JAKARTA - Kabupaten Poso kembali menorehkan langkah penting dalam meningkatkan konektivitas daerahnya. Lewat kerja sama dengan PT Sriwijaya Air, penerbangan rute Makassar–Poso–Makassar resmi disepakati dan dijadwalkan mulai beroperasi pada 29 September 2025.
Rute ini menggunakan pesawat Boeing 737-500 berkapasitas 130 penumpang, yang akan melayani penerbangan tiga kali seminggu. Kehadirannya tidak hanya menjadi moda transportasi baru, tetapi juga diproyeksikan membawa dampak besar bagi pengembangan ekonomi, pariwisata, dan investasi di Poso serta wilayah sekitarnya.
Bupati Poso, Verna Gladies Merry Inkiriwang, menegaskan bahwa rute baru ini adalah peluang strategis. “Ini adalah pintu gerbang baru bagi Poso untuk semakin maju dan terbuka. Harapan kami, ke depan rute Poso–Jakarta juga bisa segera terwujud,” ujar Verna dalam acara penandatanganan kesepakatan bersama di Kantor Pusat Sriwijaya Air, Jakarta, yang turut dihadiri Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Poso, Yunirson Penyami.
Dampak Positif bagi Pariwisata dan Perdagangan
Kehadiran rute Makassar–Poso diharapkan mempermudah akses wisatawan menuju berbagai destinasi unggulan di Kabupaten Poso. Dari Danau Poso yang menjadi salah satu danau terdalam di Indonesia, hingga situs megalitikum di Lembah Bada serta Air Terjun Saluopa, potensi wisata ini memiliki daya tarik besar bagi pasar domestik maupun internasional.
Selain pariwisata, penerbangan reguler ini juga memberi peluang baru bagi perdagangan dan investasi. Distribusi barang, produk pertanian, hingga hasil perikanan dari Poso dapat lebih cepat sampai ke pasar utama di Sulawesi dan daerah lainnya. Tak hanya itu, masyarakat yang memiliki kepentingan bisnis pun semakin dimudahkan dengan akses transportasi udara yang efisien.
Bupati Verna menyebut manfaat penerbangan ini tidak terbatas untuk Kabupaten Poso. Daerah tetangga seperti Tojo Una-Una, Morowali Utara, dan Parigi Moutong diperkirakan ikut merasakan efek positif karena terbuka kesempatan lebih luas untuk menghubungkan mobilitas orang maupun barang.
Poso: Dari Konflik Menuju Destinasi Unggulan
Kabupaten Poso adalah salah satu wilayah tertua di Provinsi Sulawesi Tengah, dengan ibu kota di Kota Poso. Secara geografis, daerah ini memiliki keindahan alam yang lengkap, mulai dari pegunungan, hutan, hingga pesisir Teluk Tomini.
Namun, Poso juga memiliki catatan sejarah yang tidak mudah. Pada periode 1998 hingga 2001, wilayah ini pernah diguncang konflik sosial bernuansa agama. Konflik yang dipicu persoalan personal tersebut berkembang menjadi kerusuhan besar akibat ketimpangan ekonomi dan politisasi identitas. Keadaan baru mereda setelah ditandatanganinya Deklarasi Malino pada 20 Desember 2001.
Seiring berjalannya waktu, Poso bertransformasi. Saat ini, sektor pariwisata dan pertanian menjadi tulang punggung perekonomian daerah. Pemerintah Kabupaten Poso bersama masyarakat terus berupaya menampilkan citra baru: dari daerah konflik menjadi destinasi yang aman, indah, dan potensial.
Dengan dibukanya rute penerbangan Makassar–Poso, langkah itu semakin konkret. Kehadiran transportasi udara reguler diharapkan mempercepat arus wisatawan, meningkatkan daya saing produk lokal, sekaligus memperkuat jaringan ekonomi regional.
Penerbangan Makassar–Poso bukan sekadar menambah pilihan perjalanan udara. Lebih dari itu, ia adalah simbol keterhubungan baru yang menandai optimisme Poso dalam menatap masa depan. Dengan aksesibilitas yang kian terbuka, Poso siap memperluas perannya sebagai salah satu destinasi unggulan di Sulawesi Tengah.