Realisasi Investasi Jawa Tengah Capai Rp66,13 Triliun, Sektor Padat Karya Jadi Magnet Utama

Rabu, 22 Oktober 2025 | 11:01:10 WIB
Realisasi Investasi Jawa Tengah Capai Rp66,13 Triliun, Sektor Padat Karya Jadi Magnet Utama

JAKARTA - Pertumbuhan investasi di Provinsi Jawa Tengah terus menunjukkan tren yang menggembirakan. Hingga kuartal III atau periode Januari hingga September 2025, realisasi investasi di provinsi ini telah menembus angka Rp66,13 triliun, melampaui capaian tahunan dalam beberapa tahun terakhir.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah, Sakina Rosellasari, menyebut capaian ini menjadi bukti bahwa Jateng semakin menarik bagi investor domestik maupun asing. Ia menegaskan, peningkatan signifikan ini juga menunjukkan konsistensi pemerintah daerah dalam memperkuat iklim investasi yang ramah dan efisien.

“Kami merilis data realisasi investasi kuartal III 2025. Dari Januari hingga September, totalnya sudah mencapai Rp66,13 triliun. Ini menandakan capaian yang lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun sebelumnya,” ujar Sakina.

PMA Mendominasi, Sektor Alas Kaki dan Tekstil Jadi Primadona

Dari total investasi yang tercatat, Rp29,27 triliun berasal dari penanaman modal asing (PMA), sementara sisanya merupakan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Kontribusi PMA masih mendominasi karena banyak investor asing yang tertarik pada sektor industri padat karya di wilayah ini.

Beberapa sektor utama yang menjadi penopang terbesar pertumbuhan investasi antara lain industri alas kaki, karet dan plastik, serta tekstil. Berdasarkan data DPMPTSP Jateng, industri barang kulit dan alas kaki menempati posisi tertinggi dengan nilai investasi mencapai Rp8,39 triliun.

Sektor industri karet dan plastik menyusul di urutan kedua dengan total investasi Rp6,35 triliun, diikuti industri mesin dan elektronik senilai Rp5,35 triliun. Sementara sektor tekstil mencatatkan nilai Rp4,77 triliun, dan perdagangan serta reparasi sebesar Rp2,03 triliun.

Lima Negara Ini Jadi Investor Terbesar di Jawa Tengah

Keberhasilan Jawa Tengah menarik investor asing tidak terlepas dari kontribusi sejumlah negara mitra ekonomi strategis. Berdasarkan data yang dihimpun, Hong Kong dan China menjadi dua investor asing terbesar sepanjang 2025.

Hong Kong mencatatkan nilai investasi sebesar Rp7,99 triliun, diikuti China dengan Rp7,76 triliun. Sementara itu, Singapura berada di posisi ketiga dengan nilai investasi Rp7,66 triliun, kemudian disusul oleh Korea Selatan sebesar Rp4,05 triliun dan Taiwan senilai Rp2,53 triliun.

Tren investasi dari negara-negara tersebut menunjukkan bahwa Jawa Tengah mulai diakui sebagai wilayah strategis bagi pengembangan industri berorientasi ekspor. Selain memiliki biaya tenaga kerja yang lebih kompetitif dibanding provinsi tetangga, Jateng juga menawarkan ketersediaan sumber daya manusia dalam jumlah besar.

Sektor Properti dan Industri Makanan Dorong PMDN Tumbuh Stabil

Sementara itu, penanaman modal dalam negeri (PMDN) juga berkontribusi signifikan terhadap total investasi yang masuk ke Jawa Tengah. Sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran menjadi penyumbang terbesar dengan total nilai Rp4,58 triliun.

Kemudian, sektor industri makanan mencatatkan realisasi investasi sebesar Rp4,23 triliun sepanjang periode Januari–September 2025. Kedua sektor tersebut menunjukkan bahwa minat investor domestik terhadap pembangunan infrastruktur dan industri pengolahan terus meningkat.

Menurut Sakina, Jawa Tengah masih menjadi tujuan utama investasi padat karya karena ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan biaya produksi yang relatif lebih rendah. “Jawa Tengah masih menjadi tujuan utama bagi investasi padat karya,” ujarnya.

Penyerapan Tenaga Kerja dan Tantangan Keterbatasan Kawasan Industri

Realisasi investasi yang meningkat memberikan dampak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah. Hingga akhir September 2025, lebih dari 326 ribu tenaga kerja baru berhasil terserap di berbagai sektor industri.

Namun, meski mencatat pertumbuhan yang impresif, Jawa Tengah masih menghadapi tantangan struktural, terutama dari sisi ketersediaan kawasan industri. Sakina menyoroti bahwa Jateng hanya memiliki sembilan kawasan industri aktif, jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan Jawa Barat dengan lebih dari 140 kawasan industri, dan Jawa Timur dengan lebih dari 15 kawasan.

Keterbatasan ini menjadi faktor yang menahan laju investasi baru, terutama dari perusahaan berskala besar yang membutuhkan infrastruktur industri siap pakai. Karena itu, pemerintah provinsi kini berupaya mendorong kabupaten dan kota agar segera mengajukan kawasan peruntukan industri baru.

Upaya Pemerintah Daerah Meningkatkan Daya Saing Investasi

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkomitmen memperkuat daya tarik investasi melalui berbagai kebijakan strategis. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain mempercepat perizinan investasi, memperkuat digitalisasi layanan DPMPTSP, dan memberikan pendampingan kepada calon investor.

Selain itu, pemerintah juga berupaya mengembangkan kawasan industri baru di daerah-daerah potensial seperti Kendal, Tegal, dan Cilacap. Pengembangan ini diharapkan mampu menciptakan pemerataan investasi antarwilayah sekaligus memperluas lapangan kerja.

“Harapannya, ada beberapa daerah yang segera mengajukan kawasan peruntukan industri agar dapat dikembangkan menjadi kawasan industri baru, sehingga daya tarik investasi Jateng semakin kuat,” jelas Sakina.

Upaya ini juga diiringi dengan peningkatan kerja sama antara pemerintah daerah dan sektor swasta dalam memperkuat konektivitas logistik dan infrastruktur pendukung industri.

Target Akhir Tahun dan Proyeksi Pertumbuhan Investasi Jateng

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan total realisasi investasi hingga akhir 2025 mencapai Rp78,33 triliun. Angka ini dinilai realistis mengingat tren pertumbuhan yang terus berlanjut sejak awal tahun.

Dengan capaian Rp66,13 triliun hingga kuartal III, target tersebut diperkirakan akan tercapai lebih cepat apabila tren positif ini terus berlanjut. Peningkatan aktivitas industri padat karya dan perluasan jaringan investor asing menjadi kunci utama dalam menjaga momentum tersebut.

Dalam jangka panjang, Jawa Tengah diharapkan mampu memperkuat posisinya sebagai salah satu provinsi dengan iklim investasi paling kompetitif di Indonesia. Kombinasi antara sumber daya manusia yang besar, infrastruktur yang terus dikembangkan, serta kebijakan ramah investor menjadi faktor pendorong utamanya.

Jawa Tengah Siap Jadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru

Pertumbuhan investasi yang impresif di Jawa Tengah menandakan bahwa provinsi ini memiliki daya tarik ekonomi yang semakin kuat. Dukungan pemerintah, keunggulan tenaga kerja, dan stabilitas sosial menjadi fondasi penting bagi investor.

Meski masih menghadapi tantangan berupa keterbatasan kawasan industri, langkah strategis pemerintah daerah dalam memperluas area peruntukan industri menunjukkan arah yang jelas menuju pertumbuhan berkelanjutan.

Dengan capaian Rp66,13 triliun hingga kuartal III 2025, Jawa Tengah membuktikan dirinya sebagai wilayah dengan potensi besar dalam memperkuat ekonomi nasional. Jika target Rp78,33 triliun dapat terealisasi, maka Jateng akan menegaskan posisinya sebagai salah satu motor utama pertumbuhan investasi di Indonesia.

Terkini