Ekspor Batubara RI Menurun, Produsen Alihkan Fokus Pasar

Selasa, 22 Juli 2025 | 07:28:20 WIB
Ekspor Batubara RI Menurun, Produsen Alihkan Fokus Pasar

JAKARTA - Industri batu bara Indonesia kini menghadapi titik balik penting. Penurunan permintaan dari dua pasar utama China dan India memaksa produsen nasional untuk segera menyusun ulang strategi ekspor. Situasi ini membuka peluang ekspansi ke pasar-pasar baru yang sebelumnya kurang digarap, khususnya di kawasan ASEAN dan Asia Selatan.

Data terbaru menunjukkan bahwa pada Juni 2025, volume impor batu bara China dari Indonesia hanya mencapai 11,62 juta metrik ton, anjlok sekitar 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini lebih besar dari rata-rata penurunan impor batu bara China secara keseluruhan.

Secara akumulatif selama enam bulan pertama tahun ini, ekspor batu bara RI ke China juga mengalami penurunan sebesar 12 persen, dengan total volume 90,98 juta ton. Sementara itu, pasar India mengalami penurunan impor dari Indonesia sebesar 14,3 persen. Akibatnya, total ekspor batu bara Indonesia selama lima bulan pertama tahun ini tercatat turun ke bawah 187 juta ton.

Pergeseran permintaan ini salah satunya disebabkan oleh tren global menuju konsumsi batu bara berkalori tinggi (high calorific value/HCV) yang dianggap lebih efisien dan kompetitif secara biaya dibandingkan jenis batu bara yang umumnya diekspor Indonesia dengan kandungan panas lebih rendah.

Pasar ASEAN dan Asia Selatan Muncul sebagai Target Baru

Menghadapi kondisi tersebut, produsen batu bara dalam negeri mulai memfokuskan perhatian ke negara-negara di ASEAN dan Asia Selatan. Negara seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, Bangladesh, Pakistan, dan Brunei dinilai memiliki potensi pasar yang menjanjikan, terutama seiring dengan pertumbuhan konsumsi energi di kawasan tersebut.

Data terkini menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ke pasar non-tradisional seperti di atas meningkat dari 14–15 juta ton menjadi 16 juta ton pada kuartal pertama tahun ini. Kenaikan permintaan energi di kawasan ini bahkan diproyeksikan mendorong ekspor batu bara Indonesia ke ASEAN naik hingga 15 persen secara tahunan.

Dari sisi potensi permintaan, negara-negara baru ini diperkirakan menyumbang hingga 108 juta ton. Angka tersebut memang masih jauh dibandingkan volume ke China dan India, namun cukup signifikan sebagai arah diversifikasi ekspor jangka menengah.

Meski begitu, tantangan tidak kecil. Negara pemasok batu bara lain seperti Rusia, Kolombia, Mongolia, dan Afrika Selatan turut membidik pasar yang sama dengan menawarkan batu bara berkalori tinggi dan ongkos logistik yang kompetitif. Oleh karena itu, Indonesia harus memperkuat daya saing melalui efisiensi operasional dan kontrak jangka panjang yang stabil.

Menjaga Ketahanan di Tengah Harga Global yang Melemah

Isu penurunan permintaan bukan satu-satunya tantangan. Penurunan harga batu bara global turut memperkecil margin keuntungan produsen Indonesia. Indeks harga batu bara global turun ke level terendah dalam empat tahun terakhir. Sebagai contoh, harga Newcastle coal sempat jatuh dari sekitar USD 140 per ton di akhir 2024 menjadi USD 99 per ton pada Februari 2025.

Tekanan ini semakin kuat dengan adanya kebijakan domestik seperti kewajiban pencampuran energi (B40), tarif royalti yang meningkat, serta keharusan menempatkan devisa hasil ekspor di dalam negeri. Seluruhnya mempersempit ruang gerak pelaku industri.

Menanggapi kondisi ini, pemerintah melalui kementerian terkait menekankan pentingnya diversifikasi pasar dan peningkatan kerja sama bilateral. Strategi yang ditempuh antara lain melalui promosi dagang aktif, penyediaan data pasar yang transparan, hingga mempercepat proses perizinan ekspor dan logistik lintas negara.

Kementerian terkait juga menyatakan pentingnya sinergi antar-lembaga, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perhubungan, untuk mendukung kelancaran ekspor batu bara dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global yang semakin kompetitif.

Momen Transisi dan Arah Baru Industri Batu Bara Nasional

Saat ini, Indonesia menghadapi masa transisi yang krusial dalam peta ekspor batu bara global. Seiring dengan bergesernya preferensi China dan India ke batu bara berkalori tinggi dari Mongolia, Afrika Selatan, Kolombia, dan Australia, maka respons cepat diperlukan agar Indonesia tidak tertinggal.

Negara-negara ASEAN seperti Vietnam dan Filipina diprediksi akan menjadi pasar batu bara dominan dalam dekade ini, berkat pertumbuhan kebutuhan listrik dan ketergantungan mereka terhadap sumber energi batu bara. Dengan investasi yang tepat pada peningkatan kualitas produk dan efisiensi logistik, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat dominasi ekspornya di kawasan ini.

Namun jika tidak dilakukan penyesuaian strategi secara cepat dan tepat, industri batu bara nasional berisiko kehilangan momentum di panggung global. Maka dari itu, selain memperkuat ekspor, opsi seperti pengembangan energi baru terbarukan, hilirisasi batu bara, dan peningkatan nilai tambah produk mulai dilirik sebagai solusi jangka panjang untuk menjaga daya tahan industri.

Terkini

Harga HP Infinix Terbaru September 2025 Semua Seri

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:14 WIB

POCO C85 Resmi Masuk Indonesia, Baterai Besar 6000mAh

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:12 WIB

Ramalan Shio 11 September 2025: Energi Positif Tiap Shio

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:11 WIB

Harga Sembako Jatim Hari Ini: Cabai dan Bawang Naik

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:10 WIB

Cek Penerima Bansos PKH BPNT 2025 Mudah Cepat

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:09 WIB