Finansial

Generasi X: Pilar Sosial yang Terlupakan di Tengah Tekanan Finansial dan Kompetisi Kerja

Generasi X: Pilar Sosial yang Terlupakan di Tengah Tekanan Finansial dan Kompetisi Kerja
Generasi X: Pilar Sosial yang Terlupakan di Tengah Tekanan Finansial dan Kompetisi Kerja

JAKARTA - Generasi X, yang lahir antara tahun 1965 hingga 1980, selama ini dikenal sebagai pilar penting dalam pembentukan lanskap sosial, ekonomi, dan budaya modern. Namun, di tengah sorotan yang lebih besar diberikan kepada generasi milenial dan Gen Z, generasi yang kini berada pada usia matang ini menghadapi berbagai tantangan berat. Tekanan finansial dan persaingan kerja menjadi dua beban utama yang mengganjal langkah mereka.

Menurut laporan dari American Psychological Association (APA), Generasi X mengalami tingkat stres yang jauh lebih tinggi dibandingkan generasi lain. Hal ini disebabkan oleh beban ganda yang mereka pikul, yakni tuntutan pekerjaan, tanggung jawab keluarga, dan ketidakpastian keuangan. Banyak dari mereka masih harus berjuang melunasi cicilan rumah, membiayai pendidikan anak, hingga menyiapkan dana pensiun yang memadai. Studi dari Economic Policy Institute mengungkapkan bahwa sekitar 60% anggota Generasi X merasa tidak yakin dengan kondisi keuangan mereka di masa depan.

Di dunia kerja, anggota Gen X biasanya menduduki posisi senior dengan tanggung jawab besar. Namun, mereka menghadapi persaingan ketat dengan generasi yang lebih muda dan lebih fasih dalam teknologi digital. Seiring pesatnya kemajuan teknologi, pekerjaan yang dulunya dianggap stabil kini semakin rentan terhadap otomatisasi dan perubahan pasar tenaga kerja. Data dari World Economic Forum menunjukkan bahwa lebih dari 50% pekerja Gen X khawatir posisi mereka akan tergantikan oleh teknologi otomatis dalam satu dekade mendatang.

Selain itu, Generasi X kerap menjadi “generasi sandwich” yang harus menanggung beban ekonomi sekaligus merawat dua generasi berbeda, yakni anak-anak dan orang tua mereka. Situasi ini menambah tekanan finansial dan emosional yang dirasakan. Sebuah studi dari Journal of Marriage and Family mengungkapkan bahwa pasangan dari Generasi X lebih sering mengalami konflik rumah tangga dibandingkan generasi lain, terutama terkait pembagian tanggung jawab rumah tangga.

Meski menghadapi tekanan berat, Gen X dikenal sebagai generasi yang mandiri, adaptif, dan memiliki jiwa kewirausahaan tinggi. Mereka juga berperan besar dalam kemajuan teknologi dan budaya pop. Banyak tokoh besar dunia teknologi yang berasal dari Generasi X, seperti Elon Musk, Jeff Bezos, dan Larry Page, yang turut mendorong perkembangan inovasi dan bisnis global.

Namun, untuk memastikan kesejahteraan mereka di masa depan, perhatian khusus dari pemerintah dan dunia usaha sangat diperlukan. "Program dukungan kesehatan mental, pelatihan keterampilan digital, serta perencanaan pensiun yang matang menjadi kunci penting untuk membantu Generasi X menghadapi tantangan zaman," ujar seorang ahli psikologi kerja, dikutip dari laporan APA.

Kondisi ini menunjukkan bahwa Generasi X, meskipun kurang mendapatkan sorotan publik, tetap menjadi tumpuan penting dalam struktur sosial dan ekonomi saat ini. Mereka bukan hanya penggerak utama perekonomian, tetapi juga tulang punggung keluarga yang harus menjaga keseimbangan antara tanggung jawab karier dan rumah tangga.

Dukungan yang memadai dari berbagai pihak, termasuk kebijakan pemerintah dan inisiatif perusahaan, diharapkan mampu meringankan beban yang mereka tanggung. Misalnya, program pelatihan keterampilan digital untuk meningkatkan daya saing kerja, layanan konseling kesehatan mental, serta insentif perencanaan keuangan dan pensiun yang terjangkau.

Sebagai generasi yang sudah memberikan banyak kontribusi, kini saatnya Generasi X mendapat pengakuan dan dukungan layak agar mereka bisa terus berperan aktif dalam masyarakat dan menghadapi tantangan masa depan dengan lebih percaya diri.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index