JAKARTA – Bursa saham Asia mengalami pergerakan yang bervariasi pada perdagangan Jumat, 9 Mei 2025, seiring dengan semakin dekatnya pertemuan antara Amerika Serikat (AS) dan China untuk membahas perkembangan terbaru dalam konflik perdagangan kedua negara. Meski ada optimisme terhadap potensi kesepakatan, beberapa bursa saham menunjukkan kecenderungan melemah.
Pergerakan Bursa Asia: Menguat dan Melemah
Di Jepang, indeks Topix mencatatkan penguatan signifikan sebesar 1,5%, mencatatkan reli terpanjangnya dalam 11 hari terakhir, yang merupakan periode penguatan paling panjang sejak Oktober 2017. Keuntungan tersebut diikuti oleh bursa saham Hong Kong yang mengalami kenaikan 0,5%. Begitu pula dengan bursa saham Australia, S&P ASX 200, yang juga bergerak naik sebesar 0,5%. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya harapan pasar menjelang pembicaraan perdagangan antara AS dan China yang akan berlangsung akhir pekan ini.
Namun, di sisi lain, saham di Korea Selatan mengalami pelemahan. Hal ini terjadi setelah Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyampaikan bahwa perjanjian dagang antara AS, Korea Selatan, dan Jepang akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk diselesaikan dibandingkan dengan perjanjian dagang yang telah dicapai dengan Inggris. Indeks saham Shanghai Composite di China juga turun 0,5%, mencerminkan ketidakpastian pasar menjelang pertemuan AS-China.
Fokus Pasar pada Hasil Pertemuan Dagang AS-China
Saat ini, perhatian pasar tertuju pada hasil dari perundingan dagang antara AS dan China yang dijadwalkan pada akhir pekan ini. Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengungkapkan keyakinannya bahwa perundingan ini dapat menghasilkan kemajuan yang signifikan, dengan China diharapkan untuk melakukan konsesi. "Terdapat tingkat optimisme yang lebih tinggi bahwa akan ada beberapa pembatalan kenaikan tarif yang sangat ekstrem yang telah diberlakukan," kata Marc Franklin, seorang manajer portofolio senior di Manulife Investment Management. Pernyataan ini menggambarkan harapan pasar terhadap kemungkinan berkurangnya ketegangan perdagangan antara kedua negara.
Pada perdagangan Kamis, saham AS mengalami kenaikan setelah Presiden Trump mengumumkan kerangka kerja perjanjian dagang dengan Inggris. Langkah ini dianggap sebagai upaya awal untuk merombak ekonomi global dan memberikan gambaran optimisme bagi investor. Beberapa analis memperkirakan bahwa langkah-langkah ini dapat menjadi katalis bagi perbaikan ekonomi, meskipun ada kekhawatiran mengenai keandalan kesepakatan yang sedang dibahas.
Optimisme Pasar dan Perhatian terhadap Volatilitas
Namun, optimisme yang berkembang di pasar belum sepenuhnya meyakinkan. Marc Franklin juga menambahkan, "Jika optimisme telah sampai pada titik di mana orang berpikir akan ada solusi yang cepat dan mudah untuk negosiasi atau keterlibatan China-AS, maka hal itu mungkin terbukti tidak berdasar." Kondisi ini dapat menyebabkan volatilitas pasar yang lebih tinggi, terutama jika pembicaraan gagal mencapai kesepakatan yang substansial.
Meski demikian, para investor tetap mempertahankan optimisme bahwa kesepakatan dagang antara AS dan China akan menciptakan dampak positif jangka panjang. Presiden Trump sendiri telah menyampaikan bahwa perkembangan dalam perundingan ini, bersama dengan upaya Partai Republik untuk meloloskan undang-undang yang memperpanjang dan memperluas pemotongan pajak, dapat memberikan dorongan signifikan terhadap perekonomian dan sentimen investor.
Pembicaraan Dagang yang Diharapkan Meningkatkan Sentimen Pasar
Dalam waktu dekat, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dijadwalkan akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng di Swiss. "Kita juga dapat mengharapkan beberapa kemajuan dalam perjanjian mendatang dengan negara-negara lain. Sentimen risiko menyebar sebagai respons terhadap kinerja saham AS yang kuat," ujar Hideyuki Suzuki, manajer umum di SBI Securities Tokyo. Hal ini menunjukkan bahwa pasar saham global mengharapkan pertemuan ini memberikan dampak positif tidak hanya pada hubungan dagang AS-China, tetapi juga pada perdagangan internasional secara lebih luas.
Sementara itu, di pasar Asia, beberapa bursa saham masih bergerak dalam ketidakpastian seiring dengan adanya ketegangan politik dan ekonomi global yang belum sepenuhnya mereda. Meskipun ada harapan besar terhadap hasil perundingan AS-China, pasar tetap berada dalam posisi waspada, mengingat dampak dari ketegangan perdagangan yang masih bisa mengarah pada ketidakstabilan ekonomi global.
Bursa Asia Antisipasi Hasil Perundingan AS-China
Secara keseluruhan, bursa saham Asia bergerak variatif pada hari Jumat ini, dengan beberapa pasar menguat sementara yang lainnya menunjukkan pelemahan. Optimisme terkait pertemuan dagang AS-China yang akan berlangsung akhir pekan ini memberikan dorongan positif bagi pasar, meskipun ada kekhawatiran tentang volatilitas yang mungkin muncul jika kesepakatan tidak tercapai. Para investor kini berharap bahwa perundingan ini dapat membawa angin segar bagi perekonomian global, tetapi tetap harus bersiap menghadapi ketidakpastian yang dapat mempengaruhi sentimen pasar ke depan.
Dengan fokus pasar yang semakin tajam pada hasil perundingan ini, baik pasar saham maupun pasar komoditas akan tetap berada dalam sorotan hingga kesepakatan perdagangan AS-China yang lebih jelas tercapai.