BCA

Saham BCA: Peluang Rebound di Tengah Tekanan Pasar

Saham BCA: Peluang Rebound di Tengah Tekanan Pasar
Saham BCA: Peluang Rebound di Tengah Tekanan Pasar

JAKARTA - Meski tengah menghadapi tekanan di pasar saham, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih menyimpan potensi pemulihan yang menjanjikan dalam jangka menengah hingga panjang. Pada perdagangan terbaru, saham BBCA turun 1,45% ke level Rp 8.500 per lembar dengan volume transaksi mencapai 215,61 juta saham dan nilai transaksi sebesar Rp 1,83 triliun. Namun, penurunan harga ini lebih dipengaruhi oleh aksi jual investor asing yang mencapai nilai net sell Rp 907 miliar — angka tertinggi di antara saham lain pada hari itu.

Sepanjang satu bulan terakhir, saham BBCA melemah sebesar 4,76%, dan secara year-to-date (YTD) turun 12,14%. Penurunan ini tentunya menjadi perhatian, mengingat BBCA adalah saham blue chip dengan fundamental yang kuat. Namun, para analis pasar menilai koreksi harga saat ini membuka peluang untuk mengakumulasi saham BBCA dengan valuasi yang relatif murah.

Mandiri Sekuritas dalam laporan Investor Digest-nya menyebutkan bahwa kinerja keuangan Bank Central Asia tetap solid. Laba bank only BBCA naik 16% secara tahunan (YoY) pada periode lima bulan pertama 2025 (5M25). Pertumbuhan laba tersebut didukung oleh peningkatan kredit yang sehat sebesar 12% dan biaya kredit (cost of credit) yang stabil di level 0,4%. Kondisi ini mencerminkan efisiensi manajemen risiko yang dijaga ketat oleh BCA.

“Laba bank only BBCA naik 16% yoy pada 5M25, didorong oleh pertumbuhan pinjaman yang sehat sebesar 12% dan biaya kredit yang stabil pada 0,4%,” tulis Mandiri Sekuritas dalam risetnya.

Fundamental Kuat dan Prospek Rebound Saham BBCA

Fundamental yang positif ini menjadi sinyal kuat bahwa saham BBCA tetap menarik untuk investasi jangka panjang. Manajemen BCA yang dikenal konsisten menjaga pertumbuhan berkelanjutan dengan risiko terkendali menambah daya tarik saham ini. Beberapa analis pasar modal bahkan memprediksi potensi rebound saham BBCA hingga ke level Rp 11.000 per saham, seiring membaiknya sentimen pasar dan respon positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Penurunan harga saham baru-baru ini lebih banyak didorong oleh faktor eksternal, seperti dinamika global yang tak menentu, arus keluar dana asing, dan tekanan pada sektor perbankan secara umum. Investor institusional cenderung merealisasikan keuntungan atau melakukan rotasi ke aset yang lebih defensif dalam situasi ini. Namun bagi investor ritel yang mengincar saham dengan fundamental kuat dan valuasi menarik, BCA menjadi opsi yang layak diperhitungkan.

Selain itu, Bank Central Asia memiliki keunggulan kompetitif dari basis nasabah yang luas, digitalisasi perbankan yang terus berkembang, serta struktur pendanaan yang solid. Hal-hal tersebut menjadikan BBCA salah satu bank paling efisien dan kompetitif di Indonesia, yang diperkirakan akan terus mendorong pertumbuhan laba dan nilai perusahaan dalam jangka panjang.

Pengelolaan likuiditas dan pemeliharaan kualitas aset juga merupakan kekuatan lain BBCA. Selama bertahun-tahun, bank ini mampu menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah bahkan di tengah tekanan ekonomi, yang merupakan bukti manajemen risiko yang disiplin.

Pergerakan harga saham memang sering kali dipengaruhi oleh faktor psikologis pasar yang bisa tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi fundamental perusahaan. Oleh karena itu, investor yang jeli dan mampu memanfaatkan situasi saat ini dapat melihat saham BBCA sebagai peluang investasi menarik.

Koreksi harga saham BBCA lebih mencerminkan tekanan pasar secara luas daripada menandakan penurunan kualitas perusahaan. Dengan fundamental yang tetap kokoh, kinerja laba yang positif, serta prospek pertumbuhan yang menjanjikan, saham BBCA menawarkan peluang rebound yang menarik. Prediksi kenaikan ke level Rp 11.000 memberikan angin segar bagi para investor yang bersabar dan memiliki strategi investasi jangka menengah hingga panjang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index