lebih dulu menyelamatkan Holloway dari potensi penyelesaian duel.
Poirier tampil penuh semangat di awal ronde ketiga. Ia melepaskan sejumlah pukulan bersih ke arah wajah Holloway. Duel berubah menjadi pertarungan jarak dekat, keduanya saling jual beli pukulan tanpa ampun.
Wajah masing-masing mulai menunjukkan dampak pertarungan. Bibir, bawah mata, dan hidung Poirier terlihat terluka, sementara Holloway juga mengalami luka di hidung dan bawah matanya. Tapi keduanya tetap bertahan, menunjukkan daya juang yang tak surut sedikit pun.
Penutup Karier Penuh Perlawanan
Ronde keempat jadi salah satu ronde paling dahsyat. Intensitas pukulan meningkat, dan pertukaran serangan nyaris tanpa henti. Penonton disuguhkan duel keras, di mana tak ada pihak yang mundur.
Di 30 detik terakhir ronde ini, Poirier kembali mendaratkan pukulan yang cukup keras. Holloway pun membalas dengan tendangan berputar, membuat duel ini makin menarik. Jelas, dua petarung ini mempertaruhkan segalanya di dalam oktagon.
Memasuki ronde kelima, Poirier tahu dirinya harus mengejar. Dari hitungan jumlah pukulan yang masuk, Holloway tampak lebih unggul di empat ronde awal. Tapi Poirier tak menyerah. Ia terus melancarkan serangan dan sempat membuat luka di area mata Holloway.
Namun, hingga bel akhir dibunyikan, keduanya masih sanggup berdiri. Tidak ada KO, tidak ada submission, hanya sisa tenaga dan keberanian yang tertinggal di oktagon. Keputusan akhir pun harus diambil melalui penilaian juri.
Juri memberikan kemenangan mutlak kepada Max Holloway. Kekalahan ini menjadi catatan penutup bagi Dustin Poirier di ajang UFC, sekaligus menjadi momen emosional bagi para penggemar yang telah mengikuti perjalanannya selama bertahun-tahun.
Meski tak menutup kariernya dengan kemenangan, Poirier tetap meninggalkan warisan sebagai petarung sejati. Keberaniannya untuk terus bertarung hingga detik terakhir, meski dalam tekanan, menunjukkan karakternya yang tangguh dan profesional.
Banyak penggemar dan rekan sesama petarung memberikan penghormatan atas dedikasi dan semangat Poirier di atas oktagon. Laga melawan Holloway bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi tentang merayakan semangat seorang pejuang yang telah memberikan segalanya untuk dunia MMA.
Kini, dengan kepala tegak dan hati tenang, Dustin Poirier bisa melangkah keluar dari arena pertarungan dengan bangga, mengetahui bahwa ia telah menutup kariernya dengan pertarungan yang layak dikenang.