JAKARTA - Kesehatan tulang sering kali luput dari perhatian masyarakat hingga usia lanjut tiba. Padahal, tulang yang kuat memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan dan mobilitas tubuh.
Berbagai faktor memengaruhi kesehatan tulang, salah satunya hormon. Penurunan hormon pada usia tertentu meningkatkan risiko osteoporosis secara signifikan.
Usia di atas 40 tahun menjadi masa kritis karena kepadatan tulang mulai menurun. Pada wanita, hormon estrogen dan pada pria, hormon testosteron memiliki peran vital dalam menjaga kekuatan tulang.
Kadar estrogen menurun drastis setelah menopause sehingga wanita lebih rentan mengalami pengeroposan tulang. Pada pria, testosteron membantu mempertahankan kekuatan tulang, meski penurunannya lebih bertahap dibanding wanita.
1. Peran Kalsium dan Vitamin D di Setiap Fase Kehidupan
Selama masa kehamilan, sebagian besar kalsium wanita diserap janin untuk pertumbuhan tulang. Karena itu, asupan kalsium yang cukup penting agar risiko osteoporosis dapat ditekan dan bayi tumbuh sehat.
Kehilangan kalsium juga terjadi saat fase menyusui. Oleh sebab itu, menjaga asupan kalsium dan vitamin D menjadi hal penting pada setiap fase kehidupan wanita.
Memastikan tulang tetap kuat sejak muda adalah langkah penting untuk mencegah osteoporosis di usia lanjut. Nutrisi dan hormon bekerja sama untuk mempertahankan kepadatan dan kesehatan tulang.
Penting bagi pria maupun wanita untuk menjaga pola hidup sehat agar tulang tetap optimal. Aktivitas fisik teratur, nutrisi seimbang, dan pemeriksaan kesehatan dapat membantu menurunkan risiko pengeroposan tulang.
2. Edukasi dan Program Peduli Tulang oleh Perwatusi
Dalam peringatan Hari Osteoporosis Nasional 2025, tema yang diangkat adalah “Peduli Tulang Kuat Indonesia untuk Hidup Berdikari.” Acara ini berlangsung pada Kamis, 23 Oktober 2025, dan bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat.
Ketua Umum Perwatusi, Anita Hutagalung, menekankan pentingnya edukasi pencegahan osteoporosis sejak dini. Masyarakat diajak untuk memahami bahwa tulang yang kuat adalah pondasi kehidupan yang berkualitas.
Perwatusi mengembangkan berbagai program edukatif untuk seluruh Indonesia. Program ini bertujuan agar informasi tentang pencegahan osteoporosis dapat tersampaikan kepada semua lapisan masyarakat.
Salah satu program unggulan adalah senam virtual yang dapat diikuti oleh berbagai usia. Anak muda bisa mengikuti osteo dance, sedangkan lansia memperoleh gerakan senam ringan yang bisa dilakukan sambil duduk di kursi.
3. Implementasi Program dan Akses Edukasi
Program senam virtual ini menjadi wujud nyata komitmen Perwatusi. Instruktur senam dilatih untuk menjadi perpanjangan tangan organisasi dalam mengenalkan gerakan yang mendukung kesehatan tulang.
“Program kami bertujuan mengajak masyarakat bergerak dan mengenal lebih jauh tentang osteoporosis,” jelas Anita Hutagalung dalam konferensi pers di PYC Bulungan, Jakarta Selatan.
Melalui edukasi ini, masyarakat diharapkan lebih peduli terhadap kesehatan tulang sejak dini. Kesadaran sejak muda dapat membantu mencegah risiko osteoporosis dan meningkatkan kualitas hidup di masa tua.
Perwatusi juga berupaya menjangkau seluruh daerah di Indonesia. Dengan pelatihan instruktur lokal, gerakan pencegahan osteoporosis bisa diterapkan secara merata di berbagai wilayah.
4. Pentingnya Kesadaran dan Gaya Hidup Sehat
Menjaga kesehatan tulang bukan hanya soal nutrisi, tetapi juga pola hidup aktif. Aktivitas fisik, olahraga teratur, dan kebiasaan sehat lainnya memperkuat tulang dan menunda penurunan kepadatan tulang.
Pencegahan osteoporosis sejak dini juga mencakup pemeriksaan rutin dan pemenuhan asupan kalsium serta vitamin D. Dengan langkah-langkah ini, tulang tetap kuat dan risiko patah tulang dapat ditekan.
Kesadaran terhadap kesehatan tulang harus dimulai sejak muda. Edukasi dan program praktis, seperti senam virtual, memudahkan masyarakat untuk menjaga tulang tetap sehat dan kuat.
Dengan kombinasi nutrisi, hormon yang seimbang, serta gaya hidup aktif, tulang dapat bertahan lebih lama. Hal ini menjadi investasi jangka panjang untuk kualitas hidup yang lebih baik.
Masyarakat diajak untuk peduli sejak dini karena osteoporosis tidak muncul tiba-tiba. Perlindungan tulang sejak muda adalah langkah nyata untuk hidup mandiri dan berkualitas di masa tua.
Program edukatif Perwatusi menjadi contoh implementasi nyata. Senam virtual, osteo dance, dan gerakan ringan untuk lansia adalah cara mudah dan menyenangkan untuk menjaga tulang tetap kuat.
Dengan konsistensi mengikuti program dan menjaga pola hidup sehat, risiko osteoporosis dapat ditekan. Tulang yang kuat mendukung mobilitas, aktivitas harian, dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Kesadaran masyarakat, dukungan edukasi, serta pola hidup sehat merupakan pondasi penting dalam menjaga tulang. Memulai langkah ini sejak dini akan membawa manfaat jangka panjang bagi kesehatan seluruh keluarga.