Kinerja BBCA Kuartal III 2025 Tembus Rp43,4 Triliun, Saham Melesat

Selasa, 21 Oktober 2025 | 13:05:47 WIB
Kinerja BBCA Kuartal III 2025 Tembus Rp43,4 Triliun, Saham Melesat

JAKARTA - Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) langsung merespons positif pengumuman laba bersih kuartal III/2025. Pada Selasa, 21 Oktober 2025, saham ini dibuka menguat setelah tercatat meraih laba bersih sebesar Rp43,4 triliun.

Nilai laba bersih tersebut tumbuh 5,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat Rp41,1 triliun. Respon pasar terlihat pada penutupan perdagangan sebelumnya, Senin, 20 Oktober 2025, di mana saham BBCA naik 5% ke level Rp7.875.

Pembukaan perdagangan Selasa pagi menunjukkan tren penguatan berlanjut. Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 09.20 WIB, saham BBCA meningkat 4,13% ke level Rp8.200 per saham.

Analis BRI Danareksa Sekuritas menilai hasil laba ini sesuai dengan ekspektasi. Mereka menyebutkan bahwa kenaikan biaya operasional (CoC) masih dapat diimbangi oleh PPOP yang kuat.

“BBCA membukukan laba bersih Juli—September 2025 sebesar Rp14,4 triliun karena CoC yang lebih tinggi mengimbangi PPOP yang kuat,” tulis analis tersebut dalam riset, Selasa, 21 Oktober 2025.

Net profit selama 9 bulan pertama 2025 mencapai Rp43,4 triliun. Angka ini meningkat sekitar 6% year-on-year (YoY) dan sejalan dengan proyeksi internal maupun konsensus pasar.

Strategi BBCA Menghadapi Suku Bunga Rendah

Manajemen BBCA menargetkan pertumbuhan kredit, CASA, serta pendapatan biaya yang lebih tinggi. Selain itu, kualitas aset juga dijaga untuk menghadapi net interest margin (NIM) yang lebih rendah di tengah rezim suku bunga rendah.

“BBCA tetap menjadi pilihan utama kami di sektor ini dengan kualitas asetnya yang kuat,” tegas analis yang sama. Mereka tetap mempertahankan rekomendasi beli, walaupun target harga disesuaikan menjadi Rp11.200 per saham.

BBCA juga mengantisipasi peningkatan pendapatan dari berbagai lini. Hal ini termasuk pengelolaan kredit yang lebih baik dan strategi pengembangan produk keuangan.

Pertumbuhan Kredit dan Dana Pihak Ketiga

Presiden Direktur BCA, Hendra Lembong, menyebutkan kredit bank tumbuh 7,6% YoY menjadi Rp944 triliun. Kinerja ini didukung oleh ekspansi kredit berkualitas dan likuiditas perseroan yang terjaga dengan baik.

Dana pihak ketiga (DPK) juga mencatat pertumbuhan sebesar 7% YoY per akhir September 2025. Peningkatan ini terutama berasal dari pendanaan murah atau current account saving account (CASA).

Jika dilihat lebih rinci, sektor korporasi mencatat pertumbuhan kredit tertinggi. Kredit di segmen ini naik 10,4% YoY mencapai Rp436,9 triliun hingga September 2025.

Kredit komersial meningkat 5,7% YoY menjadi Rp142,9 triliun. Sementara itu, kredit untuk usaha kecil dan menengah (UKM) tumbuh 7,7% YoY menjadi Rp129,3 triliun.

Segmen konsumer menunjukkan pertumbuhan lebih lambat, yakni 3,3% YoY menjadi Rp223,6 triliun. Kenaikan ini didorong terutama oleh pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar 6,4% YoY menjadi Rp138,8 triliun.

CASA BCA mencatat pertumbuhan 9,1% YoY menjadi Rp999 triliun. Lonjakan ini sejalan dengan frekuensi transaksi BCA yang meningkat hingga 78% dalam tiga tahun terakhir, menurut Hendra Lembong.

Prospek dan Keunggulan BBCA di Sektor Perbankan

BBCA dipandang tetap kuat di sektor perbankan karena manajemen risiko dan kualitas aset yang terjaga. Strategi pertumbuhan kredit yang selektif membantu menjaga profitabilitas di tengah tekanan biaya operasional.

Bank ini juga berfokus pada pendanaan murah untuk mendukung ekspansi kredit. CASA yang meningkat menjadi indikator keberhasilan strategi ini, sekaligus menjaga efisiensi biaya dana.

Dengan pertumbuhan laba dan penguatan saham, BBCA menjadi fokus utama investor. Target harga yang dipertahankan tetap menarik bagi pelaku pasar yang mencari stabilitas di sektor perbankan.

Manajemen menegaskan akan terus mendorong ekspansi kredit, meningkatkan CASA, dan menjaga kualitas aset. Langkah-langkah ini diyakini mampu menahan tekanan NIM rendah dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan.

Selain itu, inovasi layanan digital dan peningkatan frekuensi transaksi turut mendongkrak kinerja bank. Hal ini memberikan fleksibilitas tambahan dalam mengelola likuiditas dan mendukung pencapaian laba bersih yang solid.

BBCA menunjukkan bahwa kombinasi strategi pertumbuhan kredit, pengelolaan biaya, dan fokus pada CASA dapat menciptakan kinerja stabil. Investor pun tetap optimistis terhadap prospek bank ini di sisa tahun 2025.

Terkini