JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk melangkah sigap dengan memberikan pinjaman jangka pendek sebesar Rp 82 miliar kepada anak usahanya, PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP). Langkah ini diambil sebagai upaya penyelamatan dan penguatan finansial ADCP yang tengah menghadapi tekanan likuiditas dan memerlukan pendanaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
Corporate Secretary Adhi Karya, Rozi Sparta, menyatakan bahwa pemberian pinjaman ini menjadi tindak lanjut dari Perjanjian Peminjaman Dana antara kedua pihak yang telah disepakati pada 31 Januari 2025. “Perseroan telah menilai bahwa ADCP saat ini berada dalam kondisi keuangan yang tertekan dan memerlukan dukungan pendanaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek kepada mitra strategis,” jelas Rozi dalam keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia pada 30 Juni 2025.
Pinjaman ini diberikan dengan tingkat bunga sebesar 9,02 persen, bersifat aflopend (non-revolving), rollover, dan uncommitted, yang berarti tidak wajib digunakan berulang kali dan tidak memberikan komitmen lanjutan. Per 30 Juni 2025, Adhi Karya telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 74,59 miliar dari total plafon tersebut kepada ADCP. Sebagai jaminan atas pinjaman ini, Adhi Karya menerima aset berupa tanah yang bersih dan bebas sengketa (clean and clear), dengan sistem cross collateral yang mencakup beberapa lokasi seperti Cikunir Hilaliyah, Cikunir 2, Anggrek Kadumangu, Sentul Precast, dan Anggana. Kesepakatan ini telah disahkan melalui perjanjian yang berlaku antara kedua pihak.
Penyaluran dana ini juga dimaksudkan untuk memitigasi risiko hukum, reputasi, finansial, dan komersial yang dapat berdampak buruk bagi ADCP maupun Adhi Karya secara keseluruhan. Rozi menegaskan bahwa pinjaman tersebut tidak hanya berfungsi sebagai solusi pendanaan sementara, tetapi juga diharapkan dapat menjaga stabilitas kinerja konsolidasi perusahaan induk dan anak usahanya. “Kegagalan Adhi Commuter Properti memenuhi kewajibannya tentu akan berdampak negatif terhadap kinerja dan reputasi Perseroan. Transaksi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai investasi perseroan sebagai pemegang saham,” ujar Rozi.
Penurunan kinerja finansial ADCP menjadi alasan utama di balik kebutuhan pendanaan ini. Pada kuartal pertama 2025, pendapatan usaha ADCP tercatat menurun dari Rp 81,9 miliar menjadi Rp 70,4 miliar, sementara laba bersihnya anjlok drastis hingga 99,8 persen, dari Rp 7,11 miliar menjadi hanya Rp 16,27 juta. Tren penurunan ini juga tercermin pada laporan tahunan 2024, di mana pendapatan usaha ADCP turun sebesar 63,1 persen menjadi Rp 300,3 miliar, sedangkan laba bersihnya menyusut dari Rp 116,1 miliar menjadi Rp 42,8 miliar.
Meski sektor properti masih menyumbang lebih dari 50 persen pendapatan ADCP, kontribusi dari bisnis hotel dan pengelolaan komersial yang mencapai 43 persen tidak cukup untuk menopang kinerja secara keseluruhan. Kondisi ini semakin memperlihatkan tekanan finansial yang dialami ADCP dan urgensi adanya dukungan modal dari induk usaha.
Dari sisi aset, per 31 Maret 2025, ADCP memiliki total aset senilai Rp 6,8 triliun, yang terdiri dari aset lancar sebesar Rp 3,6 triliun dan aset tidak lancar sebesar Rp 3,2 triliun. Di sisi liabilitas, ADCP membukukan total kewajiban sebesar Rp 4,2 triliun, sementara ekuitas tercatat sebesar Rp 2,6 triliun.
Adhi Commuter Properti sendiri dikenal aktif mengembangkan proyek kawasan berbasis Transit Oriented Development (TOD) yang mengintegrasikan akses transportasi publik, salah satunya LRT City. Proyek LRT City MTH - MTH 27 Office Suites yang terhubung langsung dengan Stasiun LRT Ciliwung dan Halte Busway Transjakarta Cawang-Ciliwung adalah contoh nyata komitmen ADCP dalam menciptakan kawasan strategis dengan nilai tambah tinggi.
Meski demikian, kondisi keuangan yang sedang menantang menjadi tantangan tersendiri bagi ADCP dalam menjaga kelangsungan dan ekspansi proyek-proyek tersebut. Oleh karena itu, pinjaman yang diberikan Adhi Karya tidak hanya menjadi suntikan modal, tapi juga langkah strategis untuk menjaga reputasi dan daya saing anak usaha.
Sebagai perusahaan induk, Adhi Karya juga bertanggung jawab menjaga keberlangsungan bisnis anak usaha agar tidak menimbulkan dampak negatif yang berimbas pada nilai investasi secara keseluruhan. Dengan adanya dukungan pendanaan ini, diharapkan ADCP mampu melewati masa sulit dan kembali ke jalur pertumbuhan yang sehat.
Pinjaman ini juga menjadi contoh sinergi internal yang dijalankan antara perusahaan induk dengan anak usaha, di mana pendanaan strategis dan pengelolaan risiko dilakukan secara terpadu demi keberlanjutan bisnis jangka panjang.
Kesimpulannya, pemberian pinjaman Rp 82 miliar oleh Adhi Karya kepada ADCP merupakan langkah krusial untuk membantu anak usaha mengatasi tekanan keuangan jangka pendek, menjaga stabilitas operasional, serta memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi dinamika industri properti dan infrastruktur transportasi di Indonesia.