JAKARTA - Dalam industri rokok yang sedang menghadapi tren penurunan konsumsi secara global, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) kini sedang mengalami diskon valuasi yang cukup menarik. Harga saham HMSP saat ini diperdagangkan lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenis, membuka peluang bagi investor yang menilai fundamental perusahaan tetap kuat meski tekanan pasar berlangsung. Selain itu, langkah diversifikasi HMSP ke produk bebas asap atau smoke-free products (SFP) menjadi strategi penting untuk menghadapi dinamika pasar dan menjaga pertumbuhan di masa depan.
Valuasi Saham HMSP dan Posisi Industri Rokok
Menurut analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Abyan H Yuntoharjo, saham HMSP saat ini diperdagangkan pada rasio price to earnings (P/E) trailing twelve months (TTM) sebesar 11,3 kali, jauh di bawah rata-rata industri rokok yang mencapai 17,9 kali. Hal ini menunjukkan valuasi saham HMSP tengah diskon besar, memberikan potensi nilai lebih bagi para investor.
Meski pasar belum secara aktif mencermati saham ini, Abyan menilai bahwa fundamental HMSP tetap kuat, terutama karena perusahaan menjalankan strategi diversifikasi yang dinilai membuka peluang pertumbuhan baru. Namun demikian, Mirae Asset Sekuritas belum memberikan rekomendasi atau target harga khusus untuk saham HMSP.
Pergerakan saham HMSP di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan Senin, 7 Juli 2025 ditutup melemah 0,8% ke level Rp 610. Dalam seminggu terakhir, harga saham ini mengalami kenaikan 1,6%, namun jika dilihat dalam rentang satu bulan, saham HMSP justru turun 8,2% dan secara year to date (ytd) terpangkas 3,9%.
Strategi Investasi dan Produk Bebas Asap
Menanggapi perubahan perilaku konsumen dan regulasi yang semakin ketat, HMSP mengambil langkah strategis untuk masuk ke pasar produk bebas asap (smoke-free products, SFP). Produk ini menawarkan margin keuntungan yang lebih tinggi dan dianggap sebagai masa depan industri tembakau yang lebih ramah konsumen.
Baru-baru ini, HMSP menyelenggarakan acara Technovation pada 2-3 Juli yang menampilkan kemajuan signifikan dalam pengembangan dan strategi produk bebas asap. Perusahaan telah berinvestasi sebesar US$ 330 juta atau sekitar Rp 5,3 triliun untuk fasilitas manufaktur di Karawang serta memperluas portofolio produk SFP mereka, yang meliputi merek IQOS, BONDS, VEEV, dan ZYN.
Meski demikian, kontribusi produk bebas asap saat ini masih relatif kecil, yakni sekitar 1,5% dari total penjualan HMSP dan menguasai pangsa pasar sebesar 5% di wilayah perkotaan Jakarta pada 2024. Abyan mengungkapkan bahwa adopsi produk ini di Indonesia berjalan lebih lambat dibandingkan negara lain seperti Jepang, di mana terjadi pergeseran signifikan dalam konsumsi tembakau.
Pengalaman Jepang menunjukkan penurunan penjualan rokok konvensional lebih dari 50% antara 2011 hingga 2023, dengan produk Heated Tobacco Products (HTP) kini menyumbang sekitar 38% dari total volume pasar tembakau. Sedangkan di Indonesia, meskipun produk HTP diperkenalkan sejak 2019, penetrasinya masih terbatas.
Peluang dan Kemitraan Baru
Selain fokus pada produk bebas asap, HMSP juga mengembangkan kemitraan strategis dengan sektor-sektor yang sebelumnya belum banyak disentuh, seperti industri perhotelan dan kafe. Langkah ini diharapkan dapat membuka peluang bisnis baru sekaligus memberikan alternatif produk yang lebih baik bagi konsumen dewasa.
Investasi besar-besaran dan strategi diversifikasi HMSP ini menandai upaya perusahaan untuk tetap relevan dan bertumbuh di tengah tantangan pasar rokok global yang menurun dan pergeseran preferensi konsumen. Keberhasilan dalam memperluas pangsa pasar SFP menjadi kunci masa depan HMSP dalam menjaga daya saing industri.