JAKARTA - Polemik tiang eks proyek Jakarta Monorail memasuki babak baru. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana melakukan penataan terhadap puluhan tiang monorel mangkrak yang masih berdiri di sejumlah titik strategis Ibu Kota. Menanggapi hal tersebut, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) menyatakan siap untuk membuka ruang diskusi dan mendukung langkah-langkah strategis yang dicanangkan oleh pemerintah daerah.
Tiang-tiang beton besar yang membentang dari Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat, selama ini menjadi simbol mangkraknya proyek monorel yang sempat dicanangkan sebagai solusi transportasi publik Jakarta pada awal 2000-an. Proyek tersebut terhenti karena berbagai kendala, termasuk persoalan hukum dan teknis pelaksanaan.
Corporate Secretary ADHI, Rozi Sparta, dalam keterangannya pada Minggu, 15 Juni 2025, menegaskan bahwa tiang-tiang eks monorel tersebut sepenuhnya merupakan aset milik perseroan. Ia mengonfirmasi bahwa pihaknya siap terlibat dalam pembahasan dan diskusi lebih lanjut mengenai wacana perapihan tersebut.
"Terkait wacana perapihan kembali pilar eks proyek Jakarta Monorail di sepanjang Jalan HR Rasuna Said hingga Jalan Asia Afrika yang dimiliki oleh perseroan, kami sampaikan bahwa akan dilakukan diskusi bersama dengan seluruh pihak terkait," ujar Rozi.
Rozi menambahkan bahwa ADHI mendukung penuh penataan ruang kota yang menjadi prioritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pihaknya pun mengapresiasi inisiatif komunikasi yang diinisiasi Pemprov dan siap terlibat dalam penyelesaian masalah ini secara konstruktif.
"Perseroan mengapresiasi komunikasi yang akan dibangun oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan terbuka untuk berkoordinasi lebih lanjut guna menyelesaikan permasalahan ini secara konstruktif dan sesuai ketentuan yang berlaku," tegasnya.
Gubernur DKI Jakarta Dorong Penyelesaian
Wacana penataan tiang eks monorel ini sebelumnya diungkapkan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo. Dalam keterangannya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Selasa lalu, Pramono menyatakan komitmennya untuk segera menyelesaikan polemik yang telah berlangsung lebih dari satu dekade itu.
"Ada kolom-kolom untuk monorel yang sampai hari ini semuanya enggak mau menyentuh untuk diselesaikan. Kalau bagi saya pribadi ini adalah hal yang harus diselesaikan," kata Pramono.
Menurutnya, keberadaan tiang-tiang beton yang terbengkalai itu tidak hanya mengganggu estetika kota, tetapi juga menjadi simbol kegagalan yang tak kunjung dituntaskan. Ia menekankan perlunya ada keberanian mengambil keputusan terhadap aset tersebut agar tidak terus dibiarkan tanpa kejelasan.
"Tentunya harus ada keputusan untuk itu [tiangnya mau diapakan]. Enggak bisa kemudian dibiarkan begitu saja dari waktu ke waktu karena semua orang tidak mau berpikir, tidak mau susah, tidak mau menyentuh persoalan itu. Bagi saya pribadi, saya ingin menyelesaikan itu," tegasnya.
Hambatan Hukum Masih Jadi Kendala
Sebagaimana diketahui, proyek Jakarta Monorail mengalami pembatalan sejak pertengahan 2010-an akibat sejumlah konflik hukum antara investor, kontraktor pelaksana, dan perizinan yang belum tuntas. Proyek ini awalnya digadang-gadang menjadi tulang punggung transportasi modern Jakarta, tetapi pada akhirnya hanya meninggalkan struktur beton kosong di tengah kota.
Pramono menyebut bahwa hambatan hukum tersebut menjadi alasan utama mengapa proyek tidak bisa dilanjutkan ataupun dibongkar secara langsung dalam waktu singkat. Karena itu, langkah Pemprov saat ini difokuskan pada pencarian solusi bersama, termasuk melibatkan pemilik aset, yaitu Adhi Karya.
Dalam konteks ini, koordinasi antara pemerintah daerah dan BUMN dinilai menjadi kunci penyelesaian masalah infrastruktur mangkrak yang berdampak pada wajah ibu kota.
Arah Kebijakan Masih Dikaji
Meski belum diputuskan secara resmi apakah tiang-tiang tersebut akan dibongkar atau dialihfungsikan, baik ADHI maupun Pemprov DKI Jakarta sama-sama membuka ruang komunikasi. Perapihan dapat mencakup berbagai opsi, mulai dari pelepasan aset, relokasi, hingga integrasi dengan infrastruktur transportasi lain yang sedang dikembangkan seperti LRT dan MRT.
Dengan adanya dukungan dari Adhi Karya dan keseriusan Pemprov DKI Jakarta untuk menyelesaikan isu ini, publik berharap bahwa proyek monorel yang sempat menjadi harapan masyarakat tidak lagi menjadi “monumen kegagalan”, melainkan dapat ditransformasikan menjadi bagian solusi jangka panjang penataan kota.
Rencana perapihan tiang monorel Jakarta kembali memunculkan optimisme terhadap penyelesaian proyek-proyek mangkrak di ibu kota. Dengan komunikasi terbuka antara pemilik aset dan pemerintah, serta komitmen kuat dari Gubernur Pramono Anung, publik menanti langkah konkret berikutnya yang akan membawa Jakarta menuju wajah baru yang lebih tertata dan efisien.