Mahasiswa Diajak Berani Berbisnis Kuliner Lewat Seminar Nasional Entrepreneurship 5.0 di UAD

Mahasiswa Diajak Berani Berbisnis Kuliner Lewat Seminar Nasional Entrepreneurship 5.0 di UAD
Mahasiswa Diajak Berani Berbisnis Kuliner Lewat Seminar Nasional Entrepreneurship 5.0 di UAD

JAKARTA - Inovasi dan kreativitas dalam dunia kuliner menjadi sorotan utama dalam Seminar Nasional Mahasiswa Entrepreneurship 5.0: Makanan “Kreativitas dan Inovasi Kuliner untuk Mencapai Sukses Finansial” Session 2 yang digelar oleh Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Kamis, 27 Februari 2025.

Acara yang dilaksanakan secara daring ini menghadirkan enam pengusaha muda dari UAD, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), dan Universitas Muhammadiyah Bone (UNIMBONE). Mereka berbagi strategi membangun bisnis kuliner dari ide hingga sukses finansial, sekaligus mendorong mahasiswa untuk mengambil langkah berani menjadi wirausahawan.

Salah satu pembicara, Purwanti, pemilik Snack Bar Kriwul, memaparkan pentingnya memulai usaha dengan riset pasar dan pengembangan produk. Ia menekankan bahwa validasi ide bisnis, legalitas produk, serta memahami target pasar adalah pondasi penting untuk menciptakan produk kuliner yang berdaya saing.

“Bisnis kuliner tidak hanya soal rasa, tetapi bagaimana kita memahami kebutuhan konsumen dan menghadirkan solusi yang menarik dan aman dikonsumsi,” ujar Purwanti.

Sementara itu, Nurul Zakiah dari UMJ, pemilik Cookie Corner, memperkenalkan pendekatan futuristik dalam dunia kuliner. Ia menyoroti penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan resep baru, konsep restoran tanpa fisik (virtual restaurant), serta kemasan ramah lingkungan yang kini menjadi tren global.

“Digitalisasi mengubah lanskap bisnis makanan. Pengusaha harus adaptif, kreatif, dan berpikir ke depan untuk bertahan,” jelas Nurul.

Dalam sesi lainnya, Zul Hamdi Batubara, pendiri Graloka, menguraikan tantangan dalam menjaga kelangsungan usaha di tengah fluktuasi harga bahan baku dan perubahan tren pasar. Ia berbagi pentingnya membangun relasi dengan pemasok serta fleksibilitas dalam menentukan harga jual.

Bella Nur Putri, inovator di balik Le Gioeid Moringa, menghadirkan produk camilan sehat berbahan dasar daun kelor. Ia menekankan bahwa edukasi konsumen menjadi kunci keberhasilan produk unik.

“Produk inovatif harus diimbangi dengan komunikasi yang baik kepada pasar, agar nilai lebihnya dipahami dan diterima,” tutur Bella.

Tak kalah menarik, Indri Putriansyah dari UNIMBONE, pendiri Abang Suti, menceritakan perjuangannya membangun bisnis dari nol. Ia berbagi tentang pentingnya networking, konsistensi, dan mental tangguh menghadapi kegagalan. Menurutnya, pelanggan setia adalah aset utama bisnis yang berkelanjutan.

Sedangkan Umar Dahlan, pemilik Tahu Bakso UMDA, menjelaskan strategi pemasaran dengan memanfaatkan kantin mahasiswa dan platform digital seperti GoFood dan GrabFood, serta sistem preorder daring untuk meningkatkan efisiensi produksi.

“Media sosial dan ulasan pelanggan sangat membantu membangun reputasi dan daya tarik produk kami,” ujarnya.

Acara ini tak hanya menjadi ajang inspirasi, namun juga membuka ruang diskusi interaktif bagi para peserta untuk menyampaikan pertanyaan dan mendapatkan panduan langsung dari para praktisi bisnis kuliner.

Dengan semangat berbagi pengalaman nyata, seminar ini diharapkan mendorong lahirnya generasi wirausahawan kuliner baru dari kalangan mahasiswa. Mengingat industri makanan terus berkembang dan dipengaruhi oleh teknologi serta perubahan gaya hidup, mahasiswa diharapkan tidak hanya mampu menciptakan produk lezat, tetapi juga inovatif dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index