Bukti Ilmiah Soal Risiko BPA di Galon Lanjut Usia

Rabu, 30 Juli 2025 | 11:16:31 WIB
Bukti Ilmiah Soal Risiko BPA di Galon Lanjut Usia

JAKARTA - Di tengah meningkatnya kesadaran akan keamanan pangan, perhatian publik kini tertuju pada risiko yang muncul dari penggunaan galon guna ulang berusia lanjut. Bisphenol A (BPA), bahan kimia yang kerap digunakan dalam pembuatan kemasan plastik polikarbonat, kembali menjadi sorotan karena dampaknya terhadap kesehatan. Isu ini bukan sekadar soal bahan kimia, tetapi menyangkut perlindungan konsumen, masa pakai galon, dan ketegasan regulasi di Indonesia.

Ancaman BPA Bagi Kesehatan

BPA termasuk dalam kelompok Endocrine Disrupting Chemicals (EDCs), yaitu bahan kimia yang dapat meniru hormon dan mengganggu sistem endokrin. Sistem endokrin sendiri mengatur berbagai fungsi penting tubuh melalui kelenjar seperti adrenal, tiroid, pankreas, hingga ovarium dan testis. Jika sistem ini terganggu, konsekuensinya bisa sangat serius.

Hasil penelitian terbaru menunjukkan, paparan BPA berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari gangguan reproduksi, pubertas dini, hingga infertilitas. Dampak jangka panjangnya juga mencakup risiko kanker prostat dan payudara, penyakit kardiovaskular, diabetes, obesitas, hingga gangguan fungsi hati dan otak. Bahkan, paparan pada janin dan anak-anak dapat mengganggu perkembangan saraf serta daya tahan tubuh mereka.

Komisi Eropa telah merespons temuan ilmiah tersebut dengan melarang penggunaan BPA pada bahan yang bersentuhan langsung dengan makanan dan minuman. Larangan ini diberlakukan dengan masa transisi 18 bulan untuk memberi waktu industri beradaptasi. Prinsipnya jelas: keselamatan konsumen harus menjadi prioritas utama.

Kondisi Galon Guna Ulang di Indonesia

Berbeda dengan Uni Eropa, Indonesia baru pada 2024 menerapkan aturan mengenai label peringatan BPA melalui Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 tentang Label Pangan Olahan. Galon guna ulang berbahan polikarbonat wajib mencantumkan label “Berpotensi Mengandung BPA”, dengan masa transisi hingga 2028.

Langkah ini muncul setelah uji laboratorium menunjukkan adanya migrasi BPA dari galon yang mendekati batas berbahaya. Pada 2019, BPOM menetapkan ambang migrasi BPA sebesar 0,6 bpj (600 mikrogram/kilo). Tiga tahun kemudian, hasil uji post-market pada Januari 2022 menemukan bahwa 33% sampel galon dari distribusi dan 24% dari produksi sudah mendekati ambang tersebut.

Kekhawatiran terbesar ditujukan pada kelompok rentan seperti bayi dan balita. Bayi usia 6–11 bulan tercatat 2,4 kali lebih berisiko, sementara anak usia 1–3 tahun memiliki risiko 2,12 kali lebih tinggi terpapar BPA dibanding orang dewasa.

Ketua Komunitas Konsumen Indonesia (KKI), David Tobing, menegaskan pentingnya perlindungan konsumen melalui penerapan label peringatan secepat mungkin. Selain itu, ia juga menekankan perlunya batas masa pakai galon guna ulang agar masyarakat tidak menggunakan galon yang sudah melewati usia aman.

Berdasarkan riset lapangan KKI pada akhir 2024, hampir 40% galon guna ulang di pasaran tergolong lanjut usia, bahkan ada yang telah digunakan 2 hingga 4 tahun. Padahal, menurut Prof. Mochamad Chalid, pakar polimer dari Universitas Indonesia, galon sebaiknya hanya diisi ulang maksimal 40 kali. Dengan asumsi satu kali isi ulang per minggu, galon yang berumur lebih dari setahun sudah termasuk berisiko.

“Galon lanjut usia itu seharusnya sudah ditarik dari peredaran karena berpotensi menimbulkan risiko kesehatan,” ujar David Tobing. “Semakin tua usia pakai galon guna ulang, semakin banyak BPA yang bisa luruh ke dalam air minum,” tambahnya.

Urgensi Regulasi dan Kesadaran Konsumen

Bahaya BPA bukan hanya isu ilmiah, tetapi menyentuh aspek perlindungan konsumen dan tanggung jawab produsen. Tanpa regulasi yang ketat dan edukasi publik, masyarakat bisa terus terpapar risiko kesehatan yang sebenarnya dapat dicegah.

Penerapan label peringatan, pembatasan masa pakai, dan pengawasan distribusi galon guna ulang menjadi kunci. Konsumen juga diharapkan lebih bijak dengan memeriksa kondisi galon yang digunakan, serta mempertimbangkan opsi untuk beralih ke kemasan yang lebih aman jika memungkinkan.

Dengan kesadaran bersama antara pemerintah, industri, dan konsumen, risiko BPA dapat diminimalkan. Perlindungan kesehatan masyarakat harus menjadi prioritas agar penggunaan galon guna ulang tidak lagi menimbulkan ancaman tersembunyi di balik kebutuhan sehari-hari.

Terkini

BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen Pegawai Baru 2025

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:09 WIB

KUR BNI 2025 Solusi Pendanaan Ringan untuk UMKM

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:08 WIB

KUR BRI 2025 Menjadi Solusi Modal Usaha Ringan UMKM

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:07 WIB

KUR BSI 2025 Solusi Modal Syariah untuk UMKM Indonesia

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:06 WIB

Skema Cicilan KUR BCA 2025 Pinjaman Rp100 Juta

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:05 WIB