JAKARTA - Industri drama Korea terus membuktikan diri sebagai kekuatan besar dalam hiburan global. Popularitas yang meroket hingga ke pasar internasional mendorong rumah produksi untuk menggelontorkan biaya produksi fantastis demi menciptakan tontonan berkualitas tinggi. Mulai dari visual yang memukau, efek CGI setara film layar lebar, kostum detail, hingga bayaran tinggi bagi aktor papan atas, semua berkontribusi pada deretan drama Korea termahal sepanjang masa.
Menariknya, anggaran besar tidak selalu berbanding lurus dengan keberhasilan drama. Beberapa judul menuai pujian global, namun ada pula yang justru tak mampu memenuhi ekspektasi penonton. Berikut adalah daftar 13 drama Korea dengan biaya produksi paling mahal yang pernah dibuat.
Drama Korea Termahal yang Menguras Anggaran
Moving (2023)
Dengan biaya produksi mencapai 60 miliar Won atau sekitar Rp716 miliar, Moving menjadi drama Korea termahal dalam sejarah. Mengisahkan sekelompok remaja yang mewarisi kekuatan super dari orang tua mereka, drama ini menampilkan visual memukau, aksi dinamis, dan tata suara imersif. Sebagai proyek andalan Disney+ Asia, serial ini berhasil meraih perhatian internasional sekaligus nilai lisensi tinggi.
Arthdal Chronicles (2019)
Dijuluki “Game of Thrones versi Korea,” drama ini menelan biaya hingga 54 miliar Won (sekitar Rp644 miliar). Syuting dilakukan di berbagai lokasi, termasuk Brunei, dengan properti dan kostum tribal yang dibuat secara detail. Meski sambutan di Korea cukup beragam, penonton internasional memberikan apresiasi tinggi.
When the Stars Gossip (2025)
Mengusung tema luar angkasa, drama ini menelan biaya 50 miliar Won (Rp597 miliar). Diperankan Lee Min Ho dan Gong Hyo Jin, produksinya memerlukan set luar angkasa, simulasi gravitasi nol, dan CGI canggih. Namun, alur cerita yang kurang solid membuat penonton merasa kurang puas, menunjukkan bahwa biaya besar tak selalu menjamin sukses.
Alchemy of Souls (2022) & Queen of Tears (2023)
Kedua drama fantasi-romantis ini menghabiskan sekitar 40 miliar Won (Rp488 miliar) masing-masing. Queen of Tears bahkan mengambil lokasi syuting di Jerman dan Inggris, serta dibintangi Kim Soo Hyun yang menerima bayaran fantastis per episode.
Mr. Sunshine (2018)
Dengan biaya sekitar Rp477 miliar, drama berlatar awal abad ke-20 ini memikat penonton lewat set kolosal, properti antik, dan visual sinematik. Lee Byung Hun sebagai pemeran utama juga menerima bayaran tinggi, menambah beban biaya produksi.
Produksi Skala Besar dan Visual Kelas Dunia
Kingdom (2019) – Rp418 miliar
Drama zombie-historis original Netflix ini memikat dunia dengan atmosfer mencekam, CGI tingkat tinggi, dan ratusan figuran.
Reborn Rich (2022) – Rp418 miliar
Mengangkat kisah chaebol dan perjalanan waktu, drama ini sukses besar dengan Song Joong Ki sebagai bintang utamanya.
The Legend (2007) – Rp513 miliar
Fantasi klasik yang menampilkan Bae Yong Joon di masa kejayaannya, dengan efek spesial besar untuk zamannya.
Jirisan (2021) – Rp358 miliar
Syuting di lokasi asli yang ekstrem membuat drama misteri alam ini memerlukan set replika gunung dan CGI badai serta longsor.
The King: Eternal Monarch (2020) – Rp358 miliar
Drama dunia paralel ini menggabungkan kisah cinta, efek portal dimensi, dan visual kerajaan futuristik, dibintangi Lee Min Ho dan Kim Go Eun.
Vagabond (2019) – Rp298 miliar
Drama aksi-spionase penuh adegan ledakan dan kejar-kejaran ini bahkan syuting di Maroko dan Portugal, meningkatkan biaya produksi.
Sweet Home (2020) – Rp358 miliar
Drama horor fantasi ini menampilkan CGI monster yang memukau, sukses global hingga memunculkan beberapa season baru di Netflix.
Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo (2016)
Dengan biaya sekitar US$400 ribu per episode, drama kolosal ini menampilkan IU dan Lee Jun Ki serta latar kerajaan yang megah.
Anggaran fantastis yang digelontorkan untuk drama-drama ini menjadi bukti keseriusan industri Korea dalam menghadirkan hiburan kelas dunia. Meski tidak semua judul berakhir sukses secara rating, upaya menciptakan tontonan berkualitas tinggi terus mendorong drama Korea bersaing di panggung global.