JAKARTA - Perjalanan kinerja keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) pada paruh pertama 2025 memperlihatkan dinamika yang kontras. Di tengah penurunan pendapatan dan laba bersih, emiten pelat merah ini masih mencatatkan pertumbuhan laba bruto, sebagai indikasi adanya efisiensi beban operasional di sektor tertentu.
Hingga 30 Juni 2025, ADHI membukukan laba bersih sebesar Rp7,5 miliar, yang mengalami penurunan sebesar 45,23% dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp13,7 miliar. Laba bersih yang lebih rendah ini mencerminkan tekanan yang terjadi akibat turunnya kinerja pendapatan secara keseluruhan.
Pendapatan usaha ADHI tercatat sebesar Rp3,81 triliun sepanjang semester I/2025. Angka ini mengalami koreksi signifikan sebesar 32,89% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp5,68 triliun. Penurunan ini menjadi tantangan utama yang memengaruhi performa laba akhir perusahaan.
Rincian Pendapatan dan Beban Pokok
Kontribusi terbesar terhadap pendapatan ADHI berasal dari segmen teknik dan konstruksi yang mencapai Rp3,1 triliun. Selain itu, segmen manufaktur memberikan sumbangan sebesar Rp383,2 miliar, diikuti pendapatan dari properti dan pelayanan sebesar Rp176,5 miliar, serta investasi dan konsesi senilai Rp136,1 miliar.
Berdasarkan pelanggan dengan kontribusi lebih dari 10% terhadap total pendapatan usaha, ADHI mencatatkan pemasukan sebesar Rp692,8 miliar dari PT Jasamarga Jogja Solo dan Rp412,6 miliar dari PT Jasamarga Jogja Bawen.
Meskipun pendapatan mengalami penurunan, perusahaan mampu menurunkan beban pokok pendapatannya secara signifikan. Beban pokok pendapatan ADHI turun dari Rp5,15 triliun pada semester I/2024 menjadi Rp3,23 triliun pada semester I/2025. Penurunan ini setara dengan 37,21% secara tahunan.
Dengan penurunan beban pokok yang lebih dalam dibandingkan penurunan pendapatan, laba bruto justru mengalami pertumbuhan. Hingga pertengahan 2025, laba bruto ADHI tercatat meningkat sebesar 9,82% secara tahunan, dari Rp521,6 miliar menjadi Rp572,8 miliar. Hal ini menunjukkan upaya efisiensi yang dilakukan perusahaan masih mampu menghasilkan margin kotor yang lebih baik.
Posisi Keuangan: Aset Menurun, Ekuitas Naik Tipis
Di sisi neraca, total aset ADHI hingga akhir Juni 2025 tercatat sebesar Rp34,3 triliun. Jumlah ini turun dibandingkan akhir tahun 2024 yang tercatat sebesar Rp35,04 triliun. Penurunan ini selaras dengan koreksi aktivitas operasional dan pengelolaan keuangan di tengah turunnya pendapatan.
Sementara itu, liabilitas ADHI tercatat sebesar Rp24,6 triliun, mengalami penurunan dari posisi akhir tahun sebelumnya sebesar Rp25,3 triliun. Penurunan ini mencerminkan langkah-langkah restrukturisasi atau pengelolaan kewajiban perusahaan secara lebih hati-hati.
Adapun dari sisi ekuitas, ADHI membukukan kenaikan tipis menjadi Rp9,69 triliun pada akhir semester I/2025, dari sebelumnya Rp9,67 triliun di akhir tahun 2024. Peningkatan kecil ini memberikan sinyal bahwa perusahaan masih mampu menjaga struktur modalnya di tengah tekanan laba bersih.
Di tengah situasi keuangan yang menantang, ADHI masih aktif menjalankan proyek-proyek strategis, termasuk penggarapan terowongan terdalam untuk MRT di ruas Harmoni–Sawah Besar. Selain itu, hingga Mei 2025, ADHI juga telah mengantongi nilai kontrak baru sebesar Rp2,7 triliun, yang memperlihatkan keberlanjutan aktivitas konstruksi meskipun kinerja pendapatan belum sepenuhnya pulih.