Profil Kwik Kian Gie: Intelektual Kritis yang Setia Membela Suara Rakyat

Selasa, 29 Juli 2025 | 08:04:17 WIB
Profil Kwik Kian Gie: Intelektual Kritis yang Setia Membela Suara Rakyat

JAKARTA - Kepergian Kwik Kian Gie pada usia 90 tahun menyisakan duka mendalam, tak hanya bagi dunia ekonomi Indonesia, tetapi juga bagi masyarakat luas yang mengenalnya sebagai intelektual yang lantang dan teguh pada prinsip. Ia meninggal dunia pada Senin, 28 Juli 2025 pukul 22.00 WIB, meninggalkan warisan pemikiran dan integritas yang jarang ditemukan di panggung politik dan ekonomi nasional.

Sepanjang hidupnya, Kwik dikenal bukan hanya karena jabatan-jabatan strategis yang pernah diembannya, tetapi karena keberaniannya dalam menyuarakan suara rakyat, bahkan ketika hal itu berisiko menimbulkan ketidaknyamanan di lingkaran kekuasaan. Ia tak pernah ragu untuk berbeda pendapat, bahkan jika itu berarti menyelisihi arus utama dalam partainya sendiri.

Sosok Kwik menjadi simbol keberanian berpikir merdeka. Di tengah budaya politik yang sering menuntut kompromi, ia berdiri teguh pada nilai-nilai keadilan sosial dan keberpihakan pada kaum kecil. Kritiknya terhadap kebijakan ekonomi yang dinilai terlalu liberal, intervensi asing, hingga utang luar negeri menjadi bukti bahwa ia tak hanya bicara, tetapi memperjuangkan gagasan yang diyakininya.

Sebagaimana pernah ia ungkapkan, “Kalau saya hidup, saya ingin berguna bagi banyak orang.” Kalimat ini menggambarkan kejujurannya sebagai seorang intelektual sejati—yang tidak menjadikan kekuasaan sebagai tujuan, melainkan alat untuk menciptakan perubahan nyata.

Dari Dunia Akademik hingga Kabinet Pemerintah

Kwik lahir di Juwana, Pati, Jawa Tengah, pada 11 Januari 1935. Ia menempuh studi ekonomi di Belanda sebelum kembali ke Indonesia dengan semangat untuk mengabdi. Jejak kontribusinya dimulai dari dunia pendidikan, saat ia mendirikan Institut Manajemen Prasetiya Mulya dan Kwik Kian Gie School of Business—dua institusi pendidikan ekonomi yang kini menjadi rujukan nasional.

Ia juga sempat menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan aktif menulis artikel ekonomi di media nasional. Kiprah tulisannya menjadikan sosoknya dikenal sebagai ekonom yang membela rakyat dan tidak segan mengkritik arah pembangunan yang dianggap menyimpang dari semangat UUD 1945.

Di pemerintahan, ia pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (1999–2000) di era Presiden Abdurrahman Wahid, serta menjabat Kepala Bappenas (2001–2004) di era Presiden Megawati Soekarnoputri. Dalam perannya di kabinet, Kwik mengusung ekonomi yang berpijak pada nilai konstitusi, menolak liberalisasi berlebihan, dan menolak dominasi asing terhadap ekonomi Indonesia.

Meski telah keluar dari pemerintahan, semangatnya tak surut. Justru di luar kabinet, suara kritisnya semakin terdengar lantang. Ia menilai arah kebijakan negara kian menjauh dari amanat konstitusi dan terlalu larut dalam sistem pasar bebas yang tidak adil bagi rakyat kecil.

Loyal pada Rakyat, Bukan Partai Politik

Salah satu sikap politik Kwik yang menjadi sorotan ialah ketika ia mendukung pasangan Prabowo–Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019, meski dirinya dikenal sebagai tokoh senior PDI Perjuangan. Bagi Kwik, prinsip dan suara nurani lebih penting daripada loyalitas sempit terhadap partai.

Langkah ini menggambarkan konsistensinya sebagai pemikir bebas. Ia bukan politisi yang mengejar kenyamanan posisi atau kekuasaan, melainkan pribadi yang lebih memilih berbicara apa adanya demi kepentingan bangsa. Keberaniannya dalam menyuarakan kebenaran, bahkan saat hal itu tidak populer, menjadi ciri khas yang membuatnya dihormati lintas generasi.

Ia dianugerahi Bintang Mahaputera Adipradana, sebuah penghargaan tinggi dari negara. Namun bagi banyak orang, penghargaan paling tulus yang ia terima datang dari rakyat: rasa hormat terhadap ketulusan, keberanian, dan kejujuran.

Kwik memang tidak meninggalkan harta berlimpah atau dinasti politik, tetapi ia meninggalkan jejak pemikiran, etos intelektual, dan warisan keberanian untuk menyuarakan kebenaran, meski suara itu harus ia sampaikan sendirian.

Kepergian Seorang Pemikir yang Tak Tergantikan

Indonesia kini kehilangan suara penting dalam diskursus ekonomi dan politik nasional. Namun warisan pemikiran Kwik Kian Gie akan terus hidup di ruang-ruang publik, media, kampus, dan benak rakyat yang menginginkan keadilan sosial.

Selamat jalan, Pak Kwik. Suaramu boleh saja telah senyap, tapi keberanian dan idealismemu akan terus menginspirasi Indonesia yang lebih jujur dan berpihak kepada mereka yang lemah.

Terkini

BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen Pegawai Baru 2025

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:09 WIB

KUR BNI 2025 Solusi Pendanaan Ringan untuk UMKM

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:08 WIB

KUR BRI 2025 Menjadi Solusi Modal Usaha Ringan UMKM

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:07 WIB

KUR BSI 2025 Solusi Modal Syariah untuk UMKM Indonesia

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:06 WIB

Skema Cicilan KUR BCA 2025 Pinjaman Rp100 Juta

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:05 WIB