JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berpotensi rebound pada perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025. Setelah sehari sebelumnya ditutup melemah 0,45% di level 7.862, analis menilai indeks memiliki ruang untuk menguji level 8.025–8.102.
Meski tekanan jual masih mendominasi, area koreksi minimal telah tercapai. Menurut analisis gelombang (wave), posisi IHSG saat ini berada pada bagian dari wave [v] dari wave 1 dari wave (3) pada label hitam.
“Hal tersebut berarti, masih terdapat ruang IHSG menguat menguji 8.025–8.102, namun demikian tetap cermati akan adanya koreksi jangka pendek ke rentang 7.815–7.831,” tulisnya.
Saham Rekomendasi dan Level Kunci IHSG
Untuk perdagangan hari ini, MNC Sekuritas memproyeksikan level support IHSG berada di 7.800 dan 7.680, sedangkan level resistance di 8.008 dan 8.103. Beberapa saham yang masuk dalam radar rekomendasi mencakup ADMR, BBRI, BKSL, dan ERAA.
Di sisi lain, pergerakan IHSG dalam sepekan terakhir masih cukup positif. Indeks mencatatkan penguatan 4,84% sepanjang perdagangan 11–15 Agustus 2025. Pasar saham Indonesia juga dibanjiri arus masuk dana asing dengan nilai beli bersih mencapai Rp6,67 triliun.
Arus modal asing tersebut menunjukkan minat tinggi terhadap saham-saham unggulan, sekaligus menjadi pendorong sentimen positif bagi IHSG.
Momentum Dividen Interim dan Strategi Saham
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai penguatan IHSG dapat dimanfaatkan investor untuk melakukan rotasi sektor menjelang musim dividen interim. Menurutnya, sektor energi, konsumer, dan keuangan berpotensi menawarkan yield menarik.
“Sektor energi, konsumer, dan keuangan diproyeksi memberikan yield tinggi,” ujar Nafan.
Nafan juga menekankan pentingnya strategi akumulasi saham-saham pilihan dengan prospek solid. Ia menyarankan investor untuk membeli ketika harga sedang melemah, sekaligus mengatur manajemen risiko secara disiplin.
“Beli saat harga turun, dan gunakan manajemen risiko secara efektif,” tambahnya.
Dukungan Investor Asing dan Kebijakan Moneter
Masuknya kembali investor asing ke saham-saham perbankan berkapitalisasi besar (big caps) menjadi katalis tambahan bagi IHSG. Nafan menilai, kondisi ini dapat mendukung pemulihan saham-saham bank pada semester II/2025, bahkan lebih baik dibandingkan semester I/2025.
Selain itu, kebijakan pelonggaran moneter Bank Indonesia juga membuka peluang peningkatan permintaan kredit. Dengan bertambahnya aktivitas kredit, kinerja sektor perbankan berpotensi semakin solid. Pertumbuhan konsumsi dan investasi di dalam negeri turut memberi dukungan terhadap ekspansi bank.
Tren Penguatan Saham Sejak Awal Tahun
Secara jangka panjang, IHSG menunjukkan performa yang impresif. Indeks sempat menyentuh level tertinggi di 8.017,06 dalam sepekan terakhir. Hingga tahun berjalan (year to date), IHSG tercatat menguat 11,06% dan meningkat 6,28% sepanjang satu bulan terakhir.
Investor asing juga masih mencatatkan pembelian bersih Rp6,68 triliun dalam sepekan terakhir. Beberapa saham yang banyak diborong asing antara lain BBRI, TLKM, BBCA, BMRI, hingga AMMN. Sebaliknya, sejumlah saham dilepas asing seperti ANTM, ICBP, EXCL, ITMG, dan BRMS.
Rotasi saham yang dilakukan investor asing ini menjadi bagian dari strategi penyesuaian portofolio, sekaligus memperlihatkan arah kepercayaan investor pada emiten tertentu.
Dengan peluang rebound menuju 8.025–8.102, pasar saham Indonesia masih memberi ruang positif bagi investor. Meski demikian, potensi koreksi jangka pendek tetap harus diperhitungkan.
Strategi yang disarankan adalah rotasi sektor, akumulasi saham dengan prospek kuat, serta disiplin dalam manajemen risiko. Selain itu, derasnya arus dana asing dan dukungan kebijakan moneter menambah optimisme bahwa saham-saham unggulan masih menjadi pilihan menarik.
Pada akhirnya, tren penguatan IHSG sejak awal tahun menunjukkan bahwa pasar saham Indonesia tetap menjadi salah satu destinasi investasi utama di kawasan.