JAKARTA — Ketidakpastian ekonomi global di awal 2025 memunculkan kembali minat masyarakat terhadap instrumen investasi yang dianggap aman seperti emas dan dolar Amerika Serikat (AS). Di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah yang semakin mendekati level Rp17.000 per dolar AS, publik mulai mempertimbangkan strategi terbaik untuk menjaga nilai kekayaan mereka.
Menurut perencana keuangan dari Finante.id, Rista Zwestika, baik emas maupun dolar AS memiliki keunggulan masing-masing tergantung pada tujuan investasi dan kondisi pasar. Ia menilai keduanya relevan di tengah kondisi ekonomi yang bergejolak seperti saat ini.
“Jawaban terbaik sebenarnya tergantung pada tujuan keuangan, profil risiko, dan kondisi pasar saat ini,” ujar Rista.
Untuk investor yang berorientasi jangka menengah hingga panjang dan ingin melindungi nilai kekayaan dari inflasi, emas dinilai sebagai pilihan yang lebih menguntungkan. Emas dikenal sebagai aset safe haven yang cenderung menguat ketika inflasi meningkat atau terjadi ketidakpastian geopolitik.
“Secara umum, untuk jangka menengah hingga panjang dan ingin lindungi nilai kekayaan, emas lebih menguntungkan saat ini,” jelas Rista.
Sebaliknya, untuk kebutuhan jangka pendek hingga menengah, terutama yang berkaitan dengan transaksi internasional, simpanan dalam bentuk dolar AS juga menarik. Namun, Rista mengingatkan bahwa nilai dolar sangat bergantung pada pergerakan kurs yang fluktuatif.
“Untuk jangka pendek hingga menengah, ingin spekulasi kurs atau simpanan dalam mata uang asing, dolar bisa menarik, tapi lebih fluktuatif,” kata dia.
Saat ini, harga emas dunia mengalami lonjakan signifikan, didorong oleh konflik geopolitik yang belum mereda dan ketidakpastian arah kebijakan suku bunga AS. Di sisi lain, dolar AS tetap kuat seiring dengan kebijakan suku bunga tinggi yang masih dipertahankan oleh The Federal Reserve (The Fed) guna mengendalikan inflasi.
Perbandingan Kelebihan dan Risiko
Dari sisi tujuan, emas cocok sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi dalam jangka panjang, sedangkan dolar AS ideal untuk diversifikasi portofolio mata uang dan transaksi luar negeri.
Dari sisi potensi keuntungan, emas memiliki kecenderungan naik saat kondisi ekonomi global melemah. Sedangkan dolar AS bisa menguat ketika ekonomi negara berkembang mengalami tekanan, tetapi selisih kurs jual-beli dapat mengurangi nilai keuntungan secara riil.
Adapun risikonya, emas bisa mengalami penurunan harga dalam jangka pendek serta membutuhkan tempat penyimpanan aman jika dalam bentuk fisik. Untuk dolar, risikonya muncul saat rupiah menguat, sehingga nilai tukar kembali ke rupiah menjadi lebih rendah.
Dengan tren ekonomi global yang belum menentu, investor diimbau untuk mempertimbangkan profil risiko masing-masing dan tujuan investasi sebelum memutuskan antara menyimpan emas atau dolar AS. Diversifikasi aset masih menjadi kunci utama untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi tahun ini.