JAKARTA – Langkah regulator yang mengizinkan buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dinilai sebagai respons cepat dalam meredam volatilitas pasar. Namun, efektivitas kebijakan ini dalam mendongkrak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih perlu dikaji lebih lanjut.
VP Head of Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi Kasmarandana, menilai kebijakan tersebut mampu meningkatkan kepercayaan investor dalam jangka pendek. “Kebijakan ini efektif dalam jangka pendek untuk menstabilkan pasar dan meningkatkan kepercayaan investor. Namun, dalam jangka panjang, tidak serta-merta menjamin kenaikan IHSG yang berkelanjutan, terutama jika kinerja emiten tetap melemah,” ujarnya.
Transparansi dan Aturan Buyback Saham
Dari sisi regulasi, transparansi dalam pelaksanaan buyback saham tetap terjaga sesuai ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 13 Tahun 2023. Aturan tersebut mengatur kewajiban keterbukaan informasi sebelum buyback dilakukan, batas maksimal pembelian kembali saham sebesar 20% dari modal disetor, serta pelaporan yang harus diumumkan kepada publik.
Meski demikian, buyback saham ini masih belum cukup untuk menarik minat investor asing secara signifikan. “Beberapa faktor fundamental yang menjadi perhatian utama antara lain peningkatan risk premium akibat depresiasi rupiah, pelebaran spread yield dengan US Treasury, risiko fiskal yang meningkat akibat defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), serta relaksasi kebijakan moneter yang tidak sesuai ekspektasi pasar,” jelas Audi.
IHSG Masih dalam Tren Bearish
Secara teknikal, tren IHSG masih berada dalam fase bearish. Saat ini, indeks berada di bawah moving average (MA) 20 pada level 6.548. Sejak awal 2025, pergerakan IHSG terus berada di bawah MA20, sehingga peluang untuk menembus level 7.000 masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut. “Selama IHSG belum mampu bergerak di atas MA20, peluang kenaikan masih terbatas,” tambahnya.
Rekomendasi Saham
Di tengah kondisi pasar yang masih menantang, investor disarankan tetap fokus pada saham blue chip dengan valuasi menarik dan prospek dividen yang solid. Beberapa saham pilihan yang direkomendasikan meliputi:
-PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) – Target harga: Rp 9.250
-PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) – Target harga: Rp 2.830
-PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) – Target harga: Rp 5.450
-PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) – Target harga: Rp 3.190
-PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) – Target harga: Rp 14.900
“Sektor keuangan, bahan baku, dan konsumer dinilai masih memiliki potensi menarik di tengah ketidakpastian ekonomi, terutama bagi investor yang mencari saham dengan fundamental kuat dan valuasi yang terdiskon dibandingkan harga pasar,” tutup Audi.