JAKARTA - Peningkatan minat masyarakat terhadap emas sebagai aset lindung nilai semakin terlihat pada kuartal II/2025. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI mencatat lonjakan signifikan transaksi emas hingga 441 persen secara tahunan (year on year/yoy). Lonjakan ini sekaligus menandai tumbuhnya kesadaran nasabah terhadap produk investasi berbasis emas, terutama di tengah situasi pasar yang dinamis.
Group Head Treasury & Global Market BSI, Kemal Aditya, menjelaskan bahwa pada kuartal II/2025, total pembelian emas melalui BSI mencapai 238 ribu transaksi, setara dengan 693 kilogram (kg). Angka ini meningkat tajam dibanding periode yang sama tahun lalu, yang hanya 53 ribu transaksi atau setara dengan 128 kg emas.
“Menurut data internal BSI, dibandingkan dengan 2024, nasabah dalam pembelian emas itu meningkat sebesar empat kali lipat. Peningkatan ini dinilai akibat dari fenomena Fear of Missing Out (FOMO) dari masyarakat, tinggi sekali minatnya,” ujar Kemal dalam paparannya di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Dampak Positif Bullion Bank dan FOMO Nasabah
Kemal menuturkan, tren melonjaknya transaksi emas tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menunjuk BSI sebagai salah satu bank bullion sejak Februari 2025. Keputusan ini mendorong BSI untuk aktif mengelola bisnis perdagangan emas secara resmi dan teregulasi. Dengan status bullion bank, nasabah memiliki akses yang lebih mudah dan cepat untuk membeli emas secara daring maupun luring.
“Peningkatan ini juga didorong oleh upaya pemerintah dan regulator yang telah menciptakan kegiatan usaha bullion bank, sehingga memberikan efek terhadap meningkatnya volume perdagangan emas,” jelasnya.
Nasabah individu menjadi kontributor terbesar dalam lonjakan transaksi ini. Fenomena FOMO atau rasa takut tertinggal peluang investasi, menurut Kemal, memicu lonjakan permintaan. Banyak masyarakat mulai memanfaatkan fasilitas pembelian emas yang bisa diakses 24 jam sehari, tujuh hari seminggu melalui layanan BSI.
“At least, peningkatan ini dari nasabah-nasabah individu sehingga mereka bisa mengakses pembelian emas melalui bank bullion anytime, 24/7,” tambah Kemal.
Selain faktor psikologis, tren global dan nilai emas yang cenderung stabil juga memperkuat minat masyarakat. Emas dipandang sebagai salah satu aset aman untuk melindungi nilai kekayaan di tengah ketidakpastian ekonomi.
Prospek Bisnis Bullion BSI ke Depan
Dengan pertumbuhan ini, BSI optimistis bahwa kegiatan bullion bank akan semakin berkembang. Lonjakan 441 persen transaksi di kuartal II/2025 menjadi sinyal positif untuk memperluas layanan dan meningkatkan literasi keuangan berbasis emas di masyarakat.
BSI juga melihat adanya multiplier effect dari meningkatnya transaksi emas, baik bagi perseroan maupun bagi ekosistem pasar emas nasional. Dukungan pemerintah dan pengawasan regulator diharapkan mampu menjaga iklim perdagangan emas tetap sehat, transparan, dan menguntungkan bagi nasabah.
Ke depan, BSI berkomitmen memperkuat layanan digital dan inovasi produk emas. Dengan layanan yang mudah diakses dan jangkauan nasional, BSI menargetkan pertumbuhan lebih lanjut di semester berikutnya.
Dengan capaian ini, BSI tidak hanya mempertegas perannya sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, tetapi juga sebagai salah satu penggerak utama perdagangan emas resmi. Lonjakan transaksi emas 441 persen ini menunjukkan potensi besar pasar investasi emas di Tanah Air sekaligus menandai era baru bagi bisnis bullion bank di Indonesia.