Perbankan

Perbankan Digital Tumbuh Pesat Sepanjang Kuartal Kedua 2025

Perbankan Digital Tumbuh Pesat Sepanjang Kuartal Kedua 2025
Perbankan Digital Tumbuh Pesat Sepanjang Kuartal Kedua 2025

JAKARTA - Perkembangan transaksi digital di sektor perbankan kembali mencatatkan peningkatan signifikan sepanjang triwulan kedua 2025. Angka pertumbuhan yang tercatat menandakan bahwa digitalisasi layanan keuangan terus menunjukkan tren positif, sejalan dengan perubahan perilaku masyarakat dan momentum pemanfaatan teknologi finansial yang semakin kuat.

Total transaksi digital yang tercatat mencapai 11,67 miliar, meningkat sebesar 30,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini menggambarkan tingginya adopsi layanan digital, terutama pada saluran perbankan elektronik seperti mobile banking dan internet banking.

Dari sisi rinciannya, transaksi melalui mobile banking mengalami lonjakan 32,2 persen secara tahunan, sementara internet banking juga naik 6,95 persen. Kombinasi keduanya memperlihatkan bahwa nasabah semakin mengandalkan perangkat digital dalam melakukan aktivitas keuangan sehari-hari.

Peningkatan ini tidak berdiri sendiri, melainkan turut didorong oleh situasi yang mendukung seperti libur panjang dan momen hari besar nasional. Dalam konteks ini, masyarakat cenderung lebih aktif bertransaksi secara digital karena kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan oleh kanal daring.

Faktor Pendorong dan Potensi Layanan Digital

Beberapa faktor utama turut memperkuat lonjakan tersebut. Pertama, pengaruh momen libur panjang seperti akhir pekan yang berdekatan dengan hari besar atau cuti bersama. Periode tersebut biasanya mendorong masyarakat untuk berbelanja, membayar tagihan, hingga melakukan transfer ke berbagai tujuan, dan semuanya dilakukan secara digital untuk kenyamanan dan kecepatan.

Kedua, digitalisasi layanan perbankan yang terus diperluas oleh berbagai institusi keuangan. Inovasi dalam layanan mobile banking, metode pembayaran menggunakan QR Code, serta perluasan kanal transaksi seperti dompet digital dan top-up saldo, menjadi motor penggerak pertumbuhan transaksi.

Salah satu contoh yang mencolok adalah lonjakan penggunaan QRIS oleh nasabah yang meningkat lebih dari dua kali lipat secara tahunan. Hal ini mencerminkan perubahan pola pembayaran yang semakin beralih dari tunai ke non-tunai, terutama di kalangan pelaku UMKM dan konsumen ritel.

Dari sisi bank, peningkatan volume transaksi digital turut menyumbang pendapatan berbasis komisi atau fee-based income. Saat ini, pendapatan dari sektor tersebut telah memberikan kontribusi lebih dari 15 persen terhadap total pendapatan non-bunga. Kinerja ini memperlihatkan bagaimana perbankan nasional semakin mengandalkan transaksi digital sebagai salah satu pilar bisnis yang stabil dan berkelanjutan.

Dampak Jangka Panjang dan Hal yang Perlu Diantisipasi

Percepatan adopsi layanan digital memberikan dampak luas pada berbagai sektor. Bagi perbankan, ini berarti peningkatan efisiensi operasional, optimalisasi biaya layanan, serta pendalaman terhadap strategi digitalisasi yang menyasar kenyamanan nasabah.

Bagi pengguna, terutama nasabah individu dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), manfaat yang dirasakan antara lain kemudahan akses layanan keuangan, efisiensi waktu, serta fleksibilitas dalam mengelola keuangan tanpa harus bergantung pada layanan fisik di kantor cabang.

Lebih luas lagi, pertumbuhan ekosistem digital ini berperan dalam mendorong integrasi layanan keuangan berbasis teknologi di seluruh wilayah Indonesia. Kemajuan ini secara tidak langsung memperkuat inklusi keuangan, membuka peluang usaha berbasis digital, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi digital nasional.

Namun di balik peluang tersebut, ada sejumlah tantangan yang harus diwaspadai. Pertama adalah kesiapan infrastruktur teknologi yang perlu diperkuat agar sistem dapat mengakomodasi lonjakan volume transaksi tanpa gangguan. Kapasitas jaringan, kecepatan server, serta stabilitas sistem menjadi elemen penting yang harus dijaga secara konsisten.

Kedua, ancaman terhadap keamanan siber juga semakin tinggi. Dengan meningkatnya jumlah transaksi, potensi serangan digital, pencurian data, hingga penyalahgunaan identitas semakin kompleks. Oleh karena itu, perbankan dituntut untuk terus memperkuat sistem keamanan digital guna menjaga kepercayaan nasabah.

Ketiga, perluasan layanan keuangan digital belum sepenuhnya menjangkau seluruh segmen masyarakat. Kelompok masyarakat di wilayah terpencil atau dengan tingkat literasi digital yang rendah perlu mendapatkan perhatian agar proses transformasi digital berjalan secara inklusif dan merata. Dengan demikian, manfaat dari pertumbuhan transaksi digital bisa dirasakan lebih luas dan berkeadilan.

Intisari dan Arah Penguatan Ekosistem

Adopsi transaksi digital yang kian masif selama triwulan kedua 2025 menegaskan bahwa Indonesia sedang berada dalam fase akselerasi ekonomi digital. Berikut adalah beberapa indikator utama yang mencerminkan tren pertumbuhan ini:

IndikatorPertumbuhan YoY Q2-2025
Total transaksi digital+30,5%
Mobile banking+32,2%
Internet banking+6,95%
Penggunaan QRIS+228% (contoh salah satu bank besar)
Fee-based income dari transaksi digital+≈12–21%

Dengan tren tersebut, arah kebijakan dan strategi digital perbankan ke depan perlu difokuskan pada tiga pilar utama: penguatan infrastruktur, peningkatan keamanan data, dan perluasan akses layanan digital. Jika ketiganya mampu dijalankan dengan konsisten, pertumbuhan transaksi digital dapat menjadi pondasi utama penguatan sistem finansial nasional ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index