Bank Indonesia

Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Melambat, Bank Indonesia Siapkan Strategi Penguatan

Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Melambat, Bank Indonesia Siapkan Strategi Penguatan
Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Melambat, Bank Indonesia Siapkan Strategi Penguatan

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat perlambatan pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah di Indonesia pada Mei 2025. Angka pertumbuhan hanya mencapai 8,8%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,87%. Kondisi ini menjadi perhatian bagi BI untuk mengoptimalkan pengembangan sektor perbankan syariah yang selama ini menjadi salah satu fokus penguatan ekonomi nasional.

Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) BI, Imam Hartono, menjelaskan bahwa menurunnya pertumbuhan pembiayaan syariah membuat BI harus menyesuaikan target. Tahun ini, BI menurunkan target pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah menjadi antara 8% hingga 11%, dari target sebelumnya yang berada di kisaran 11% sampai 13%.

“Meski target kami turun, kami akan terus memantau perkembangan pembiayaan syariah secara ketat,” kata Imam Hartono.

Tantangan Pertumbuhan Pembiayaan Syariah

Imam Hartono menyebut ada sejumlah tantangan yang mempengaruhi laju pertumbuhan pembiayaan syariah. Salah satu faktor utama adalah dampak dari dinamika perekonomian global yang tidak hanya berimbas pada sektor syariah, tetapi juga pada perbankan konvensional.

“Tapi tentu nanti ini tetap akan kita pantau terus bagaimana perkembangannya. Jadi kalau dikatakan apakah ada dampak global, sudah pasti. Jadi artinya dampak global dan ekonomi ini sebenarnya sifatnya umum, baik itu berdampak kepada syariah maupun konvensional,” ujar Imam.

Selain faktor eksternal tersebut, ada tantangan internal berupa pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan syariah yang masih perlu ditingkatkan. Imam menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat yang menganggap produk keuangan syariah terkesan mahal dan kurang familiar.

Strategi Bank Indonesia Dorong Perbankan Syariah

Untuk mengatasi perlambatan tersebut, Bank Indonesia menyiapkan berbagai strategi, di antaranya memperkuat literasi keuangan syariah kepada masyarakat. BI bersama dengan kementerian dan lembaga terkait berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat melalui simulasi produk keuangan syariah agar masyarakat dapat lebih mengenal dan memahami keunggulan produk syariah.

“Sekarang ini kita bersama kementerian/lembaga terkait melalui simulasi itu mencoba melakukan disimulasi itu dari sisi pemahaman,” jelas Imam.

Selain edukasi, BI juga berfokus pada inovasi produk keuangan syariah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu inovasi terbaru adalah produk investasi bernama Shariah Restricted Investment Account (SRIA) yang dikembangkan bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Produk ini memungkinkan investor menetapkan batasan pengelolaan dana yang diinvestasikan ke dalam proyek atau segmen usaha tertentu sesuai prinsip syariah.

Dengan hadirnya SRIA, Imam berharap munculnya berbagai instrumen keuangan yang diminati masyarakat dan mampu memperluas basis investor.

Sejalan dengan itu, BI dan OJK juga mendorong agar lebih banyak bank mengembangkan unit usaha syariah. Hal ini akan memberikan alternatif yang lebih banyak kepada masyarakat dalam memilih layanan perbankan syariah.

“Tapi itu juga ternyata belum cukup. Karena kita pelaku usaha syariah kita harus diperkuat, diperkuat supaya saya bisa survive, supaya saya bisa berdaya saing,” ujar Imam.

Menghubungkan Korporasi dengan Pembiayaan Syariah

Untuk memperkuat industri perbankan syariah, BI juga berupaya menghubungkan antara korporasi dengan pembiayaan syariah. Langkah ini diharapkan dapat memperluas jangkauan pembiayaan serta mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis keuangan syariah di masa depan.

Dukungan korporasi diyakini menjadi salah satu kunci utama agar perbankan syariah tidak hanya tumbuh secara kuantitas tetapi juga berkualitas dan berkelanjutan.

Perkembangan Aset dan Pembiayaan Syariah

Data BI menunjukkan bahwa aset perusahaan pembiayaan syariah per April 2025 mencapai Rp36,29 triliun, menggambarkan perkembangan yang cukup signifikan di sektor ini. Selain itu, beberapa bank syariah juga mencatat peningkatan penyaluran pembiayaan, seperti Bank BJB Syariah yang mencatat penyaluran pembiayaan pemilikan rumah mencapai Rp3,39 triliun.

Pertumbuhan aset dan pembiayaan ini menjadi modal penting bagi BI untuk terus mengembangkan industri perbankan syariah yang lebih kuat dan inklusif.

Perlambatan pertumbuhan pembiayaan syariah pada Mei 2025 memicu Bank Indonesia untuk menyesuaikan target dan merancang berbagai strategi penguatan, termasuk literasi masyarakat, inovasi produk, serta pengembangan unit usaha syariah di bank konvensional. Dengan dukungan penuh dari BI dan OJK, serta sinergi dengan korporasi, diharapkan pembiayaan perbankan syariah dapat kembali tumbuh positif dan berkontribusi signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index