Asuransi

Indonesia Re Siapkan Strategi Tekan Defisit Neraca Pembayaran Asuransi yang Terus Membengkak

Indonesia Re Siapkan Strategi Tekan Defisit Neraca Pembayaran Asuransi yang Terus Membengkak
Indonesia Re Siapkan Strategi Tekan Defisit Neraca Pembayaran Asuransi yang Terus Membengkak

JAKARTA – Industri asuransi Indonesia menghadapi tantangan besar terkait defisit neraca pembayaran sektor asuransi, di mana sekitar 40,20 persen dari premi yang dihimpun di dalam negeri justru mengalir ke luar negeri, menurut data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Fenomena ini mencerminkan ketergantungan industri perasuransian nasional terhadap pasar global yang masih kuat, serta menyoroti lemahnya kemandirian dan daya saing domestik.

“Setiap tahun, jutaan dolar premi yang dihimpun di dalam negeri justru dinikmati oleh entitas asing. Ini adalah kerugian ekonomi yang nyata dan harus segera kita atasi dengan pendekatan yang lebih sistemik dan strategis,” ujar Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Delil Khairat, dalam keterangan resmi yang diterima pada Rabu, 21 Mei 2025. Pernyataan ini menjadi cermin dari ketidakseimbangan dalam sistem asuransi Indonesia, yang lebih mengandalkan reasuransi luar negeri daripada memperkuat kapasitas dalam negeri.

Kondisi Defisit Neraca Pembayaran Asuransi

Menurut Delil, ketergantungan terhadap reasuransi asing menjadi masalah struktural dalam sektor asuransi Indonesia. Meskipun premi yang dihimpun di dalam negeri terus meningkat, sebagian besar dari dana tersebut tetap mengalir keluar negeri, menciptakan defisit neraca pembayaran. Delil menambahkan bahwa pendekatan untuk mengatasi masalah ini tidak bisa hanya bergantung pada kampanye untuk menggunakan produk lokal, namun harus ada langkah-langkah strategis yang lebih mendalam.

“Kita butuh membangun sistem asuransi yang benar-benar mandiri dan efisien. Kalau kita ingin jadi risk carrier yang sejati, bukan hanya jadi perantara, maka kita harus perkuat dari hulu sampai hilir dari akseptasi risiko, yakni underwriting, pricing, sampai pengelolaan data dan digitalisasi,” jelas Delil. Menurutnya, kemandirian dalam sektor asuransi Indonesia sangat bergantung pada bagaimana industri ini dapat mengelola dan mempertahankan premi dalam negeri tanpa mengalirkannya ke luar negeri.

Strategi Indonesia Re untuk Mengurangi Defisit

Untuk menekan defisit neraca pembayaran sektor asuransi, Indonesia Re telah merancang dua strategi utama yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas domestik dan mengurangi ketergantungan pada reasuransi luar negeri. Salah satu langkah utama adalah meningkatkan retensi agregat dalam negeri, yang berarti lebih banyak risiko yang bisa ditahan dan dikelola di dalam negeri.

“Perusahaan asuransi dan reasuransi nasional perlu memperkuat kapasitas modal, kemampuan manajemen risiko, serta mengadopsi skema nasional wajib dan prioritas. Langkah ini diperlukan agar risiko dapat ditahan di dalam negeri sebelum dialihkan ke luar negeri,” ujar Delil, menambahkan bahwa penting untuk memastikan bahwa risiko yang ada dapat dikelola dengan baik oleh perusahaan domestik, tanpa harus mengalihkan sebagian besar beban ke perusahaan asing.

Selain itu, Indonesia Re juga mengusulkan untuk menjadikan Indonesia sebagai hub reasuransi global atau regional, dengan membuka peluang bagi perusahaan reasuransi asing untuk beroperasi di Indonesia, namun dengan skema yang tetap mendatangkan premi ke dalam negeri. “Jika kita bisa menghimpun segmen risiko berkualitas terbaik dalam skema nasional ini, maka kita dapat meningkatkan efisiensi, memperkuat posisi tawar, dan yang terpenting, mengurangi aliran premi ke luar negeri secara signifikan,” ujar Delil. Hal ini akan menciptakan win-win solution, di mana Indonesia bisa tetap menerima manfaat dari reasuransi internasional, namun tetap memperkuat kapasitas dan ketahanan industri dalam negeri.

Menciptakan Keseimbangan dalam Industri Asuransi Nasional

Dengan dua strategi ini, Indonesia Re berharap dapat mencapai keseimbangan yang lebih sehat antara kepentingan ekonomi dalam negeri dan kebutuhan perlindungan risiko yang berkelanjutan. “Penting bagi industri perasuransian Indonesia untuk tidak hanya berfokus pada pemulihan dari defisit, tetapi juga menciptakan sistem yang lebih berkelanjutan, mandiri, dan mampu bersaing di pasar global,” tambah Delil.

Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat memfasilitasi pengalihan lebih banyak premi yang sebelumnya mengalir ke luar negeri ke dalam negeri, yang pada gilirannya akan memperkuat perekonomian Indonesia. Dalam konteks ini, pengelolaan risiko yang lebih efisien, penguatan kapasitas modal perusahaan asuransi, serta kebijakan yang lebih berfokus pada pengelolaan risiko domestik, akan sangat penting dalam mencapai tujuan tersebut.

Ke Depan: Kemandirian dan Daya Saing

Melalui perubahan struktural ini, Indonesia Re berharap dapat membangun industri perasuransian yang lebih mandiri, kompetitif, dan mampu menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Seiring dengan penguatan sektor asuransi domestik, Indonesia diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada reasuransi asing dan lebih mandiri dalam mengelola risiko-risiko yang ada di dalam negeri.

Dengan langkah-langkah strategis yang sudah disiapkan, Indonesia Re optimis bahwa sektor asuransi nasional akan mampu mencapai kestabilan yang lebih baik, mengurangi defisit neraca pembayaran, dan memperkuat peran Indonesia dalam industri reasuransi global. “Kami yakin dengan kebijakan yang tepat, sektor asuransi Indonesia akan dapat tumbuh lebih sehat dan berkelanjutan,” tutup Delil.

Melalui upaya-upaya ini, Indonesia Re dan industri perasuransian domestik berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian Indonesia serta menciptakan ketahanan industri yang lebih baik dalam menghadapi dinamika global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index